Bismillahirrohmanirrohiim...
Alhamdulillah setelah sekian lama ga ngeblog, akhirnya
diberi kesempatan untuk kembali menyapa si hijau ini... lagi pengen berbagi kisah sekolah nih.
Kejadian 1 saat worksheet religion
Bertepatan dengan bulan agustus, biasanya sekolah kami
mengambil tema Indonesian Culture
dalam rangka peringatan HUT kemerdekaan RI. Nah, salah satu materi ini
pelajaran agama adalah tadabur QS Alhujarat ayat 18 yang intinya berisi tentang
penciptaan manusia yang bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar manusia saling
mengenal dan manusia yang paling mulia adalah manusia yang paling bertaqwa. Berhubung
aye megang kelas 2 SD, maka muatannya disesuaikan dengan usia mereka, dan titik
tekannya adalah menghargai budaya serta fisik manusia yang Allah ciptakan
berbeda. Just it, simple dan konrit
sesuai dengan tahap perkemabngan otak mereka.
Ketika worksheet, aye masukin 2 soal tentang makna ayat
tersebut. Soal 1 menanyakan bagaimana sikap siswa bila ada teman yang fisiknya
sangat jauh berbeda dengan keadaan fisik siswa tersebut. Kalau saol ke-2 nanyain
boleh ga kalau kita menghina bahasa daerah orang lain dan apa alasannya.
Seoarang anakku dengan bahasanya yang masih lugu menjawab
soal 1: “tidak boleh menghina dan ngatain teman. Karena aku ga suka kalo ada
orang ngatain aku, jadi aku ga mau ngatain orang itu karena orang itu pasti ga
suka juga dikatain.”
Sedangkan soal ke-2 dijawab: “ga boleh hina-hina, karena
kalau menghina bisa buat orang sakit”
Kejadian 2: bermain di taman
Saat jam free play anak-anakku bermain di taman, tak hanya
anak-anak kelas 2, tapi juga adik-adik mereka yang masih TK. Kecerian begitu
terpancar di mata-mata jernih mereka, keseruan pun terlihat dari riang tawa dan
senyum lebar di wajah-wajah polos itu. Lagi asiknya menatap anak-anak bermain,
tetiba telingaku menangkap anak lelakiku berteriak melerai anak yang lain yang
memukul adiknya yang masih TK “tidak boleh pukul, pukul itu sakit. Kamu mau ga
kalau dipukul?” dan dengan sekejap bocah lelaki itu menghentikan pukulannya ke
adik kelasnya.
Cerita di atas sedikit gambaran keseharian di sekolah kami. Bukanlah
penanaman moral yang dibudayakan di sekolah kami, melainkan penalaran moral
yang dilatih sejak dini. Penanaman dan penalaran moral, mungkin sepintas
terdengar sama. Namun hakikatnya terdapat perbedaan yang sangat mempengaruhi
insan.
Lewat penanam moral semua manusia tahu bahwa mencuri itu
dosa, menghina orang itu tidak baik, melawan arus itu membahayakan, berdusta
itu tercela, berzina itu terlaknat dan korupsi itu haram. Tapi... berapa banyak
para pencuri bertebaran, berapa banyak orang yang saling menghina dan
menghujat, berapa banyak pelanggar lalulintas di jalan raya, berapa banyak
kasus perzinahan terungkap dan begitu ramainya rutan karena koruptor semakin
bertambah. Semua orang tahu, bahwa hal tersebut adalah DOSA, TIDAK BOLEH, TERLARANG DAN HARAM.
Penalaran moral melatih manusia berfikir bahwa segala
peraturan dan hukum tercipta karena manusia membutuhkannya, bukan sebagai alat
untuk menakut-nakuti. Penalaran moral mengajarkan bahwa aku tidak mau dipukul
karena dipukul itu sakit, untuk itu aku juga tidak boleh memukul orang karena
orang yang aku pukulpun sakit seperti aku. Penalaran moral mengajarkan bahwa
aku tidak mau mencuri, karena kehilangan sesuatu itu sangat tidak mengenakkan,
dan untuk itulah aku juga tidak mau mencuri karena orang yang aku curipun akan
merasakan rasa yang sangat tidak enak. Penalaran
moral mengajarkan bahwa tidak ada satupun manusia yang mau menjadi korban
kejahatan, sehingga ianya dapat mencegah diri dari berbuat kejahatan.
Pemikiran anak-anak usia TK hingga SD masihlah sangat konkrit. Mereka tak
paham apa itu dosa, mereka tak tahu apa itu pahala, merekapun bertanya seperti
apa itu syurga dan neraka. Mengajarkan sesuatu yang masih abstrak tentulah
tidak mudah mereka serap. Mengajrakan mereka bahwa memukul teman itu dosa cenderung
membuat mereka penasaran dan akhirnya semakin bersemangat untuk memukul
temannya. Lain halnya bila yang kita ajarkan adalah bahwa memukul itu sakit,
dan kita ajak mereka berfikir bagaimana jika diri mereka yang dipukul, maukah
mereka bila mereka dipukul dan pertanyaa-pertanyaan lain yang melatih penalaran
hingga kesimpulan untuk tidak memukul itu keluar dari mulut mereka sendiri,
terfikirkan oleh kesadaran untuk tidak mau dipukul.
Mungkin butuh waktu
yang lebih lama ketika mengajak mereka bernalar dibanding melarang mereka
memukul karena mukul itu dosa nanti masuk neraka. Mungkin hasil yang didapat
sama, anak tidak akan memukul teman, namun efek yang terjadi sangatlah jauh
berbeda. Penalaran moral menyadarkan mereka bahwa memukul itu tidak boleh
karena dipukul itu sakit dan tak ada satu orangpun yang mau disakiti. Sementara
penanaman moral menjadikan anak berhenti memukul karena adanya ancaman memukul
itu adalah dosa dan dosa itu masuk neraka. Saya rasa teman-teman sudah dapat
membedakan mana yang terlahir dari kesadaran dan mana yang terlahir dari sebuah
ancaman.
Semoga ada manfaat yang bisa diambil dari kicauan ini hingga
penalaran moral tak hanya sekedar kata. wallho a'lam bis showab
0 comments:
Posting Komentar