Bismillahirrahmanirrahim.. 
“Mbak nggak kedinginan?” Jaka mencoba menggoda perempuan di  sebelahnya.
Beberapa detik, Jaka masih saja menunggu jawaban. Jaka terus men-scan  perempuan di sebelahnya:  sandal jepit; kaki yang jenjang dengan rok  beberapa senti di atas lutut; satu inci bagian perut terbuka; tshirt  ekstra ketat; kulit putih; paras yang menarik; blackberry gemini yang  digenggam erat, entah yang apa di otaknya mendapati pemandangan “indah”  itu.
Dara, si perempuan, sontak berdiri, merasa terganggu dengan pandangan  itu beralih ke sisi lain tembok teras sempit apotek itu. Tangannya  lantas sibuk menurunkan bagian bawah t-shirt ketatnya hingga menutupi  sela-sela perutnya yang sedikit terlihat.Tiba-tiba hilang rasa pedenya,  rasa bangga atas status ‘gaul’ yang ia coba bangun dengan pakaiannya  yang serba mini itu. 
Perasaan gondok mulai menguasainya, risih dan sebal kepada pemuda  iseng yang sama sekali tak pernah didapatinya sebelum ia mengantri di  apotek itu.
“Mbak, bajunya seksi banget loh, nggak takut digodain?” Jaka  mengumpankan sebuah pertanyaan lagi.
Sewot dan marah Dara menjawab, “Biarin, badan-badan gue, terserah gue  pake baju kek gimana! Toh apntes-pantes aja gue pake baju kayak gini!!  Mata lo tuh gak bisa dijaga, jelalatan banget sih!!”
“Lah, terserah mata saya mbak, wong saya yang punya mata kok mbak  sewot? Bukannya mbak pake pakean gitu biar menarik, nih saya tertarik,  harusnya mbak bersyukur dong?” Jaka menjawab dengan nada yang santai.
“Dasar pikiran mesum!!”Singkat, padat, Dara melabeli pemuda asing  dihadapannya.
“Weh, ini kan terserah otak saya, orang otak ini otak saya sendiri,  pikiran-pikiran saya sendiri, kok mbak yang sewot sih!!
Dan darapun bergegas pergi dari pelataran apotek itu, tak dipedulikan  resep obat yang belum selesai diracik oleh sang apoteker…
***
Kenapa sewot? Kenapa marah? bukankah membuka aurat adalah pilihanmu?  Mengapa kalau ada yang menggoda auratmu kamu harus marah?
Atau kamu bukannya marah tapi merasa harus “jual mahal”? Aurat yang  sudah buka-bukaan bukankah sudah menjadi milik bersama? bukankah itu  keinginanmu?
Saudariku, apalagi yang menjadi kehormatanmu bila kamu sendiri yang  sudah memilih untuk menngumbar kehormatanmu. Tak ada lagi yang bisa kamu  anggap sebuah kehormatan kalau dirimu sendiri enggan untuk menjaganya.
Kamu justru merasa orang lain yang menggodamu sedang melecehkanmu,  tapi kamu lupa bahwa kamu sedang melecehkan dirimu sendiri. Kamu tidak  sadar bahwa kamu sedang merusak harga dirimu sendiri dengan membiarkan  auratmu dipandang siapapun.
Saudariku, sungguh aku tak sanggup bila melihatmu, aku tak sanggup  menatapmu, ada rasa ingin menangis dipelukmu, namun itu adalah  pilihanmu, keinginanmu. Karena kamu merasa bahwa membuka aurat adalah  bagian dari rasa percaya dirimu, padahal tahukah kamu kalau rasa percaya  dirimu hanyalah mengikuti keindahan dunia yang bernama Trend Pergaulan.
Saudariku, mengertilah bahwa aku sangat menyayangimu. Tak sanggup aku  bila melihat saudariku menghancurkan dirinya sendiri demi kenikmatan  dunia sesaat.
Karena Hijab adalah Imanmu..
Karena Hijab adalah Pelindungmu..
Karena Hijab adalah Kemuliaanmu..
Karena Hijab adalah Kesuciaanmu..
Karena Hijab adalah Taqwamu..
Karena Hijab adalah Rasa Malumu..
Wallahu a’lam bish shawwab.
copas dari : http://www.bukanmuslimahbiasa.com/2011/07/jangan-marah-bila-ku-goda.html
Jumat, 29 Juli 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

 




 
0 comments:
Posting Komentar