Bismillahirrahmanirrahiim...
Hari ini aku sengaja berangkat
lebih awal mengingat ini adalah hari Senin. Biasanya hari Senin jalanan lebih
ramai dan macet, maka sebungkus nasi uduk yang dibelikan ibu sebagai sarapan tak sempat ku
makan. “bawa sajalah ke sekolah” fikirku.
Aku sampai di sekolah 5 menit
lebih lama dibandingkan waktu biasa ku tiba. Setelah briefing pagi, aku bersama
anak-anakku segera buka kelas sebagai awalan kegiatan belajar. Jam petama adalah
pelajaran bahasa. Kali ini aku meminta anak-anak untuk membuat laporan pembuatan
ulat dari karton telur. 30 menit waktu yang diberikan, namun belum semua anakku
selesai mengerjakan. Aku meminta mereka untuk menangguhkan pekerjaannya dan
melanjutkan kembali saat istirahat. Pelajaranpun dilanjutkan dengan pelajaran
agama, tadabur hadits.
Waktu berjalan pasti, tak terasa
sudah pukul 09.30, artinya waktu istirahat tiba. “oke... it’s time for snack” ucapku yang disambut sorak-sorai anak-anak. Satu
persatu mereka turun untuk mencuci tangan dan memakan snack yang sudah mereka bawa.
Seperti kesepakatan diawal,
anak-anak yang belum selesai membuat laporan akan menyelesaikan laporannya saat
istirahat. Dengan penuh kesadaran mereka melanjutkan tugas yang tertunda. Sementara
anak-anakku yang lain tengah asyik bermain di lapangan dan play ground. Sembari menemani mereka menyelesaikan tugas, ku buka bekal nasi udukku. Tanpa
menunggu lama segera ku santap nasi uduk yang sangat menggugah selera. Seorang putri cantik mendekatiku.
“ibu makan apa? Kayaknya pedas ya?” tanyanya mengandung maksud.
“iya pedas, Naira mau?” tanyaku menembak.
“Naira suka pedas kok bu” balasnya.
“Naira mau coba, boleh kok? Ucapku sembari menyodorkan sendok yang segera disambut penuh senyum.
“iya... ini enak bu. Tidak pedas. Aku suka. Makasih ya Bu Rima” tandasnya dengan mulut yang masih mengunyah.
“sama-sama cantik” balas ku
Ku lanjutkan makanku yang terseling.
Tak lama berselang, naira kembali menghampiri sendok makanku dan kembali
menyuapkan nasi uduk ke mulutnya. “bu Rima, aku tambah ya nyoba nya” izin Naira padaku yang ku balas dengan senyum
mengemebang, “enak ya Nai?” tambahku. Akhirnya kuputusakan untuk menyantap nasi
uduk bersama Naira.
Keasyikan kami makan ternyata
menggoda Dido yang tengah asik menulis.
“bu, aku juga mau itu, aku suka pedas” ucapnya tanpa memalingkan wajah dari buku tulis.
“Dido mau coba?” tanyaku
“iya... aku suka nasi uduk” balasnya
“oke, Dido boleh coba setelah selesai menulis ya. Aku tunggu Dido. Oke!” ujarku
Tak sampai 1 menit Dido berhasil
menyelesaikan tulisannya. Segera ia menyantap dengan lahap nasi uduk yang
memerah karena sambal. Melihat Dido yang lahap, Abraar yang masih menikmati snacknya pun tergoda. Segera ia habiskan
snacknya dan meminta izin padaku
untuk ikut mencoba mencicipi nasi uduk.
Melihat lahapnya mereka makan, akhirnya ku putuskan
untuk menyantap sebungkus nasi uduk ini secara bersama-sama. Mereka rela menunggu
sendok-sendok makan bergantian menghampiri. Rasa pedas sambal yang membuat nasi
uduk memerah tak mereka rasakan. Masha Allah, nikmat begitu terasa. Meski nasi tak
banyak, dan hanya ada satu sendok makan yang dipakai bergantian tak mengurangi
serunya acara kami. Sungguh bahagia itu sederhana, sesederhana menyantap
sebungkus nasi uduk bersama guru-guru mungilku.
1 comments:
ahh..so sweet :)
Posting Komentar