Minggu, 20 April 2014

outing Kebumen part 2

bismillahirohmanirrihiim

ngelanjutin tulisan yang kemaren ah....

Rabu, 16 April
setelah anak-anak puas ngamatin ular liar yang melingkar, penjelajahanpun dimulai tepat setelah head lamp dinyalakan. goa Petruk ini masih sangat alami, belum mengalami perubahan. sekawanan kelalawar terbang hilir mudik. aroma khas kotoran kelalawar begitu menyengat walau baru berada di mulut goa yang ditemukan tahun 975 ini. lembab dan pengap begitu terasa. lantai yang berair lagi licin dan suara rintikan air di celah-celah bebatuan menambah kesan horor sang goa. stalaktit dan stalakmit yang terbentuk alami membuat goa terlihat waw.. batuan-batuanpun secara alami membentuk aneka patung. mulai dari katak, harimau kumbang, serigala, lelaki berjenggot, taman gajah, buaya, gigi, usus, otak, hingga batuan yang secara alami berbentuk seperti pocong.. hihi.... lumayan syerem. untung aku rame-rame cavingnya. kalo aku sendirian, horor beud.

anak-anak tampak menikmati perjalan ini, meski ada sedikit ketakutan di wajah mereka, tapi so far so good.. ga ada keluhan berarti. mereka justru antusias mengamati batuan-batuan tersebut. mencoba menganalisa jenis dan nama batuan dan mencari tahu kok bisa ya batuan itu terbentuk seperti itu. ada sebuah batuas yang dinamai batuan ayam telur, karena bentuknya seperti sarang ayam ketika bertelur. anak0anakpun secara bergantian mengambil posisi di batu tersebut seolah mereka seekor ayam betina yang sedang bertelur... lucunya melihat tingkah pola mereka. perjalanan pun diteruskan. semakin ke dalam semakin gelap, berair, licin dan pengap. oksigen mulai jadi rebutan. 

di tengah goa kami menemukan tempat yang lebih luas dari yang lain. sontak, Pak Ipul segera meminta semua penerangan dipadamkan. gelap yanng pekat, pengap dan panas mendominasi suasana. pada saat yang mencekam itu pak Ipul berkata: 
"coba bayangkan ketika kita telah meninggal, kita berada dalam kegelapan, kesempitan, dalam ruang pengap yang bau dan tidak menyenangkan. kita sendiri, ga ada teman, ga ada orang tua, ga ada guru, ga ada mainan, gadget, ga ada apapun dan siapapun, ga ada yang bisa kita bawa selain amal. renungkanlah!! sudah cukupkah bekal kita??. jika berada dalam goa yang luas saja kita tak sanggup, maka bagaimanakah ketika kita berada di dalam kubur?"
pertanyaan menggantung dari pak Ipul dijawab dengan menyalanya head lamp secara satu persatu. perlahan-lahan goa kembali terang, ku lihat anak-anak menyeka butiran bening di sudut matanya. semoga renungan ini membuat kami ingat mati dan bersemangat mengejar bekal "pulang kampung".

setelah sekian lama menyusuri goa, kamipun tiba kembali di mulut goa. kepuasan menghiasi wajah anak-anak. bahkan ada yang nyeletuk " seru banget, aku dapat ilmu banyaknih dari goa ini, inget mati juga. rugi banget kalo ga ikut"


setelah makan siang menjelang sore, perjalanan dilanjutkan ke benteng Vander Wijk Gombong. sayangnya, sampai di sana benteng dah tutup coz kami dah kesorean. rencana berkeliling benteng dan berenang di waterboom pun terancam gagal. lobi-lobi dengan petugaspun dijalankan. alhamdulillah, meski tak bisa berenang di waterboom kami tetap bisa masuk dan mengelilingi benteng.






anak-anak bersorak dan berlarian masuk. mereka mengamati satu persatu keadaan benteng, menaiki ayunan, jembatan, mainan anak hingga tank tempur dan meriyam yang terpajang di depang gerbang benteng vander wijk. setelah puas berkeliling dan foto-foto, kami memutuskan untuk pulang ke asrama Lipi. kegiatan hari ini ditutup dengan makan malam, sholat berjamaah dan murojaah QS Al-Qiyamah.

