Bismillahirrohmanirrohiim…..
Pernahkah kita kagum/takjub akan
suatu keindahan ciptaan Alloh atau merasa heran dan aneh melihat sesuatu yang
tak wajar. Sebagian kita sering berucap
“Subhanalloh, pemandangannya indah
banget” ketika terkagum-kagum akan lukisan Sang Ilahi. Tak jarang pula kita
reflek berkata “Masya Alloh…. Penguasa
itu dzolim banget sama rakyatnya”
tatkala melihat pembantaian saudara seiman di Syuriah oleh kepala
negaranya sendiri.
Tanpa sadar, sering kali kita
(saya aja kali, yak) keliru dalam menempatkan penggunaan kalimat-kalimat
toyibah tersebut. Dengan pengetahuan saya yang sangat terbatas dan minim serta
berbekal Qur’an dan sebuah buku kebetan, izinkan saya sharing tentang dua
kalimat tersebut agar tepat saat digunakan, semoga bermanfaat bagi teman-teman
pembaca.
Subhanalloh dan Masya Alloh, dua
buah kata yang diikat oleh dua hal. Tuntunan Qur’an-sunnah serta kebiasaan
dalam bahasa Arab. Al-Qur’an menuturkan: Subhanalloh
digunakan dalam mensucikan Alloh dari hal yang tak pantas. “Mahasuci Alloh
dari memiliki anak, dari apa yang mereka sifatkan, mereka persekutukan dan
redaksional lainnya yang terfirman dalam Qur’an. Ayat-ayat berkomposisi ini
sangat banyak. Juga subhanalloh digunakan untuk mengungkapkan keberlepasan diri
dari hal menjijikan semacam syirik “Dan
ingatlah pada hari ketika Alloh mengumpulkan mereka semuanya, kemudian Dia
berfirman kepada para malaikat “Apakah kepadamu mereka ini dahulu menyembah?”.
Para malaikat itu menjawab, “Mahasuci Engkau. Engkaulah pelindung kami,
bukan mereka, bahkan mereka telah menyembah jin. Kebanyakan mereka beriman pada
jin itu”. (QS. Saba’: 40-41)
Bukannya ada juga pe-Mahasuci-an
Alloh dalam hal menakjubkan -ingatanku menerawang- . Uniknya Al-Qur’an
menuturnya dengan kata ganti kedua: “(yaitu) orang-orang yang mengingat Alloh
sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau
ciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci
Engka, lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Ali Imran: 191), atau kata ganti ketiga yang ga langsung
menyebut Asma Alloh: “Mahasuci (Alloh)yang telah memperjalankan hamba-NYA (Muhammad) pada malam hari ….. ”
(QS. Al-Isra’: 1). Ia juga terpakai pada; me-Mahasuci-kan Alloh dalam
menyaksikan bencana dan mengakui kedzoliman diri: “Mereka mengucapkan, “Mahasuci
Tuhan kami, sungguh kami adalah
orang-orang dzalim.” (QS. Al-Qalam: 29), atau menolak fitnah keji yang
menimpa saudara: “Dan mengapa kamu tidak
berkata ketika mendengarnya, “Tidak pantas bagi kita membicarakan ini. Mahasuci Engkau, ini adfalah kebohongan yang besar.” (QS. An-nuur: 16). Trus… gimana dengan haditsnya??
“Kami apabila berjalan naik
membaca takbir, dan apabila berjalan turun membaca tasbih.” (HR. Bukhari). So….
Subhanalloh diletakkan dalam makna “turun”, yang kemudian sesuai dengan
kebiasaan orang dalam bahasa Arab. Secara umum Subhanalloh digunakan untuk
mengungkapkan keprihatinan atas suatu hal kurang baik di mana tak pantas Alloh dilekatkan
padanya. Ada kejadian menarik dari seorang penulis favorit saya ustadz Mohammad
Faudzil Adhim yang punya pernah pengalaman memuji seorang ustadz lain dari Arab
dengan “subhanalloh”, kemudian beliau mendapat jawaban tak dinyana dari sang
Ustadz Arab. “astagfirullaahal ‘azhiim,
maaf ustadz; kalau ada yang bathil dalam diri dan ucapan saya, tolong segera
anda luruskan!” begitulah kira-kira.
Btw, gimana dengan Masya Allah? Surah Al-Kahfi: 39 memberi
contoh “ Dan mengapa ketika engkau
memasuki kebunmu tak mengucapkan “Masya
Allah, laa quwwata illaa billaah” (sungguh atas kehendak Allah, semua ini
terwujud)(tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah……”, ia
diucapkan atas kekaguman pada aneka kebaikan melimpah: kebun subur, anak,
harta. Sungguh ini semua terjai atas kehendak Allah, kebun subur menghijau
jelang panen,; anak-anak ceria menggemaskan; harta yang banyak. Lengkapnya Masya Allah, laa quwwata illaa billaah; kalimat
kedua menegaskan lagi bahwa tiada kemampuan mewujudkan selain atas pertolongan
Allah. Pun demikian dalam kebiasaan lisan berbahasa Arab. Mereka mengucapkan
Masya Allah pada keadaan juga sosok yang kebaikannya mengagumkan.
Zikir tasbih secara umum adalah
utama, sebab ia zikir semua mahluk dan tertempat di waktu utama. So…..
kesimpulan nya Subhanallah adalah
ungkapan pe-Mahasuci-an Allah atas hal-hal yang memang tak pantas bagi
keagungan-NYA. Masya Allah adalah ungkapan ketakjuban pada hal-hal yang indah
dan memang hal indah itu dicinta dan dikehendaki Allah.
Demikianlah teman-teman, atas
segala keterbatasan dan sempitnya pemahaman saya, hanya itu yang bisa saya
share. Semoga bermanfaat dan mohon maaf serta mohon diluruskan jika ada yang
menyimpang…. Wawllahu’alam bishowab
Refernsi:
- Al-Qur’an
- Menyimak kicau merajut makna
14 comments:
Hanya bisa berucap Masya Alloh...
Aku jadi tahu penggunaan dan maksudnya hehehee
Nice post
masya Allooh, tapi beda pendapat yah diantara ulama. aku baca postingan juga di FACEBOOK katanya gak masalah untuk ungkapan takjub, mau masya Allooh atau subhanalloh. Intinya kita harus tahu artinya dan ketika penempatannya tahu diri.
tapi kebanyakan kalo lagi kena musibah malah MASYA ALOOH
Harsnya Lailla ha illah takbir :)
Syukron ukh
Masyaallah... tulisan ini menjadi bermanfaat insyaallah... terima kasih sudah diingatkan ^_^
dulu pernah baca ttg ini, tapi saya juga masih sering lupa... makasih ya tante rima tulisannya mengingatkan :D
masya Allah...
two thumbs up :D
Mas Insan....
Masya Allah, senangnya dikunjungi mas Insan. terimakasih atas kunjungannya mas
Irfan...
iyah Fan, selama ini aku juga keliru menggunakannya.. terimakasih kunjungannya yak :)
Annur...
iya mba, Al-Quran juga menggunakan kata Subhanalloh sebagai kata ganti akan ketakjuban pada Allah, seperti beberapa ayat yang saya tulis di postingan ini
Lathifah...
aamiin, semoga bermanfaat :)
Opa Adi...
terima kasih kembali atas kunjungannya opa :)
Neno...
yey... I get 2 thumbs up from u.. thanks my sista
Jazakillah ka rima.... tulisannya bagus 😊
Jazakillah ka rima.... tulisannya bagus 😊
Posting Komentar