“Ya Rabb, aku bersyukur kepadaMU, akan tetapi Engkaulah yang menginspirasikan pada ku untuk bersyukur kepadaMU. Maka syukurku kepadaMU mengharuskan ku bersyukur pula karena Engkau telah membantuku untuk bisa bersyukur kepadaMU. Engkaulah pencipta segala sesuatu. Engkaulah yang maha lembut kepadaku disetiap keadaan…” –Ramadhan Al- Buthi-
Ada perbedaan mendasar antara bekerja dan menerima upah antar sesama manusia, dengan bekerja dan menerima upah antar manusia dan ALLOH subhanahu wata’ala. Sebagia orang menganggap beramal atau bekerja dalam hubungan antar manusia sama dengan dalam hubungan dirinya dengan ALLOH subhanahu wata’ala.
Contoh kasus, bila ada salah seorang kita bekerja dan berhak mendapat upah sebuah kebun, apakah sama kondisinya bila salah seorang diantara kita beramal dan berhak mendapat balasan dari ALLOH subhanahu wata’ala berupa syurga? Atau ungkapan sederhananya, apakah kita berhak mendapatkan balasan syurga dari ALLOH subhanahu wata’ala karena amal-amal yang kita lakukan? Seperti kita berhak mendapat upah dari manusia atas amal-amal yang kita lakukan?
wahai diriku....
Jika itu bagian dari anggapan mu, berarti yang kau ungkapkan dalam pikiran mu adalah: ALLOH subhanahu wata’ala membalas pahala kepadaku, karena aku telah melakukan amal shalih sesuai perintahNYA.” Dan bila itu yang terjadi, itulah yang dikatakan mengandalkan amal, bukan mengedepankan ALLOH subhanahu wata’alasaat kita berbuat.
“Termasuk seseorang bersandar pada amalnya adalah, sikap kurang memiliki harapan saat terpeleset dan melakukan dosa” – Ibnu Athailah (Al-Hikam)-
Ungkapan tersebut adalah anjuran agar kita bersandar pada ridho ALLOH subhanahu wata’ala bukan pada pahala atau ganjaran yang ALLOH subhanahu wata’ala berikan atas amalan/perbuatan yang kita lakukan.
Ketika ALLOH subhanahu wata’ala memerintahkan kita dengan ketaatan dan menjauhi larangannya, ALLOH subhanahu wata’ala menolong, membantu, memfasilitasi kita melakukan itu semua. siapa yang menjadikan kita mampu mendirikan sholat? siapa yang menjadikan kita kuat menahan lapar dan haus saat berpuasa? siapa yang melapangkan hati kita untuk bisa menerima keimanan? siapa yang menjadikan kita mau dan sangup melangkah lalu mendatangi masjid untuk melakukan sholat berjama'ah? jawab dari semua pertanyyan itu adalah ALLOH subhanahu wata’ala. itu sebabnya ALLOH subhanahu wata’ala berfirman: "mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya ALLOH subhanahu wata’ala, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar" (QS: Al-Hujarat: 17)
Bukan berarti kita tidak boleh mengharapkan pahala dan surga ALLOH subhanahu wata’ala. amal saja, bukan jaminan untuk masuk surga, yang diminta dari kita adalah melakukan keta'atan dengan perasaan sangat ingin mendapatkan ridho ALLOH subhanahu wata’ala. mengharap kemurahan ALLOH subhanahu wata’ala, ampunan-NYA, kelembutan ALLOH subhanahu wata’ala kepada kita melalui amal-amal sholih yang dilakukan. ada sandaran hadits yang paling tepat untuk hal ini
"amal takkan memasukkan seseorang kalian ke dalam surga." sahabat bertanya: 'apakah termasuk engkau ya Rosululloh?' Rosululloh sallahu'alaihi wassalam menjawab: " termasuk aku, kecuali ALLOH subhanahu wata’ala meliputiku dengan kasih sayang-NYA"
wahai diriku....
Salah satu ciri orang yang mengandalkan amal dalam mengerjakan keta'atan adalah ketika ia sedikit harapannya untuk bisa mendapatkan ampunanALLOH subhanahu wata’alasaat melakukan kesalaha. itu sambungan perkataan Ibnu Athailah. artinya, ketika amal-amal yang engkau lakukan sedikit, sementara engkau juga melakukan dosa, hendaknya engkau tetap memohon, meminta dan berharap pada ALLOH subhanahu wata’ala untuk terus memberi ampunan, tidak pesimis atas rahmat ALLOH subhanahu wata’ala.
Mari merenung sejenak, wahai diriku.........
Jangan sampai engkau berkhayal dengan amal-amal shalih yang kau lakukan di dunia ini, lalu berarti engkau telah menebus harga untuk berhak masuk surga. sebab ketika engkau bersyukur secara lisan atas karunia ALLOH subhanahu wata’ala kepadamu, engkau juga harus bersyukur atas nikmat ALLOH subhanahu wata’ala yang menggerakkan lisan dan hatimu untuk bersyukur. jika kau berdiri sholat malam, maka engkau harus bersyukur karena ALLOH subhanahu wata’ala telah menolong dan membantumu untuk bisa berdiri dihadapan-NYA ditengah malam.
Andai bukan karena kecintaan ALLOH subhanahu wata’ala kepada kita, andai bukan karena bantuan dan pertolongan ALLOH subhanahu wata’ala kepada kita, andai bukan karena kebaikan dan ke Maha Lembutan ALLOH subhanahu wata’ala kepada kita, kita takkan bisa melakukan itu semua.
wahai diriku....
Janganlah engkau merasa cukup dan berbangga atas semua yang telah kau lakukan. itu semua takkan pernah cukup untuk membeli surga-NYA. janganlah engkau merasa sombong dengan segala amalanmu wahai diriku, karena bisa jadi semua amalanmu bagai debu yang ditiup angin. hilang tiada bersisa.
Astagfirullohaladzim....duhai Rabbi, ampuni diri ini atas kecongkakan, kesombongan dan ke-aku-an dalam diri ini, hamba lemah tanpa bantuan-MU, hamba hina tanpa kemulian dari-MU, hamba rugi tanpa hidayah dan rahmat-MU. duhai Alloh tuhan seru sekalian alam, izinkanlah hamba, orang tua hamba, adik dan kaka hamba serta saudara2 seiman untuk tetap berada di jalan-MU hingga husnulkhotimah menjemput...ya Rabbuna, kabulkanlah doa ini. aamiin
*referensi:
- Alhikam: Ibnu Athailah
- Diriku, bagaimana kabarmu: M. Lili Nur Aulia
14 comments:
subhanallah, tulisan ini seperti menyentilku...
inilah aku, manusia lemah yang masih "hitung-hitungan" dengan sang pencipta. padahal apa yg Dia berikan, tak bisa diwakili oleh sebuah nominal yg ada.
semoga aku bisa menjadi lebih baik lagi dalam berproses :))
Mengharapkan ridho Allah, semoga kita selalu di ridhoi-Nya, aaamiin..
subhanallah....smoga qt smua termasuk orng2 yg pndai bersyukur & tdk riya terhdap amal2 yg tlah qt berikan,,,karna semua semata2 hnya karna Alloh & kembali lg kepada Alloh.
aku punya buku al-Hikam karya syaik Athaillah, memang perlu dikaji lebih dalam dengan konsentrasi tinggi, agar tidak terjadi multi tafsir. ada tiga aspek penting dalam beribadah kepada Allah, Mahabbah, khauf dan Raja', ibarat sebuah burung yang terbang sayap yang satu berupa Khauf dan yang satunya adalah Raja' dan kepalanya menatap kedepan sebagai gambaran rasa ikhlas dan mahabbah kepada Allah.
subhanallah, takjub aku dengan tulisan dan penulis posting ini. terimakasih sudah memberi pencerahan dan pengetahuan bagiku. kadang ada hal hal kecil yang kita rasa tidak begitu prinsipil tapi sejatinya, hal itu adalah sesuatu yang indah ...
Syukron jiddan ya ukhti Rima..
Tulisan ini bener2 jadi bahan muhasabah buat Yanti.
Ya Rabb, ampuni kesombongan diri ini...
Yuk, terus bermuhasabah dan meng-upgrade diri menjadi lebih baik lagi
Hamasah!
Aisa...
aku buat ini emangn untuk menyentil diriku ais, cz suka salah niat kalo berbuat..
aamiin, semoga kita bisa menjadi semakin baik dari hari ke hari dalam menjalani proses "pulang kampung"
k'Yudhi...
yupz, Ridho ALLOH lebih utama untuk dicarai..
aamiin, semoga ALLOH selalu ridhoi setiap langkah dan perbuatan kita
mba Desty...
aamiin ya Rabb, semoga Alloh jaga qt dari Riya
mas Insan...
iya mas, aku dah pernah baca postingan mas yang itu dan aku sepakat banget, maksud postingan ku ini bukan ga boleh mengharap syurga, cz pada siapa lagi qt mengharap surga kl bukan pada Alloh. tapi ada hal yang lebih esensi dari sekedar mengaharap surga, Ridho Alloh lebih utama ketimbang surga
om ridwan...
aku juga takjub dengan om yang selalu bisa membuat fiqsi berkualitas dan syarat hikmah&pelajaran..
yui...sepakat, terkadang yang "kecil" itulah yg prinsipil. semoga qt bs pegang teguh prinsip2 islam spy hidup qt lbh indah
yanti...
waiyaki ukhti, yuks selalu jaga semangat diri untuk muhasabah dan memperbaiki diri
Postingan inspiratif mbak..
kadang suka lupa, kalau kita berbuat baik
sebenarnya untuk nolong diri sendiri..
bukan orang lain..
sayangnya setelah berbuat baik dan tdk direspon dgn wajar, langsung mencak2..
makasih atas postingan muhasabah ini :D
alhamdulillah...., terima kasih atas postingan yang sungguh membeningkan ini; serasa duduk di serambi masjid seusai membuka lembaran al-Hikam dan merenungkan kehidupan ini...
saya mencoba menggaris bawahi koment "tapi ada hal yang lebih esensi dari sekedar mengharap surga, Ridho Alloh lebih utama ketimbang surga"
menurut yang saya pahami, kita jangan mempersempit pemahaman makna surga hanya sebatas sbg suatu tempat yang indah, mengalir air yg bening dgn berbagai kenikmatan dll, apa yg tertulis dlm Al Qur'an tentang surga adl mentuk majasi atau perumpamaan yg diberikan Allah, jadi terlebih dari itu makna surga jg sebagai Ridhonya Alloh, jadi janganlam memisahkan antara surga dan Ridhonya Alloh, sangat tidak mungkin org yg diridhoi Alloh ditempatkan di neraka. ini sekedar pemahaman saya, jika salah tolong di luruskan
bagus mba rima.. hehhe
ajarin vt bkin blog donk.. hhehehehe
Hmmm...
#ngelamun
dari dulu teteh sllu pengen bisa nulis artikel seperti ini, tp selalu mentox ide... -__-
berbahagialah,.. u/ kalian yang mudah muhasabah...
miss u rima... :D
mas Insan...
alhamdulillah dapat pencerahan dan pelurusan...terimaksih atas share nya ya mas...
Vita...
saya juga masih belajar, qt belajar bareng nyok...
teh Bonit...
hemmm
*ikut2n ngnelamun...
miss u 2 teteh
tertegun sejenak, trima kasih sudah di share rima.smoga terus bermuhasabah..
Posting Komentar