Walau jauh dari kata sempurna, namun dialah yang kucari. Dia seakan cerminan diriku. Terkadang
lidah terasa kelu kala harus merespon semua cerita tentangmu yang nyaris serupa
dengan ku. Mulai dari kau yang tak bisa berantakan, harus meletakan semua pada
tempatnya, segala bentuk tugas, tanggungjawab, kewajiban-kewajibanmu di rumah, kesukaanmu
terhadap museum, hingga selera mu pada buku bacaan. Dan kau tahu, kita sama-sama
anak nomor dua dan memiliki profesi yang sama walau beda penugasan.
Dulu aku pernah berharap memiliki suami yang selembut Abu Bakr,
setegas Umar, sedermawan utsman, dan secerdas Ali. Namun, aku malu. Apakah aku pantas
bersanding dengan karakter seperti itu. Sedangkan aku hanya wanita akhir zaman
yang penuh dosa, aib, dan sangat jauhu dari kata smepurna.
Entah mengapa, kini Allah pertemukanku dengan sosok yang ku
cari. Ku saksikan lembutnya kau terutama pada ibumu, namun di satu sisi ku
lihat betapa tegasnya dirimu. Hingga driver ojol di sekitar lembagamupun
mengetahui itu. Dari cerita-cerita mereka, seringkali ku dengar betapa
dermawannya dirimu. Akupun pernah menjadi salah atu orang yang kau traktir. Padahal
siapalah aku. Di waktu lain, betapa ku kehabisan kata-kata mendengar betapa
cerdasnya dirimu. Sejak berseragam merah-putih hingga bertoga, kau selalu
menjadi yang terbaik. Hingga kinipun kecerdasanmu semakin terbukti. Masha Allah,
dengan segala kekuranganmu sebagai manusia; namun ku saksikan kau begitu
sempurna.
Aku tak tahu, apakah kau yang terbaik untukku atau bukan. Walau
asa telah terbentuk, doa telah terlantun, namun tetap ku kuatkan hati ketika
ketetapan Nya berbeda dengan inginku. Ku harap semesta mendukung inginku. Anganku,
kaulah jawban dari semua doa dan pinta.
0 comments:
Posting Komentar