Januari saat Senja di Selat Sunda #koleksi pribadi |
Di kala konsentrasiku tidak
berpihak pada hal yang satu itu, tetiba mimpi nan mengejutkan hadir dalam
lelapku. Seorang insan mengajakku menuju tahapan lanjut dalam sebuah garis
hidup anak manusia. Insan yang tak asing namun tak terlalu kukenal. Tak kuambil
pusing mimpi itu. Mungkin ia hanya bunga tidur. Namun, kesokan harinya mimpi
serupa menyapaku. Dengan cerita dan pemeran yang sama. Begitu pula lusa. Mimpi
itu terulang tiga kali. Ada apa ini ya Rabb, pertandakah atau justru setan
mengganggu lelapku karena alpa menyebut nama-MU sebelum ku tertidur. Ku coba
untuk tak memperdulikan dan berharap mimpi itu terlupa tergerus oleh
aktivitasku. Yey... aku berhasil.
Satu bulan berselang. Mimpi
keempatpun hadir. Juga dengan pemeran dan cerita yang sama. Hampir galau ku
dibuatnya. Secara hati ini pun memang telah merindukan masa itu tiba. Sejumput
harappun tumbuh dalam kalbu. Khayalku berlarian bebas merangkai cerita.
Angankkupun tak ketinggalan merajut asa. Oh... Rabbi.... aku terbuai oleh mimpi
itu. Besar harapku mimpi itu jadi kenyataan.
Ku coba tanyakan langsung pada
Sang Pemilik mimpi mengenai kebenarannya. Ku paksa mataku terjaga demi berduaan
dengan Sang Maha Tahu. Harap dan cemas menggelayuti hati dan fikirku. Setelah
beberapa waktu, mimpi itu hadir. Pemeran yang samapun turut hadir. Namun kali
ini kisah yang berbeda membersamai. Resah menjangkiti tubuh ketika ku
terbangun. Ada rasa tak siap ketika fikirku mencoba menafsirkan. Antara iya dan
tidak. Ragupun menggantikan yakinku selama ini. Namun entah mengapa seakan ku
tak mau menerima tafsiranku sendiri. Inginku hadir lagi sebuah jawab yang mudah
ku cerna dan ku tafsir. Namun inginku tak terjawab. Mimpi dan petunjuk tak jua
hadir. Sementara sang pemeran terus menghantui hariku. Namanya semakin terngiang
di telingaku. Wajahnya seolah hadir dalam setiap langkahku. Ku coba lari dari
semua. Ku tinggalkan ia dalam pojok hatiku. Ku tutup rapat dan tak ku sentuh
sedikitpun. Ku sibukkan diri dengan aktivitas dan keseharian yang merutinitas.
Waktupun terus berlari. Aktivitas
yang padat merayap mengalihkan fikir dan ingatanku. Mimpi-mimpi itu tak lagi
mengusik hariku. Ku semakin tenggelam dengan kegiatan-kegiatan yang menguras
tenaga dan otak. Disaat ku terlelap karena lelah yang teramat sangat, tetiba
mimpi kembali menyapaku. Kalli ini hanya namanya saja yang berulang kali hadir membawa
kisah yang sama, namun entah mengapa sang pemeranpun berganti. Rabbi....
apalagi ini. Kerutku tatkala terjaga.
Dua hari berlalu. Ketika selesai
sholat zuhur, seoranng senior mengabariku bahwa seseorang akan menuju tahap
lanjut dalam proses hidupnya. Terkejut aku ketika beliau menyebutkan namanya.
Allaaah...... itu adalah pemeran dalam mimpiku selama ini. Selaksa kecewa hadir
dalam diri. Nyeripun menyapa sudut kalbu yang sempat berharap. Senja nan
meronapun seketika sirna berganti gelap yang menggulita. Rabbi..... inikah
jawaban tanpa tafsir nan mudah kucerna dari mimpi-mimpi dan tanyakku selama
ini??
Yah.... harapan itu slalu ada,
karena ku yakin dengan kata-kata cinta-NYA; “Allah tidak membebani seseorang
melainkan dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang
diusahakannya dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya ...”
(Al-Baqoroh:286). Mungkin ini cara DIA mendidikku agar lebih kuat, tangguh dan
perkasa. Dan tiada sebaik-baik cara kecuali cara-NYA.
Dan kini beberapa pekan berlalu
sudah, dan rasaku sudah kembali normal. Kejadian itu sudah tak terlalu
berpengaruh. Aktivitas telah memulihkanku. Tuhanku sudah cukup menjadi alasanku melupakan semua kejadian itu dengan tetap mengambil hikmah di baliknya. Laa ilaaha illa Anta. Subhaanaka
inni kuntu minazhzhaalimiin.
Maka, ya Allah ..... walau jangan
sampai Kau karuniakan pasangan yang mirip Fir’aun, teguhkan aku bagai Asiyah
yang mukminah, anugrahkan rumah di sisi-MU di dalam surga.
Maka, ya Allah ..... walau
persoalan hidup tak sepelik yang dialami Ibunda Musa, bisikkan selalu
kejernihan-MU difirasatku saat menghadapi musykilnya hari-hari.
Maka, ya Allah ..... walau ilmu dan kebijaksanaan tak seutuh
Luqman Al-Hakim, tajamkan pikir dan rasaku ntuk mengambil ibrah di setiap
kejadian.
Maka, ya Allah ...... ridhokan
aku dengan segala keputusan dan ketetapan-MU.
0 comments:
Posting Komentar