Jumat, 30 Desember 2016

menanti kembali di hijau putih

menanti senja di Cibangban #surpanSAI

yang diam tak selalu pasif
yang bergemuruh tak selamanya reaktif
terkadang harus merasakan pasif untuk tahu arti aktif

bisa jadi merasakan sakit adalah salah satu caraNYa mengajarkan syukur akan nikmat sehat

rehat sejenak mungkin bisa jadi pemantik untuk kembali mencharger tenaga,  ruhiah,  dan semangat untuk kembali meneruskan perjalanan hingga titik yang ditentukanNYA



#menyapakembalibangunanhijauputih
#masuktopleslagi

Jumat, 23 Desember 2016

berkawan gamang



Malam. Aku sengaja menantimu. Mungkin engkau ingin kudengarkan, atau justru engkau yang ingin mendengar kisahku. oh bukan,  lebih tapatnya akulah yang butuh didengarkan. Diantara lembutnya suara kipas angin yang menyejukkan ruang unguku. Kita biasa saling jujur dalam diam.

aku cemburu. cemburu padanya yang berhasil mencuri kagummu. cemburu padanya yang hari ini bersua denganmu sementara aku sendiri menanti di ruang hijau putih.

aku takut. takut akan kagummu akan semakin besar padanya. takut bila ternyata memang kau miliknya, justru akulah yang yang tak semestinya bermain rasa. takut akan sepotong hati yang ternyata salah melabuhkan.

aku posesesiv. merasa memilikimu yang padahal belum halal. merasa akulah yang lebih berhak atasmu. selalu khawatir bila kau berinteraksi dengan kaum hawa yang lain.

aku gamang. gamang atas kecenderungan yang semakin condong sementara keraguan menghantui. gamang atas kondisi yang tak mungkin ku tegaskan.

malam,  ku yakin kau tahu kisahku. bersama sunyi,  kubingkai ia dalm aksara.



penantian di hijau putih

menelusuri aspal demi aspal untuk kembali menyapa bangunan berciri hijau putih

selagi kuncup ku sambangi dia
berharap selesaikan semua urusan dengan segera
hingga mentari mencapai puncak
dimana tak ada awan sebagai peraduan
sampai kini ia telah bergeser dari lintasannya

owh... nampaknya waktu kembali mengujiku
hendak melihat mampukah ku bergradasi emosi atau menghegemoni rasa
atau aku berkawan gamang
di sudut ruang bersajadah memeluk lantai nan dingin

Jumat, 09 Desember 2016

sepotong pizza

malam sabtu kali ini tidak beku. bukan hanya sekedar karena tak hujan,  tetapi karena kehangatannya masih terasa hingga bulan keluar dari peraduan. 

mungkin kita masih tak banyak bercakap. bisa jadi kita masih belum bertukar cerita mendalam. pun kita hanya sebatas formal.

pertanyaan sederhanamu padaku,  itu sudah membuatku senang. senyummu tatkala mendengar cerita betapa mengagumkannya keponakanku, membuatku terasa dihargai. dan... kejutan itu datang,  sepotong pizza yang kau berikan untukku,  benar-benar melambungkan ku. terasa mengawang. seperti mengangkasa. tak hendak turun. kunikmati melayang mengetuk pintu langit.

sederhana, namun menghujam. sesederhana pepohon jati nan mengakar kokoh ke dalam tanah. 

malam ini,  kembali ku ketuk pintuNYA. berharap ada jawab atas semua tanya. memohon cenderungkan hati pada apa yang menjadi jawabNYA.

Minggu, 04 Desember 2016

Senja yang bisu


Hujan turun tipis
menyisakan gerimis yang manis
walau tak ditemani brownis
dan tak hendak berpuitis

Hujan sempat menggebu
di senja yang bisu
dalam ruangan terbalut ungu
torehkan rindu di relung kalbu

Hujan menyapa sengit
melontarkan namamu agar melangit
teringat hari-hari yang legit
terlupa semua nyeri dan sakit

Hujan semakin lembut
membuat lukisan pada kaca yang berkabut
mengingatnya semakin ku terhanyut
meski tanpa cokelat hangat untuk ku seruput


Sabtu, 03 Desember 2016

kala rasa itu menyapa


Tiba saatny rindu menyapa ketika tak bersua, atau tak hendak beranjak ketika sedang bersama. seolah tak rela dimensi memisahkan.

Ada kalanya keinginan berbakti menjadi begitu besar. tumbuh rasa bahagia bila bisa melayani. rasa senang yang tiada kepalang ketika bisa mencurahkan perhatian. bangga bila bisa menyambut kehadiran atau menghantarkan kepergian.

Ketika semakin kuat rasa menyapa,  bahwa bukan sekedar keinginan; melainkan sebuah kebutuhan. dan dengannya, syurgaNYA menjadi lebih dekat.

 

Selasa, 29 November 2016

penantian yang terjawab


akhirnya....
penantian bertahun terjawab
perjuangan sekian lama membuahkan hasil
kesabaran teramat sangat teruji

ketika pertahanan hampir tumbang
ketika semangat hampir patah
ketika asa hampir terputus

cahaya itu datang
sinar itu menyapa
pertolonganMu sungguh nyata
kuasaMu begitu terpampang

*barakalloh, tunai sudah janjimu. semoga ilmu yang diterima berkah,  bermanfaat dan menjadi kebaikan di akhirat. akhirnya pulang bawa toga

Sabtu, 19 November 2016

Mari menulis


wah.. ada pelatihan menulis yang diadakan oleh SAI Sabtu 19 November. aku hampir selalu tertarik dengan pelatihan menulis. entahlah, apakah ini tanda kalau aku berbakat jadi penulis. yang jelas, menulis adalah salah satu kesenanganku. lewat aksaralah aku berani vulgar mencurahkan isi hati. lewat aksara juga aku berani bermain rasa. melakui aksara ku sampaikan keinginanku. aksara juga lah yang aku pilih jika aku ingin menyampaikan saran atau masukan kepada orang lain saat aku tak bisa memverbalkannya. aksara ... oh ... aksara, aku terpikat denganmu.

Banyak hal menarik yang bisa ku pelajari dari pelatihan kali ini. ternyata selain menyalurkan minat, menjalankan hobi, dan sebagai sarana ibadah,  ternyata menulis itu banyak lebihnya. salah satunya adalah mendatangkan rezeki. apalagi kalau karya tersebut menjadi best seller. wew... dahsyat. kalau menurut Brilli Agung, zaman sekarang penulis adalah calon menantu idaman,  hehe...

Ide, adalah hal krusial yang sering menjadi momok. "bingung mau nulis apa"; " aku ga ada ide"; "mentok nih,  idenya habis", dan berbagai kalimat lain yang menyimpulkan bahwa ide adalah alasan utama orang kesulitan menulis. 

Mengutip perkataan Dewi Lestari sang Super Nova sewaktu aku pelatihan menulis setahun lalu, ternyata ide itu ada di sekeliling kita. ide selalu menghampiri kita. permasalahannya adalah,  kita peka atau tidak dengan keberadaan ide. 

Masih menurut mba Dee,  untuk menangkap ide itu kita harus menggunakan semua panca indera kita dengan baik. lihat lebih jeli sekeliling kita, dengarkan dengan seksama sekitar kita, tangkap dengan pasti aroma yang tercium oleh hidung kita, raba setiap tekstur yang menghampiri kita,  hingga coba fungsikan indera pengecap kita. niscaya,  kita akan menemukan ide itu. latih terus hingga lama-lama kita akan peka dengan ide kita.

Sedangkan kalau menurut Brilli Agung, seorang penulis yang bervisi menjadi gurunya penulis; ide itu mengetuk hati. banyak orang yang patah hati mendadak jadi pujangga. nah,  manfaatkan ini. kelolalah patah hati dan jadilah produktif. kelolalah patah hati sebagai ide yang terus mengalir untuk menulis.

Yah... apapun itu,  yang aku percaya ide itu datangnya dari Allah. so, biar dapet ide terus,  maka dekatilah Sang Pemilik ide, dan minta Dia memberikan ide, hehe...

Kalau ide sudah dapat,  maka tulislah apa yang ada di kepalamu. tulislah tanpa pernah mengedit. Menurut mba Ifa -sang novelis produktif- penulis dan editor itu 2 pekerjaan yang berbeda. jangan mengambil alih pekerjaan tersebut ketika kita sedang menjadi penulis. tulislah semua yang ingin kau tulis, jangan berhenti hanya untuk mengedit atau membaca ulang tulisanmu. serahkan urusan edit mengedit ini pada ahlinya. pekerjaanmu hanya teruslah menulis. jangan lupa,  perbanyak lah mmbaca untuk membuka dan memperluas wawasan serta meningkatkan skill menulis kita. Begitu hal yang dapat aku simpulkan.

semoga sedikit hal yang aku tuliskan ini bisa menambah semangat dan meningkatkan kemampuan kita menulis. karena bagiku,  sejatinya menulis adalah sarana berbagi, peluang kebaikan yang menjariah,  serta kesempatan menuliskan sejarah. so... mari kita ukir sejarah kita lewat aksara yang berpadu menghasilkan sebuah makna yang membawa kebaikan. semoga tulisan-tulisan sederhana kita Allah ridhoi sebagai jalan kebaikan (menginspirasi) bagi orang lain.


Senin, 14 November 2016

Purnama

Purnama kembali menyapaku. Menemani ku menyusuri jalan-jalan lurus di atas roda yang berputar. Ku pandangi ia dalam diam,  tampak bulat penuh sempurna dan terlihat lebih besar. Indah sekali. Belakangan baru aku tahu purnama kali ini adalah supermoon yang baru akan terulang kembali tahun 2034. 

Purnama ... ku tatap kau lekat-lekat. Seolah kita sedang berdialog berdua. Meski hanya lewat kalbu,  ku sampaikan semua kesah dan kelu ku padamu. Anganku,  kau mendengar semua ceritaku walau terkadang awan menyembul di antara kita.

Purnama ... penat aku melihat ini. sesak terasa menghadapinya. Seolah semua laku tersalah. Teranggap semua lamban dan gagal. Bak pesakitan terdampar di pinggir jalan dihiasi tatap sinis dan ucapan yang menghujam dalam.

Purnama ... terima kasih telah menemani. sinar lembutmu menentramkanku di peraduan.

Sabtu, 05 November 2016

saat ....



saat tawamu menemani hari-hariku
aku merasa menjadi lebih baik
saat wajah cerahmu menyapaku
aku merasa dukungan itu ada
saat matamu menatap lekat
aku merasa kekuatan mengalir dalam diri
saat pertanyaanmu beralamat padaku
aku rasakan perhatian itu nyata
saat tawaranmu kau tujukan padaku
aku rasakan pedulimu menghujaniku


*terima kasih untuk yogurtnya. semoga Allah ridho denganmu.

Selasa, 01 November 2016

Menunggu


Agendaku hari ini bertemu dengan 2 orang yang berkompeten di bidangnya masing-masing. Pagi-pagi sekali aku telah menyambangi instansi yang beberapa waktu ini akrab denganku. Setelah 3 jam menunggu,  tibalah giliranku. Segera ku langkahkan kaki menuju ruangan yang serba putih. Aroma khas tertangkap indera penciumanku. Setelah ku letakkan berkas pada tempatnya,  seorang petugas menghampiriku. Ternyata orang yang kutuju hanya praktek hingga jam 10.00, itu artinya,  tinggal 30 menit lagi,  dan beliau tidak dapat menerima "konsumen" lagi. Sang petugas menyarankanku untuk kembali datang pukul 13.00. subhanalloh, kembali ku harus menunggu 3 jam. agenda pertamaku gagal.

Tak mau menyia-nyiakan waktu,  segera ku jalankan agenda selanjutnya. Bertemu dengan orang penting ke dua.  Setelah berkas kembali ku serahkan pada petugas, mereka dengan sigap memeriksaku. beberapa data diambil. Dan kembali ku diminta menunggu antri untuk dipanggil. 1 jam berjalan,  namaku baru dipanggil. Sayang, bukan untuk menjalankan agenda keduaku. Sang petugas menyatakan aku tidak bisa menjalankan agenda keduaku sebelum agenda pertama terlaksana. Ku tanya sampai jam berapakah "orang penting keduaku" praktek. Ternyata beliau hanya sampai jam 12.00. begitu informasi yang ku terima. Itu artinya agenda keduaku pun tidak dapat dijalankan hari ini. Dan aku harus kembali besok. Ya salam.... tetiba sesak di dada. Terbayang wajah anak-anakku satu persatu. Sudah 2 hari ku tinggalkan mereka. Sudah dua hari aku tak membersamai mereka mengkaji ilmuNYA. Apakah besok ku harus kembali meninggalkan mereka... tapi, ini ternyata proses yang Allah berikan padaku. Semua harus dijalani.

Ku regulasi emosiku dan  rasa lelahku menunggu berjam-jam. Ku hubungi partnerku,  mengabarkan padanya bahwa aku tak bisa segera kembali. Ku titipkan anak-anak padanya. Ku yakin,  di tangannya semua terkendali.

Waktu terus berjalan. Ponselku berdering. Sebuah pesan singkat masuk. ternyata dari partnerku. Beliau mengabarkan anak gantengku menangis karena ingin pelajaran matematika. Ya Rabbi... perasaanku yang mulai lega,  kembali galau. Aku tidak sempat berpamitan dengan mereka. Aku tidak sempat menginformasikan perubahan jadwal. Tidak semua anak-anakku bisa "fine-fine" saja dengan jadwal yang berubah tiba-tiba. Terbayang di benakku wajah si ganteng yang panik karena jadwal hari ini tidak berjalan seperti biasa. Maafin aku ya bang, doakan semoga semua ikhtiar ini berjalan lancar dengan segala prosesnya yang kadang diluar harapan dan perkiraan. Insya Allah setelah urusan ini tuntas, semua akan berjalan seperti semula.

Senin, 31 Oktober 2016

Jika dia bukan jodohku



Jika dia bukan jodohku,
Ya Allah pudarkanlah keindahan wajahnya dari pandanganku, aku tak ingin mencintai orang yang salah. Sungguh walaupun melupakannya sangat menyakitkan, aku berusaha untuk sanggup, gugurkanlah satu-persatu dengan perlahan semua kenangan. Kenangan yang senantiasa melekat erat dalam ingatanku, karena jika semua terhapus dalam waktu sekejap, aku takut itu akan menyiksa diriku

Jika dia bukan jodohku
Ya Allah bantulah aku untuk mencabut perasaan tak biasa ini dari hatiku. Aku akan merasa bersalah dan mengutuki diri jika dia yang kini bersemayam anggun di hatiku bukanlah jodohku …
Aku sadar itu tidaklah mudah karena akarnya terlanjur membumi di hatiku, tapi demi keridhoan-Mu, apa yang tidak akan aku lakukan?

Jika dia bukan jodohku
Ya Allah kumohon jangan hadirkan sosoknya lagi dalam mimpi-mimpi malamku …
Karena itu hanya akan membuatku semakin berandai-andai dan lalai dari mengingat-Mu …

Jika dia bukan jodohku
Ya Allah jauhkanlah sejauh yang aku butuhkan untuk menjadikan namanya terdengar biasa saja di pendengaranku ..
karena sungguh, atas perasaan ini aku tak mampu tenang bila mendengar namanya …

Jika dia bukan jodohku
Ya Allah jauhkanlah sejauh yang aku butuhkan untuk menjadikan wajahnya terlihat biasa saja bagiku ..
Karena sungguh atas perasaan ini hatiku tak bisa bergetar wajar bila memandang wajahnya ..

Jika dia bukan jodohku
Ya Allah janganlah membuatku berbangga hati ketika menerima pesan darinya, hilangkanlah perasaan itu ..
Karena sungguh, aku akan selalu menunggu dengan berdebar-debar balasan pesan pesan selanjutnya …

Jika dia bukan jodohku
Ya Allah janganlah membuatku selalu rindu mengaitkan hati padanya ..
Karena sungguh sangatlah menyakitkan jikalau aku tau bahwa dia tidak rindu padaku …
Padahal merindukanMu lebih pantas diatas segala-galanya …

Jika dia bukan jodohku
Ya Allah janganlah membuatku terus berharap kelak ia akan menjadi jodohku …
Karena sungguh, sudah ada orang yang kelak menungguku di ujung sana, ialah jodohku sebenar-benarnya .

Satu lagi pintaku ya Allah
izinkan aku untuk tidak terus terlena akan-nya, karena aku harus memperbaiki & memantaskan diri bagi jodohku diujung sana ..
Namun jika dia memang jodohku
Persatukanlah kami diruang dan waktu yang telah engkau tentukan
Karena rencanaMu begitu indah untuk kami
Ku titipkan hati ini padaMu ya Allah, Dzat yang tidak pernah mengkhianati titipan


*tulisan ini copas,  tapi saya tidak tahu siapa penulis aslinya

Jumat, 28 Oktober 2016

Kionaku semakin pintar.


#1
siang kemarin ia melepas sendiri diapersnya yang telah penuh, lalu membuangnya ke dalam tong sampah di dapur. "pempesnya sudah penuh oma, Kionanya bisa ganti pampers sendiri" lapornya kepada sang oma sembari membuang diapers ke tong sampah.

#2
saat ini Kiona lagi senang main air dan memindahkan air tersebut dari satu wadah ke wadah lainnya. selain itu beberapa waktu terakhir ia juga sangat senang memakai baju kuda poni. setiap habis mandi hanya mau pakai baju kuda poni. alhasil tuh baju sangat jarang masuk lemari. begitu baju itu kering setelah dicuci,  Kiona langsung memakainya kembali. kembali ke main air. agar tuh baju kuda poni tak basah karena main air,  Kiona berhasil menemukan solusinya seorang diri. "tolong bantu bundo" pintanya untuk membantu menarik baju yang tersangkut saat Kiona berusaha membuka baju sendiri.
"kok dibuka bajunya" tanyaku. "biar baju kuda poni ga basah bundo,  Kiona mau main air" jawabnya mantap.

#3
Pagi tadi Kiona meminta dibelikan kue bolu. jadilah ia bersama atuk pergi ke toko kue. tetiba di sana segera ia memilih kue kesukaannya. lalu ia mengambil sebuah donat bertabur cokelat keaukaannku. "beli ini buat bundo,  atuk" ucapnya pada sang kakek. Masya Allah, batita seusia Kiona teringat akan kesukaan ku dan kepikiran membelikannya untuk ku.

masya Allah,bahagia itu sederhana. melihat Kiona dan Haruni tumbuh sehat,  cerdas, dan solihat rasanya begitu menakjubkan. luv u keponakan tercintah

#KionaCantigiSalsabila
#27M2D

Kamis, 20 Oktober 2016

meski....


meski hanya duduk sejajar  pada baris yang sama,  meski hanya bersandar pada sandaran masing-masing,  meski hanya berbincang sepenggal lalu diam dan sibuk dengan bisu masing-masing. meski hanya sepersekian menit kebersamaan itu tercipta. itu cukup menghapus murung yang sedari pagi bergelayut padaku, 

Adakah yang lebih romantis dari seseorang yang tidak pernah bertemu, tapi namanya sudah gaduh dibicarakan malaikat. Hanya bisa menyapa  dalam doa yang Allah sampaikan ke dalam hati. Karena iman itu hadir bersama keta’atan dan terwujud bersama ikhtiar bersama pengorbanan. Karena semua akan tiba disaat terbaik.


Jumat, 14 Oktober 2016

Teka teki rasa

Senja kemarin ku sambangi rumah seorang sahabat. Sembari menyantap es krim favorit kami,  obrolan pun semakin beragam, hingga sampai pada klimaks. Ia bertanya padaku bagaimana kabar aku dan dia. Haha.... tawa ku berderai. "biasa aja" jawabku singkat, lalu ku diam.
Obrolanpun semakin berlanjut,  hingga ku dapati kalimatnya yang cukup mengena bagiku. "Terkadang,  berbagai kondisi yang terjadi kita hubung-hubungkan. kita anggap ini suatu kebetulan. padahal sebenernya itu adalah ujian dari NYA" jleb... kalimatnya syarat akan makna.

Malam menjelang,  aku kepikiran dengan kata-katanya. Nuraniku membenarkan. Bisa jadi semua kejadian aku anggap sebagai kebetulan atau justru sengaja dibuat kebetulan. Padahal tidak demikianlah sejatinya.

Berkaca pada pengalaman 5 tahun silam. Mungkin ini saatnya kembali sebagai diri sendiri. mungkin ini saatnya berhenti menerka-nerka setiap huruf yang ia reka. mungkin ini saatnya berhenti menghubung-hubungkan keadaannya dengan keadaanku.

Rasa, adalah sebuah misteri. Rasa adalah sebuah teka-teki. Cara terbaik untuk menjawab teka-teki rasa adalah dengan berhenti mencari jawabannya. Berhenti mencari tahu apa dan bagaimana sebenarnya perasaannya. Berhenti mencari tahu semua jawaban teka-teki itu. Karena ini teka-teki rasa, semakin aku menebak, semakin hilang kemurnian rasanya. Semakin banyak rasa-rasa lain yang turut larut.

"Mungkin,  tak perlu aku terus menerka. Bila dia memang memiliki perasaan terhadapku, maka ia akan memperjuangkanku dengan cara yang dicintai-Nya. Jika tidak, mungkin rasa itu tidak murni karena-Nya. Atau, mungkin saja Allah masih belum mengizinkan waktu itu tiba. Karena setiap teka-teki, jika sudah waktunya terjawab, pasti akan terjawab dengan benar. Tidak bisa di satu sisi saja. Ia saling terhubung satu sama lain. Jadi, jika aku bukan jawaban dari teka-teki perasaannya, atau jika dia bukan jawaban dari teka-teki perasaanku, ya ... memang bukan begitu jawaban teka-tekinya. Tidak akan bisa. Tak akan dapat. Allah sudah mengaturnya. Ikuti saja cara-Nya." Hatiku bermonolog teringat kata-kata Ahimsa Azaleav dalam novel teka-teki rasa.

semoga monolog segumpal daging dalam dadaku ini tak hanya sebatas wacana. Aku tahu teorinya,  namun terkadang ku kalah. Sering kali ku turuti sesuatu yang salah. hingga aku kembali terjebak pada suatu teka teki rasa.

Senin, 10 Oktober 2016

Susur Pantai; bersama kalian, upgrading rasa liburan

Akhirnya tiba juga waktu yang telah diagendakan sejak awal tahun ajaran, yups upgrading fisik bagi guru-guru. Awalnya aku sedikit tak bersemangat menghadapi surpan kedua ku ini selain karena kondisi fisik yang sedang tidak fit,  tidak lengkapnya 2 orang temanku juga sedikit mempengaruhi semangat. Jadilah aku baru packing malam hari. Dengan BismiLlah kembali kuluruskan niat dan ku jalani dengan senang.

Senin pagi kami bersebelas pergi menuju Cibangban,  Pelabuhan Ratu dengan diantar oleh Pak Leo (orang tua Fariz) dan pakde Gavan. Kami dipecah menjadi 2 kelompok untuk menaiki mobil. Aku semobil bersama Pak Aris,  Pak Fatwa, Bu Rila,  Bu Dian, dan bu Zainab. sedangkan Pak Ilham, Bu Rina,  Ms Nur, dan bu Nina naik mobil pakde Gavan. Pukul 09.00 kami baru berangkat dari sekolah. Perjalanan kami dihibur oleh celotehan Fariz yang bertanya banyak hal dan tidak selesai-selesai. Mulai dari dinasaurus,  tumbuhan omnivora, ikan piranha hingga tebak-tebakan. Tak sedikit tawa riang terdengar meramaikan mobil yang aku tumpangi. Kalau geng nya pak Ilham, entahlah ... keseruan apa yang terjadi di sana. Yang jelas,  aku yakin perjalanannya menyenangkan.


Pukul 14.00 kami beristirahat di masjid At-Taqwa daerah Cikidang. Setelah sholat dan makan siang, perjalanan kami lanjutkan. Kami tiba di Cibangban sekitar pukul 16.30. setelah menyapa kepala sekolah dan teman-teman dari SAI Studi Alam, kami segera berlarian ke pantai menikmati deburan ombak dan tiupan angin yang menyambut kehadiran kami. Tanpa tendeng aling-aling, kami segera mengabadikan moment meski hanya lewat kamera hp dan camera digital. Keseruan berakhir setelah azan maghrib berkumandang.

Perjalanan panjang kami untuk surpan baru di mulai selasa pagi. Pukul 06.30 kami mulai berjalan. Meski carier yang beratnya melebihi sepertiga berat tubuh kami, perjalanan tetap kami sambut dengan ceria dan tentu saja tak ketinggalan foto-foto di setiap tempat yang bagus.


Susur pantai itu betul-betul menantang dan melatih daya tahan. Medan yang kami lalui bukan hanya pantai yang rata,  pasir yang halus atau ombak yang menyapa lembut. Melainkan bukit yang menjulang,  tanjakan yang sangat curam,  bebatuan cadas,  tebing tinggi,  karang tajam,  sungai yang cukup deras,  jurang yang mengancam hingga tanah licin yang membahayakan. Bukan hanya mental dan kekuatan fisik yang diuji, tetapi juga solidaritas,  rasa sepenanggungan hingga ego yang harus ditekan.

Tak semua dari kami memiliki fisik yang kuat. Tak semua dari kami dalam kondisi sehat dan bugar. Tak semua dari kami memiliki kesiapan yang paripurna. Tak semua dari kami terbiasa dengan perjalanan jauh dengan medan yang menantang, dan tentunya kami semua memiliki ritme dan kecepatan berjalan yang tidak sama. Jadilah kesepakatan kami adalah harus selalu bersama dan menjaga dalam kondisi apapun.



Bagi yang cepat,  harus rela memperlambat langkah. Sedangkan yang lambat,  harus berjuang lebih bersegera demi keseimbangan perjalanan dan waktu yang efektif. Perjalanan ini harus berpacu dengan waktu karena alam tak menunggu kesiapan kami. Ketika air pasang,  maka ia tak perlu menunggu kesiapan kami menghadapi pasangnya pantai. Begitupun ketika langit mendung dan hujan turun deras tanpa permisi dan menunggu kami siap memakai rain coat. Bagiku surpan kali ini benar-benar upgrading fisik, hati,ukhuwah,  dan mental.


Perjalanan yang kami lalui benar-benar membuat ikatan dan hati ini semakin berpaut dan berpadu. banyak moment indah yang kami alami,  cerita manis yang kami jalani,  canda yang tercipta,  tawa renyah nan membahana,  hingga air mata mengalir lirih.




Masih terekam jelas dalam memori ku bagaimana kami harus saling menjaga, saling berbagi,  hingga saling berlapang dada. Ada moment di mana kami harus berbagi minum satu botol air mineral untuk 11 orang. Memanjat pohon kelapa dan mengambil buahnya lalu kami kumpulkan air dan dagingnya untuk dinikmati bersama. Membawakan carier teman yang cidera karena terjatuh di karang. Meminjamkan sendal gunung pada teman yang sepatunya jebol (terimakasih bu zae, atas pinjaman sendalnya). Mendirikan tenda dan bermalam di atas bebatuan. Menikmati indahnya lukisan alam. Makan, memasak di samping karang hingga menjemur pakaian di atas pasir dan karang sembari rehat makan siang di tengah perjalanan. Berenang riang dan bergulung ombak,  hingga mengubur Pak Ilham dan membentuknya seperti putri duyung. Bermalam di atas pasir putih nan lembut hingga makan di atas saung beralaskan pelepah pisang dan sarapan di tepi pantai satu tampah bersama. Masya Allah... benar-benar indah nya ukhuwah begitu terasa. Benar-benar moment indah begitu terekam dalam ingatan. Meski lelah, meski cidera, namun senyum bahagia dan penuh syukur tergambar di wajah-wajah kami. Bagaimana diri kami,  saat itu benar-benar terlihat. Yang di sekolah terlihat kaku dan pendiam ternyata lucu dan rame. Ada yang terlihat acuh,  ternyata begitu care dan peduli. Namun ada yang memang tidak berubah, begitulah adanya baik di sekolah maupun di perjalanan, sama aja baiknya.



Malam terakhir kami lalui dengan makan malam di saung warga sekitar dengan beralaskan pelepah pisang. Kami refleksi kegiatan beberapa hari ini. Satu per satu cerita mengalir lancar dari lidah-lidah kami. Tak jarang gelak tawa menghiasi. Dan... moment mengharukan itu tiba,  saat di mana salah satu dari kami menyampaikan kalimat perpisahan karena harus pindah tugas ke SAI Meruyung. Ada butiran hangat mengalir dari sudut mata kami. Senyum perpisahan yang terasa getir. Pelukan hangat yang terasa berbeda. Kawan .... harapku semoga tautan ini tetap terjaga. Ikatan ini tetap mengakar.


Perjalanan kami 4 hari berakhir sendu karena ternyata itu adalah moment terakhir kami bersama mrs Nur. Namun semangat kebersamaan itu masih terasa. Harapku semoga ikatan itu terus padu,  hati itu terus terpaut,  kekompakkan itu terus terjaga. Because we are family. Bersama kita saling mengingatkan dan menasehati dalam taqwa. Bersama kita bagi beban dan saling meringankan. Bersama kita berlomba dalam kebaikan. Bersama kita menjalani amanah melahirkan generasi pemimpin nan berahlak mulia. Bersama kita berjuang memajukan sekolah yang kita cintai. Bersama kita membangun peradaban. Bersama kita di syurgaNYA. Karena kebersaman adalah kekuatan kita.

Kepada Bu Pipin dan Sekolah Alam Indonesia, terima kasih telah mengadakan surpan tahun ini. kepada Pak Leo dan Pakde, terima kasih telah mengantar dan menjemput kami. Kepada kalian,  guru-guru hebat; teman seperjuangan; saudara sepenanggungan, terima kasih atas segala kebaikan, pertolongan, rasa nyaman, rasa aman, dan semua hal dalam perjalanan ini. Semoga Allah ridho dengan apa yang kita lakukan. mohon maaf lahir batin atas semua salah dan khilaf yang terjadi.

Jumat, 07 Oktober 2016

Hai Kalian

Hai kalian... dua pekan tak bersua. Tak sabar ku nanti kepulangan kalian. Tak sabar pula ingin ku dengar cerita kalian. Huft... sejujurnya aku iri dengan kalian yang bisa 2 pekan bermalam di sana.


Hai kalian .... tolong ceritakan padaku bagaimana keadaannya di rumah. Bagaimana perilakunya terhadap orang tua nya,  terutama ibunya. Bagaimana sikapnya terhadap saudara kandungnya. Bagaimana hubungannya dengan Tuhannya. Bagaimana kegiatannya keseharian. Apa saja yang ia lakukan sepanjang hari. Apakah yang disukainya.

Hai kalian .... tolong ceritakan padaku sejujurnya ya.  Agar tak salah hati ini merasa. Agar tak salah harap ini meng-asa. Agar tak salah doa ini mengangkasa.

Selasa, 04 Oktober 2016

Diam yang tak bergemuruh


Kulangitkan namamu dengan diam yang tak bergemuruh.
Sore sekali,  di senja yang bisu.
Mungkin cinta akan pergi di keheningan malam yang pekat 
(Sri Efriyanti Zahra)




setiap hari membersamaimu,  membuat rasa itu makin tumbuh. bak cendawan dimusim hujan. rasaku menjamur hampir di setiap relung dan aliran. 

sebenarnya ku hendak mencegahnya, namun keinganan lain lebih kuat. dan akupun menurut padanya. aku menyerah pada waktu yang selalu membersamai. aku meyerah pada ruang yang memberi celah. celah untuk memandangmu dari ketiadaan. celah untuk mengamati laket-lekat seluruh tubuhmu hingga guratan kekuatan itu tergambar jelas di mataku. celah untuk menikmati dan mengenang suara khasmu, renyah tawamu, dan manis senyummu. celah untuk mencuri pandang saat kau bercengkrama mesra dengan Rabbmu.

aku tak mau orang tahu. bahkan,  jika bisa atmosfirpun tak boleh tahu. biarlah,  cukup aku dan PemiliKmu yang tahu. biarkan ku minta dirimu hanya pada Pemilikmu. biarkan ku kemas rasa ini dan kulambungkan namamu ke langit agar penghuni langit mengaamiinkannya.

padamu yang baru menggenapkan usia.... barakallohu fii umrik. semoga hadirmu menjadi jariah kebaikan bagi ibu yang mengandung,  melahirkan,  menyusui, dan mendidikmu. semoga keberadaanmu menjadi timbangan pemberat kebaikan bagi ayahmu yang telah menafkahi, mencurahkan semua cinta,  kasih sayang, hingga tetes keringatnya.

padamu yang kucintai dalam diam..... ku berharap kisah fatimah azzahra dan ali bin abi thalib menyerupai kisahku. tak bosan ku pinta kau pada Penciptamu dalam setiap kesempatan.

padamu yang ku kagumi dalam bisu.... membersamaimu dalam setiap langkah adalah bahagiaku.  ku nantikan kembali saat-saat menyusun waktu berdua. ku harapkan kembali menyapa fajar bersama. ku nantikan lagi menyusuri pantai dan karang hingga menapaki pasir-pasir putih hanya kau dan aku.

Sabtu, 01 Oktober 2016

Belajar dari Kiona

"terimakasih bundo sudah beliin baju kuda poninya" Kiona said.

sore ini si bocah kembali mengucapkan kalimat yang sama. padahal tuh baju dah lama beud dibeli. cuci kering pake pula. dan hampir setiap kali pakai tuh baju, si princes selalu mengucapkan kalimat di atas. sumpah.... berasa dihargai banget sama caranya.

"terimakasih oma sudah cuci seimut (selimut) doraemonnya. seimutnya jadi harum" ucapnya beberapa hari lalu saat selimut kesayangannya sudah rapi disetrika sama oma.








"terimakasih bapak,  sudah main ke rumah Kiona" sapa Kiona pada tamu Atuk nya yang hendak pulang bertamu dari rumah kami disuatu ketika.

"terimakasih om,  sudah jagain motor bundo kiona" ucapnya pada Om penjaga parkir di pasar minggu lalu.

"terimakasih pak,  sudah jalanin odong-odongnya" kalimatnya mengakhiri permainan odong-odong.

bocah 2,3 tahun itu tak pernah lupa mengucapkan terima kasih kepada siapapun yang telah memberinya sesuatu. terima kasih cinta,  sudah mengingatkan kami untuk menghargai setiap jasa orang lain pada diri kita. terimakasih sayang sudah mengajarkan kami untuk selalu mengingat dan mengucapkan terima kasih...

terima kasih Allah,  sudah anugrahkan kami anak solihat secerdas Kiona. terima kasih Rabbi,  sudah izinkanku selalu membersamai ponakan tercintaku.


semoga Allah selalu jaga dan istiqomahkanmu dalam kebaikan, duhai mata airku. semoga Allah jadikan kau anak yang berbakti pada mama papa, oma,  atuk,  dan selalu sayang sama bundo, uncle dan dede Haruni pastinya. aamiin.  luv U coz Allah,  solihatku...


#kiona Cantigi Salsabila

Selamat jalan cinta, selamat datang rindu

Seperti angin membadai.. kau tak melihatnya, tapi merasakannya. Begitulah cinta, ia ditakdirkan menjadi kata tanpa benda. Seperti banjir menderas, kau tak kuasa mencegahnya dan hanya bisa ternganga saat ia menjamah seluruh permukaan bumi. Demikianlah cinta.

Cinta ditakdirkan menjadi makna paling santun yang menyimpan kekuatan besar. Tak terlihat, hanya terasa. Tapi dahsyat...

Cinta seperti api yang menyala-nyala. Kau tak kuat melawannya. Hanya bisa menari saat ia mengunggun. Seperti itulah cinta..

[Anis Matta]














Dan kini... cinta itu menyapaku. cinta yang entah kapan hadir dan bermula. aku tak pernah memintanya. namun aku tak kuasa jua menolaknya.

Kini... ujian itu tiba. ketika masa berperan, ketika jarak menjadi antara. ketika pertemuan akan terasa sulit. saat hanya bisa memandang dan mencari jawab dari jauh.

Mungkin saat ini waktu yang tepat untuk mengucap:
"selamat jalan cinta.... selamat datang rindu"

Fiiamanillah kawan... semoga medan juangmu yang baru menjadikanmu hamba yang semakin taqwa,  manusia yang semakin berkualitas,  guru yang semakin menjadi tauladan.

Jumat, 30 September 2016

23 September


Tahun ini aku mulai menyukai tanggal 23 september yang sejak tahun 2011 aku membenci tanggal itu. Tentunya ada sesuatu yang membuatku menjadi membenci dan menyukai 23 september. Semakin benarlah bahwa hati itu bisa bolak balik. Aku yang dulu membenci 23 september,  sekarang jadi bahagia bila ingat tanggal itu.

Jadi ceritanya tanggal 23 september itu aku membuat selai kacang. Itu selai kacang pertama yang aku buat. Bermodal baca-baca resep di internet dan tanya-tanya, akhirnya ku beranikan membuatnya karena memang mau tidak mau suka tidak suka aku harus membuat.

Jadilah siang itu aku membuat selai kacang sambil di temani dia yang hanya menatap. Entah apa yang ada di fikirannya. Bisa jadi dia ragu dengan uji cobaku, atau justru sebenernya dia yang ingin melakukannya, haha... entahlah.

Seperti seorang anak kecil yang tak sabar menanti permen yang dijanjikan,  begitulah ekspresinya menatap blender yang tengah melumat halus kacang-kacang goreng menjadi selai. ucu melihat ekspresinya. 
"karena saya suka banget sama kacang,  jadi selai kacang ini pasti saya suka banget. jadi ga sabar pengen nyoba" begitu jawabnya saat ku tanya mengapa ekspresinya begitu.

Tak lama,  kacang-kacang itu telah halus dan berubah menjadi selai. Ku minta ia mencicipi nya,  apakah ada rasa yang kurang. Dengan wajah sumringah,  ia segera menjilat jarinya yang telah ku tetesi selai kacang.
"ehm... enak buaanget" ucapnya dihiasi senyum mengembang. "asli... ini enak banget" kalimatnya kembali diulang.

Waw... bahagianya aku hari itu. Dia suka dengan buatanku. Bahkan berkali kali dia berkata bahwa selai kacang buatanku enak. Ekspresinya itu loh... aku ga nahan. Sumpah,  lucu banget seperti anak kecil yang kegirangan mendapatkan ice cream kesukaan.

Akhirnya selai kacang ku selesai. Segera ku salin dan ku pindahkan pada sebuah wadah. Ketika aku sedang membersihkan sendok blender,  dia berkata:
"sini saya yang bersihin,  saya jilatin sendoknya" ucapnya diiringi tawa renyah.
"serius,  mau?" tanyaku sedikit terkejut
"maulah,  mau banget" jawabnya
"kalau boleh, selai kacang yang di blendernya juga jangan bersih-bersih, biar saya yang bersihin" sambungnya lagi.
"owh... oke... siap,  blendernya ga saya bersihin" ucapku sembari menahan tawa.
Dan... sesuai janjiku padanya,  selai kacang itu tidak aku bersihkan. Aku tinggalkan dalam blender dan segera kuserahkan padanya. Benar!! ternyata dia segera mengambil sendok dan menyendok selai kacang dalam blender. Lahap sekali ia memakannya sambil sesekali tersenyum dan berkata "selai kacangnya enak banget. saya suka"

Duhai.... bahagia itu sederhana, sesederhana melihatnya menyantap lahap selai kacang buatanku dengan wajah cerah sumringah dan senyum yang terus mengembang. Terima kasih ya,  sudah rubah 23 september menjadi tanggal yang membahagiakan bagiku.

Minggu, 25 September 2016

nada cinta dari guru-guru mungil ku

Saat menjelang pelajaran matematika

boy 1: "Bu Rima,  bu Rima suaranya kenapa? habis ya? minum dulu bu,  biar tenggorokannya enak trus suaranya gak hilang lagi. ayo bu minum air putih dulu. ibu harus banyak minum. kata ibu aku,  kalau sakit tenggorokan minum a*d*m *a*r*. bu Rima harus minum obat ya".

boy 2: "hey...fokus,  bu Rima suaranya sudah hilang,  janga berisik"

boy 3: " ibu minum obat ya"

boy 4: "bu Rima cepet sembuh ya"

Setelah muroja'ah hafalan

kebiasaan di sekolah kami sembari menunggu azan zuhur adalah muroja'ah hafalan yang disambung dengan doa. ketika salah satu guru sedang memimpin doa, tetiba dengan terbata seorang anakku "nyeletuk"

boy 5: " bu doain bu Rima biar cepet sembuh,  biar suaranya ga hilang lagi"

masya Allah..... NikmatNYA yang manakah yang kau dustakan. ternyata begitu banyak cinta tercurah dari guru-guru mungilku. terimakasih perhatiannya kiddos.... semoga Allah selalu menjaga kesehatan kalian.

#selaluadaceritadiSAICibinong

Sabtu, 24 September 2016

Hari Bersama Al


Berdebar dalam sabar
Bercengkrama dalam sunyi
Berusaha tenang meski menggelegar
Berpura membisu walau mulut bernyanyi

Seperti danau yang tak selalu bisa kukunjungi
Rasa juga perlu kerelaan
Tak selalu seperti yang ku mau
Ia bisa saja datang tiba-tiba
Kemudian pergi tanpa bicara
Mungkin itu sudah sifatnya

Dan hari ini,  kita lewati berdua
Sedari kehangatan mentari yang menyapa
Hingga fajar pun menjelang
Meski lelah menyambang
Hingga kantuk yang meradang
Membersamaimu jadi yang utama

Mungkin,  bila ku kuasa
Kuputuskan untuk menghentikan waktu
Agar ianya tak menjeda
Lalu kisah tak hanya sekedar semu

Kapankah kita kembali bercerita
Merasakan derapan langkah yang berderit
Menikmati bayu yang semilir
Mendengarkan alunan dedaunan yang saling bergesek


Al... terima kasih telah menemaniku melewati hari yang mempesona. ku nantikan kesempatan ini terulang, lagi,  kembali, dan terjadwal.

Kamis, 22 September 2016

Yey... Abang bisa rappling

Hari ini happyyyyy banget... si gantengku berhasil rappling saat outbound. Biasanya saat out bound,  siganteng butuh persuasi dan prolog yang puanjang banget plus kalimat-kalimat motivasi yang membuatku hampir kehabisan kata. Terkadang air matanya keluar dengan derasnya. Tak jarang jeritan yang melengkingpun keluar memecah hari yang semakin terik.

out bound selalu jadi momok baginya. Tubuhnya yang besar dan berat membuatnya mengalami kesulitan dalam menyelesaikan setiap tantangan out bound. Belum lagi instalasi yang tinggi dan penuh hazard, membuatnya semakin takut. Dan peraturan yang berlaku di sekolah adalah setiap anak wajib menyelesaikan tantangan out bound. Namun setiap anak bisa menentukan target dan tujuan sesuai kemampuan maksimal mereka.

Hari ini cerita berbeda. Meski diawal siganteng menyatakan rasa takutnya dan sibuk meregulasi emosinya.
saya: ada apa bang?
si ganteng: aku takut bu. itu tinggi sekali
saya: owh..iya sih bang,  tinggi sekali. aku juga dulu takut saat pertama rappling dari sini. 
Lalu kami hanya diam. aku hanya menatap matany kemudian merangkul pundaknya. Tanpa kata. Tanpa motivasi. Tanpa persuasi. Tanpa prolog.

Tak lama kemudian,  tanpa ku minta si ganteng mengambil dan memakai seat harnes dengan kesadaran sendiri. Ia mendakati pohon jati setinggi 10 meter itu. Dipandangnya tangga kayu yang terpancang di pohon jati. Mungkin ia sedang menguatkan tekadnya. Menit berselang,  lewat bahasa tubuhnya ia menyatakan untuk menyelesaikan tantangan. Dengan bersegara Pak Aris partner ku, segera memasang figure 8 dan karabiner pada seat harnes yang dikenakannya.

Dipanjatnya tangga kayu hingga ketinggian yang telah ditentukan. Tak perlu waktu lama. Tak perlu kalimat mengular. Tak perlu motivasi yang menggugah. Si ganteng rappling dengan sendirinya.



diayun,  hadiah yang diberikan atas keberhasilannya

Masha Allah...... si ganteng berhasil. Ia berhasil menyelesaikan tantangan dengan mandiri dan tanpa air mata. Aku bahagia menyaksikan senyum lebar yang mengembang di wajahnya nan menggemaskan. Selamat ya bang. Abang hebat. Abang berhasil. Prestasimu hari ini, luar biasa. Semoga pengalaman berhasil ini sebagai langkah awalmu menjemput keberhasilan-keberhasilan berikutnya.

#selaluAdaCeritadiSAICibinong

Selasa, 13 September 2016

outing SD 4Ibnu Rusyd

belajar tak melulu di sekolah
belajar tak harus di dalam kelas
belajar tak selamanya hanya mencatat
belajar tak hanya teori

di sini kami belajar dengan cara lain
membuat science jadi menyenangkan dan segurih keju mozarella






terimakasih LIPI atas ilmu pembuatan keju mozarella,  pemerahan sapi, dan pembuatan yogurtnya. banyak hal yang kami pelajari kali ini

#PembuatanKejuMozarella
#pemerahan sapi
#pembuatan yogurt
#outingBioteknologiLIPI
#SD4IbnuRusyd
#science_perubahanMateri
#SAICibinongPenuhMakna