Sabtu, 11 Maret 2017

ia yang hilang

Hari itu ia datang lebih siang. ku lihat ia memasuki pekarangan dengan perlahan namun pasti. diletakkannya tas berikut barang bawaannya. dengan senyum khasnya ia menghampiri diriku yang sedang mematung di sebuah tiang. sendiri menyepi di tengah hiruk pikuk.

Sapa hangatnya membuyarkan pikiranku yang sedang melanglang buana. ku tanyakan kabar dari berita yang sedang diurusnya. seperti biasa,  ceritanya mengalir lancar. ku dengarkan semua yang disampaikannya. ceritapun sempat beralih bahasan. hingga tetiba ia bertanya:
"kamu kenapa?"tanyanya menghentak ku. aku hanya menggeleng. menyembunyikan kesah meski mataku menjejaknya. dada semakin sesak terasa.
"kamu kenapa?" ia kembali mengulang. godam terasa makin menghantam. ku beralih duduk di sudut tangga. ia menghampiriku. dibelainya lembut kakiku yang tersila sembari kembali mengulang "kamu kenapa?". kali ini pertahananku hancur. roboh. berkeping karena pecah. tangisku terisak,  tertahan oleh keramaian di sekeliling. "dituntaskan dulu tangisnya" sapanya dengan tetap membelai lutut kakiku nan tertekuk duduk. kali ini ia mengambil peran seorang ibu yang menenangkan putri kecilnya yang gelisah.

Dalam isak cerita mengalir. dalam sedan ku sampaikan lara yang tersimpan. meski situasi sedang berbeda,  sejujurnya kurindukan moment ini. sudah lama sekali kami tak berbagi rasa dan cerita. yang ku ingat, penghujung Juni terakhir kali kami berbincang hangat hanya empat mata. kala itu ku sampaikan semua isi hati dan perasaanku yang hingga saat ini masih tak berubah.

9 bulan terakhir ini aku merasa asing dengan dirinya. entah aku yang terlalu melankolis sehingga perubahan itu kuat terasa atau memang dia yang menjarak dan hendak ajarkanku ilmu baru secara tersirat. entahlah,  yang jelas bagiku semua berubah. jarak mengantara kami yang tak berjauhan.

Ku urutkan kembali kejadian demi kejadian,  sebagai insan tak sempurna, mungkin ada kekeliruan atau khilaf dari lakuku,  ataukah ada ucap yang ia tak berkenan. yang jelas, perbaikan diriku mutlak,  keniscayaan yang sejatinya harus terus aku lakukan tanpa harus ada sebab.
siang itu,  aku kembali menemukannya. sosok yang selama ini hilang bagiku. nyaman dan tenang ketika di dekatnya kembali ku rasa. yah... di tengah kabar yang mengguncang hati dan meluluh lantahkan pertahananku. aku kembali menemukannya, ia yang bagiku telah hilang 9 bulan. kehadirannya mampu hadirkan tenang meski berita itu belum berujung kabar.

Untukmu yang membelaiku lembut siang itu,  terima kasih. sentuhanmu begitu berharga dan menangkan bagi manusia model ISFJ -meminjam istilah qiyadahku- sepertiku. Semoga Allah selalu mudahkan urasanmu,  ringankan langkahmu, barakallohufiik.

0 comments: