Mereka berbisik-bisik.
Mendelik jijik penuh selidik.
Menatap sinis berbungkus senyum manis.
Lidah berduri menghiasi tiap jengkal aksi.
Melempar tatap hina.
Mendakwah iba pemanis sandiwara.
Lancangnya telah dikuasa
rasa keingintahuan tingkat gila.
Menerka-nerka bak paling tahu segala.
Kotor bibirnya melumat habis rasa kemanusiaan.
Tanpa dosa memuntahkan peluru kesetanan.
Persetan!
Apa peduli soal luka menganga sebab hujatan.
Yang penting mendapat panggung perhatian.
Semua yang diperbuat tetap salah.
Di mata para manusia bedebah.
Untuk apa berusaha menjelaskan?
Toh mereka tak mau mendengarkan.
Jijik!
Bertindak bak pahlawan kesiangan.
Yang sebenarnya tak lebih dari seorang bajingan.
Lidah api menari-menari.
Mendayu rasa nyeri tingkat tinggi.
Luka mengaga diarak tiap-tiap kata anarki.
Setidaknya kau belum tentu lebih mulia.
Daripada mulut kotormu yang merasa paling segala.
Tahu apa soal keimanan sesama?
Aku akan lebih kuat dari sebelumnya.
Aku akan baik-baik saja pada akhirnya.
Mereka yang pernah dihantam badai berlapis.
Tak akan karam hanya dengan usikan gerimis.
0 comments:
Posting Komentar