Rindu lembayung senja yang menyapa langit sore. Dimana warna orange berpendar, kontras dengan polikromatik yang indah. Meski menyala, namun tetap hadirkan tenang. Membaur di angkasa, menghantarkan kelam. Pertanda masa berganti.
Burung-burung pulang ke sarang. Menyuapi anak nya satu per satu. Terkadang kelalawar turut menghiasi langit. Semakin gulita, semakin ramai mereka terbang. Dan aku masih di sini. Ditemani ikan di kolam, laron yang beterbangan, dan semut yang terus bekerja.
Sejenak menjadi berhayal, seandainya aku bisa berkomunikasi dengan mereka, ingin ku bertanya satu hal kepada ikan di kolam, laron yang beterbangan, dan semut yang terus bekerja.
"Hai ikan, bosankah kau berada di kolam sekecil ini?" Tanyaku pada ikan yang berenang. Ikanpun menjawab "tiada bosan, walau berada di tempat sekecil ini. Karena ku di sini bersama Tuhanku.
Pandanganku beralih, langit yang menjelang kelam menjadi sasaran. Ku sapa laron, "duhai laron, tersiakah kau hidup semalam di dunia?". Tanpa menunggu lama, laron tersenyum optimis sembari berkata "tiada tersia walau ku hanya hidup semalam. Karena dalam semalam aku hidup di dunia, ku sebut Tuhan ku."
Tatapku semakin nanar. Manik mataku menangkap barisan semut yang terus bekerja. Tanpa menunggu lama, ku hampiri mereka, "wahai semut, tiadakah kau lelah selalu bekerja?" Penuh optimis semut membalas sapaku, "tiada lelah walau sepanjang hidup aku selalu bekerja karena setiap saat dalam bekerja bersama Tuhanku"
Duh, jawaban-jawaban mereka benar-benar menampar sukma. Atmaku bagai jelantah yang nyaris tiada berguna. Aku bertanya pada hatiku; sejauh apa hidup tanpa Tuhanmu? Aku bertanya pada jiwaku, selama apa hidup tanpa Tuhanmu? Aku bertanya pada diriku sekeras apa kerja tanpa Tuhanmu?
Faghfirli.... Hampir jauh hamba melangkah. Raih aku, dekap aku, peluk aku Wahai Pemilik Nyawaku......
0 comments:
Posting Komentar