Kamis, 17 April

ada yang unik di Kebumen, dimana pasar hanya buka pada hari tertentu. satu kali dalam sepekan. dan kebetulan hari rabu adalah hari pasar. berbekal anggapan hari pasar dan pemikiran bahwa pasar buka dari dini hari (kek pasar-pasar di jakarta), maka setelah sholat subuh dan dzikir, kami mengunjungi pasar tersebut. niatnya mah mau beli oleh-oleh. namun apa daya, ternyata pasar belum buka. baru satu dua pedagang yang membuka lapaknya dan menyusun dagangannya. itupun penjual asesoris, perabotan dan kelontongan. cukup lama kami menunggu, yah... apa boleh buat karena jarum jam telah membentuk sudut 180 derajat diangka 6 dan 12 yang berarti waktu belanja usai, kamipun kembali ke asrama  walau tak mendapatkan apa yang ingin dibeli.

pukul 8 teng kami berkeliling LIPI, mengunjungi bengkel batuan, mengamati proses pengolahan batuan, mengunjungi museum LIPI dan mengikuti kuliah umum LIPI. seremonialpun selesai. agenda berikutnya adalah jelajah lapangan. melihat langsung batuan di alam. ada batu rinjang, batu alas samudera, selorondo dan batua-batuan lain yang tinggi menjulang. anak-anak terlihat sangat antusias. tebing batuan yang begitu tinggipun mereka panjat. tak terlihat rasa takut di wajah mereka. jika tidak didcegah, pastilah mereka telah sampai pada puncak batuan itu.
pengamatan di bengkel batuan LIPI Karangsambung

mengisi worksheet

mengisi worksheet

wawancara dengan Pak Segar

beberapa koleksi batuan di bengkel batuan LIPI Karangsambung

pengamatan ciri batuan

pengamatan ciri batuan

kuliah umum LIPI

penyerahan cenderamata oleh ketua kelas: AbdulAziz dan Fatih

pengamatan kerak bumi sebagai posisi awal batuan

Pengamatan Batu Rinjang



pengamatan batu Alas Samudera


setelah melewati sawah, sungai, perkampungan masyarakat tibalah kami di sebuah mesjid terpencil. mesjid sederhana nan bersih tapi sepi. baksos pun digelar tepat beberapa menit sebelum zuhur. takmir masjid menerima dengan terharu. tak lama kemudian waktu zuhur tiba. meski azan belum berkumandang, kami sholat zuhur di jamak qashar dengan ashar. dilanjutkan dengan makan siang. sekitar hampir jam satu siang azan zuhur baru berkumandang. "telat banget" bisik hatiku yang seolah terdengar oleh kepala sekolahku. beliau bertanya: "tau ga kenapa azannya telat?" kujawab dengan gelengan kepala, beliaupun menjelaskan bahwa orang-orang desa mayoritas bekerja sebagai petani. pekerjaan mereka baru selesai sekitar jam satuan, maka supaya bisa sholat berjamaah azan zuhurpun ditunda hingga waktu mereka berkumpul (sekitar jam 1-an). hemh.... satu sisi aku salut dengan semangat sholat jama'ah mereka. namun di sisi lain aku masih gagal paham dengan pengunduran azan hanya karena alasan tersebut.
Baksos ke masjid setempat


lanjut dah... dari baksos kami segera menuju sungai Luk Olo, sungai terpanjang di kota Kebumen. syungai inilah yang ditunggu anak-anak sebagai balas dendam kegagalan berenang kemarin. air yang cukup jernih dan arus yang bersahabat begitu menggoda. kamipun berenang di sungai itu. perang air dan lomba lempar batu terasa begitu mengasyikan. setelah mencari batu-batuan sesuai materi pelajaran, pesta sungaipun selesai. sayang karena waktu yang terbatas kenikmatan itu hanya bisa dirasakan 1 jam dan kamipun harus kembali ke asrama untuk bersih-bersih dan bersiap pulang ke Jakarta.
Pengamatan batuan di Sungai Lok Ulo


kami sampai di stasiun Kebumen jam 5 sore, sementara jadwal kereta jam 7 malam. ku manfaatkan waktu untuk mengecek kesehatan anak-anak, mengulang kembali packing mereka yang asal-asalan dan membagikan snack sore serta madu. setelah sholat maghrib yang dijamak qashar dengan isya. anak-anak berlarian ke sana kemari di stasiun. ada-ada saja permainan yang mereka ciptakan demi mengusir bosan saat menunggu. ga kerasa keretapun tiba. setelah mengatur posisi duduk dan barang-barang, kereta kami berjalan perlahan semakin lama semakin kencang. badanku telah lelah, begitupula dengan ke-5 guru lainnya, namun anak-anak tetap aktif seolah baterai mereka selalu full. ada saja tingkah polah yang mengocok perut atau mengerenyitkan dahi kami, namun bukan anak-anak namanya kalo kehabisan kata dan jawaban dari sergahan kami... setelah waktu menunjukkan jam 9 malam, kereta kami baru terasa hening. satu persatu mereka telah nyenyak ke alam mimpi. selamat tidur sayang, selamat tidur guru-guru mungilku. selamat tidur penyemangatku, esok bersama kita ketuk pintu gerbang Jakarta.
senja di Stasiun Kebumen

tertidur pulas



0 comments: