Sabtu, 10 Oktober 2020

Aku tetap di sini



Apakah ku berpijak pada pijakan yang rapuh? Aku tahu suatu saat akan terjatuh, tapi tetap saja aku acuh. Karena ku yakin, jatuh adalah cara Allah mengajarkan nikmatnya berjalan dan berlari.

Ku coba terus susuri, walau teranulir karena bisa jadi hatinya sudah berubah. Lalu apa sebenarnya yang masih diharapkan tersisa? Padahal hanya kenangan dan luka yang nyata ada.

Sebenarnya bisa saja ku menepi pada pijakan yang baru, tapi aku tak memilih itu. Sesulit itu meninggalkan hal yang tak pasti, hanya karena harapan di hati tak pernah mati. Terus tumbuh pada hal yang sebenarnya sudah tak berarti. Atas nama cinta dan loyalitas, semua akan datang terang. 

Ketika saat ini dihadapkan pada dua pilihan, sebenarnya, bisa saja ku pergi. Alasan itu layak untuk ku mendapatkan ijin. Namun tak kuasa ku utarakan. Atas nama dedikasi dan tanggung jawab, ku tak beranjak meski sembilu mengiris relung tipis demi tipis. 

Bagaimana bisa ku tinggalkan meski sejenak, ketika teman-teman telah berlelah fisik dan mengulam jantung mempersiapkannya. Bagaimana bisa ku tinggalkan ketika binar-binar terpancar dari mahluk-mahluk mungil yang begitu antusias menuai hasil berpekan-pekan menjalani proses. Walau pertaruhannya berat. Meski darah itu kental dan tak bisa memisahkan. Namun, maaf... Aku tetap di sini.

Ya... Aku tetap di sini, meski ternyata luka itu ada. Kehilangan itu nyata. Meski kenangan bersamamu terus berputar diingatanku. Sapamu yang khas tatkala kita berjumpa. Kasih sayangmu nyata ku rasa meski kita jarang bersua. "Mang, jingok anak aku dak?" Tanyamu pada pedagang di pasar saat ku terlepas dari genggamanmu ketika kecil ku berkunjung ke kampung halaman kita. Saat kau berkata demikian, serasa ada kupu-kupu diperutku. Aku tersanjung kau anggap aku anak, walau aku terlahir dari rahim kakak kandungmu. Maaf, aku tak bisa mengantarmu ke keabadian. Tak bisa ku tatap wajahmu, tak bisa ku kecup kening dan tanganmu untuk terakhir kali. Maaf...

Hanya doa yang ku panjatkan, karena ku yakin ianya tetap sampai. Meski ruang dan waktu membatasi. Ku bersaksi, kau orang baik. Cintamu tulus ku rasa. Sayangmu nyata adanya. Selamat jalan, duhai jiwa yang tenang. Selamat berjumpa dengan Sang Maha Rahman dan Rahim. Selamat kembali dalam keridoanNya. Kini kau tak akan sakit lagi. Kini kau tak akan menderita lagi. Ku doakan kelapangan dalam peristirahatan terakhirmu. Ku pohonkan benderang dalam kuburmu. Semoga kita kembali bersua di tepi telaga kautsar..

0 comments: