Rabu, 09 Desember 2020

Hai senja ...



Hai senja, terima kasih atas setitik tenang di saat panik. Meski polikromatikmu absen hari ini, kamu tetap istimewa. 

Senja ... kaki ku seperti tak menapak. Bolehkah aku jujur? Aku panik. Aku sedih. Aku sakit melihat semua. Ingin ku menangis, senja. Tangis seperti anak kecil yang bebas ekspreasikan sedih dan lukanya. Setidaknya dihadapanmu ku bisa luapkan rasa. Setelah itu, kembali seperti biasa. Seperti tiada apapun yang terjadi. Seolah kuat agar bisa menguatkan. Seolah bahagia untuk sebuah senyuman. 

Senja, dia sakit senja. Dia sendirian. Dia ketakutan. Dia kesepian. Dia tertekan. dan mungkin dia terluka. Kalau aku boleh punya pilihan, jangan dia senja. Tapi sayang, ketetapan sudah terjadi. Semoga lekas sembuh. Semoga lekas pulih. Semoga kembali ceria. Sehat terus, sahabat terbaikku.

Senja... Aamiinkan doaku ya. Aku ingin mereka kuat, sabar, sehat, dan bahagia. Begitu pula keluarganya. Jaga mereka dikala hanya doa yang mampu ku berikan pada mereka.

Maaf ya senja, jika kumpulan aksaraku kacau hari ini. 

0 comments: