Kamis, 03 April 2014

Antara bersama dan kebersamaan

Bismillahirrohmannirrohiim...


takdirnya manusia adalah mahluk social, kata-kata yang diucapkan guruku sejak SD masih terus terngiang dalam limbik-ku. mahluk social, yah... artinya manusia ga bisa hidup sendiri. butuh bersama dan kebersamaan. Bersama dan kebersamaan, yup... dua kata serupa tapi hakikatnya beda. kali ini aku ingin mencercau mengenai bersama dan kebersamaan.

sunatullah penciptaan manusia adalah selalu hidup bersama. berkumpul, berkelompok dan saling berinteraksi. tapi hidup bersama ga selalu berarti membawa kebersamaan. ada pertemuan fisik, namun ada dinding jiwa yang membatasinya. ada interaksi tetapi minus ikatan hati. boro-boro ikatan jiwa, sentimen kemanusiaan yang paling mendasarpun sering absen.

hilangnya kebersamaan dipengaruhi oleh penyakit individualisme akut. apatis, ga peduli sama orang lain. orang cuma peduli sama dirinya sendiri. mirisnya, bahkan saat orang lain terancam dan membutuhkan pertolonganpun masih banyak yang cuek. banyak contoh yang bisa kita temui, salah satunya adalah diamnya seseorang ketika melihat orang lain yang akan menjadi korban copet di bis, padahal mereka dalam kondisi bersama. contoh lain adalah ketika aku pulang kuliah dan melewati jalan Margonda Depok, tiba-tiba aku ngeliat orang rame banget ngumpul, ada apa yak... ternyata mereka semua pada ngumpul ngeliat seorang wanita yang sudah tak bernyawa di pinggir jalan, mungkin korban kecelakaan. aku heran, kenapa tidak dibawa ke rumah sakit aja, kenapa harus pada nonton gitu, itukan bukan tontonan. yang lebih parahnya lagi malah dijadi-in objek foto. hadeuh.....

bersama dan kebersamaan tidaklah serupa. Bersama sekedar menandai pertautan fisik, sementara kebersamaan menjelaskan ikatan jiwa. kebersamaan akan membangkitkan rasa peduli satu sama lain. keselamatan orang lain keselamatan kita juga. banyak orang yang berdiam diri melihat kejahatan atau berdiam diri melihat musibah yang menimpa orang lain hanya karena takut dirinya terancam bahaya meskipun mereka berada dalam tempat yang sama.


bersama dan kebersamaan memang beda. bersama lebih berdimensi kuantitatif, sedangkan kebersamaan ada dalam ranah kualitatif. so... kualitas kebersamaan akan terukur sejauh mana seseorang mampu menciptakan kualitas hidup. redupnya kebersamaan akan diiringi melemahnya kualitas hidup. so benarlah sabda Sang Nabi yang menganjurkan kita hidup dalam jama'ah. berjama'ah bukan sekedar bersama, tetapi sejauh mana kita peduli dan mau menanggung beban sesama saudara seiman, layaknya hadits yang disabdakan oleh manusia mulia suri tauladan kita, 
"setiap muslim itu bagaikan satu tubuh, jika yang satu sakit maka yang lain juga merasakan sakit"

kebersamaan pada akhirnya adalah kebutuhan. berdiam diri bukanlah jawaban untuk keamanan, coz pagar sosial gimanapun juga akan lebih kokoh dari pagar beton. menyendiri dan berdiam diri juga bukan jawaban untuk ketenangan, karena rasa tak paralel dengan suasana.


semoga aku, kamu, mereka dapat mengasah sensitivitas dan kepedulian terhadap sesama. membangun kembali kebersamaan yang telah memudar . merajut kembali kepedulian yang terkoyak meski kita tidak berada dalam ruang yang sama, meski kita terpisah teritorial namun kita di"samakan" oleh status hamba Allah, karena kita sesama muslim adalah bersaudara. karena kita ummat muslim diciptakan sebagai rahmat bagi semesta alam. menebarkan cinta menciptakan kebersamaan

0 comments: