Minggu, 02 Agustus 2020

Aku


Terkurung di wajah murung
Ditingkap kecil samar lampu neon benderang
Pengap gelisah berlipat dalam dada menyokong
Sebenarnya tetap ada yang menolong, meski kadang tiada disadari

Di tempat ini
Aku termenung
Terpendam segala di relung
Bagaimana bisa aku bebas berekspresi? Sedangkan tengah di persekusi

Tuan, kau keliru kolam buaya meranum di mataku
Penghakiman itu mulai menghadirkan segala titik nadir
Bahagiaku yang mendampar
Merangkai kembali tetes demi tetes air mata meski tau akan tumpah, namun tersembunyi dalam isak tertahan; sebuah kamuflase sedu sedan
Dengan tega, Tuan melempar ku kedalam inti jantung kehidupan yang fana meski subjektif

Tuan, aku tak sepintar sandiwara mereka yang menaruh panggung di atas meja bertaplak aspirasi dan masukan membangun yang berdandan cukup necis
Sekarang tengok saja! Aku ditelanjangi takdir
Dan diseragamkan oleh mereka manusia-manusia borjuis, serta dikebiri akan dosis eksploitasi tingkat fantastis

Tuan, yang kau lakukan itu jahat!
Aku ini anak manusia
Dan tetap menjadi manusia, seperti mu, dia, kalian, juga mereka
Meski kini kau membuatku sedang merasa gagal
Namun tunggu, aku bukan pesakitan seperti yang kau duga
Aku tetap akan bergerak, dengan atau tanpa predikat




0 comments: