Bismillahirohmanirrhiim
“Bu Rima ini ada titipan dari Hakim” ucap sang bunda ketika bertemu ku di kantor
“apa ini Bund?” tanyaku pada beliau
“ini uang lebarannya Hakim, katanya mau disumbangin buat Palestina, tapi ga tau berapa jumlahnya, Hakim belum hitung.” jawab beliau sembari mengeluarkan sebuah amplop putih
Dialog ku pekan lalu bersama salah satu orang tua siswa. Masya Allah... ada gerimis di hatiku, haru sekaligus malu pada bocah 7 tahun itu. Diusianya yang masih dini kepedulian dan rasa berbaginya begitu besar, bahkan pada saudara seiman nun jauh di sana. Di saat anak-anak seusianya tengah berpikir keras untuk beli mainan yang manakah uang lebaran mereka, atau mengganti tas dengan karakter kartun terbaru atau mencicipi wahana terbaru di tempat wisata. Hal ini tak berlaku pada Hakim yang memilih menyumbangkan semua uang lebarannya untuk Palestina.
Hakim, salah satu guru mungilku
yang mengesankan. Darinya aku belajar banyak hal. Hakim yang begitu cerdas
hingga hanya butuh waktu 5 menit untuk menyelesaikan soal ulangan matematikanya
dan begitu ku koreksi nilai tersempurnapun berhasil diraihnya. Hakim yang bijak
sesuai arti namanya. Dengan kemampuan otaknya yang baru 7 tahun Hakim sering
memberi solusi bijak atas beberapa hal yang tak sesuai role.
Ada kejadian yang begitu mengesankan
di benakku tentang Hakim. Beberapa kali Hakim membawa Al-Qur’an di dalam
tasnya. Di saat temannya sedang asik bermain, tanpa merasa terganggu sedikitpun Hakim
duduk di luar lingkaran sambil khusyu’ membaca ayat-ayat cinta dari Sang Maha
Pecinta. Ketika ia selesai tilawah, ku tanya padanya mengapa ia tak bermain
dengan teman-temannya. Dengan yakin dan tegas Hakim menjawab “aku belum tilawah
bu Rima, jadi aku harus selesaikan tilawahku dulu, kalo udah selesai baru aku
main.” Masya Allah, meski Ramadhan telah usai, meski ayah-bunda tak ada di
sekolah, meski permainan teman-teman begitu seru dan menarik perhatian, Hakim
tetap konsisten dengan tilawahnya.
Hakim adalah Hakim, dengan segala
kelebihan dan kecerdasannya Hakim tetap bocah 7 tahun yang terkadang menangis
saat benda kesayangannya diambil orang tanpa izin atau ngeluh saat snack atau
makan siangnya tak sesuai selera. Tak jarang
juga cemberut
ketika kalah bermain dan mengeluh ketika waktu main habis atau respon terhadap
hal-hal lain yang bisa jadi sepele menurutku tapi begitu berarti bagimu.
Yah..... Hakim adalah Hakim. Bocah
7 tahun yang juga butuh dimengerti, didengar bahkan dipeluk. Makasih ya bang, dah ingetin
aku untuk bijak bersikap dan memperlakukan abang sesuai usia.
Betapa beruntungnya aku bisa ada
di tengah-tengah kalian, bisa menjadi bagian komunitas ajaib ini. Komunitas manusia
yang bertekad untuk menjadi lebih baik danbercita-cita melahirkan generasi terbaik bagi ummat ini.
Duhai generasi Rabbani,
Ingatkan aku terus agar tak dzolim memperlakukan kalian. Agar objektif
memposisikan kalian sesuai usia, agar aku tak 'menuntut' kalian menjadi contoh
bagi adik2 kalian.doakan aku agar terus berusaha adil dan tak memihak, doakan
aku agar bisa membantu mengembangkan dan melejitkan potensi kalian. duhai
amanahku.. Bantu aku agar ku dapat mempertanggung jawabkan di hadapan Tuhanku
kelak dengan tersenyum
1 comments:
You've made some really good points there. I checked on the web
for additional information about the issue and found most individuals will go along with your views on this website.
Here is my blog :: escort chicago
Posting Komentar