Kamis, 30 Maret 2017

Adalah sebuah rutinitas


Mencintaimu ialah rutinitas.
Tak akan terlewatkan di tiap detik demi detik yang berlalu.

Aku mencintai sekaligus mengagumi mu.
Bahkan dengan sikap mu yang seperti itu, aku tetap disini.

Aku selalu disini untukmu.
Walau perasaanku belum mendatangkan jawab. Jika pada akhirnya kamu tak bersamaku, aku tak bisa apa apa. Aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untukmu.

Aku tak bermodalkan apa-apa selain ketulusan dan kesetiaan.
Aku hanya berusaha membuatmu bahagia melalui cara-cara yang sederhana.
Sesederhana hati ini yang jatuh kepadamu.

Terbesit ingin untuk ungkapkan semua rasa padamu dan memintamu menua bersamaku dengan cara yang halal. Bukan aku tak punya harga diri. Pun bukan aku tak tahu malu. Toh cara inipun sudah dicontohkan pula oleh bunda Khadijah. Aku sadar, orang baik itu sedikit. Maka memperjuangkan orang baik adalah ikhtiarku menggapai keberkahan cinta. Maka memperjuangkan orang baik adalah ikhtiarku memberikan ayah yang baik bagi anak-anakku kelak. Dan kaulah orang baik itu.

Semoga suatu hari nanti kamu akan sadar bahwa ada seseorang yang menunggumu, bahkan ketika kamu menunggu orang lain.

Bagiku Kamu tetaplah rutinitasku.

Mencintaimu, tetap. Namun hanya lewat doa selepas sujud terakhirku.

Sabtu, 11 Maret 2017

ia yang hilang

Hari itu ia datang lebih siang. ku lihat ia memasuki pekarangan dengan perlahan namun pasti. diletakkannya tas berikut barang bawaannya. dengan senyum khasnya ia menghampiri diriku yang sedang mematung di sebuah tiang. sendiri menyepi di tengah hiruk pikuk.

Sapa hangatnya membuyarkan pikiranku yang sedang melanglang buana. ku tanyakan kabar dari berita yang sedang diurusnya. seperti biasa,  ceritanya mengalir lancar. ku dengarkan semua yang disampaikannya. ceritapun sempat beralih bahasan. hingga tetiba ia bertanya:
"kamu kenapa?"tanyanya menghentak ku. aku hanya menggeleng. menyembunyikan kesah meski mataku menjejaknya. dada semakin sesak terasa.
"kamu kenapa?" ia kembali mengulang. godam terasa makin menghantam. ku beralih duduk di sudut tangga. ia menghampiriku. dibelainya lembut kakiku yang tersila sembari kembali mengulang "kamu kenapa?". kali ini pertahananku hancur. roboh. berkeping karena pecah. tangisku terisak,  tertahan oleh keramaian di sekeliling. "dituntaskan dulu tangisnya" sapanya dengan tetap membelai lutut kakiku nan tertekuk duduk. kali ini ia mengambil peran seorang ibu yang menenangkan putri kecilnya yang gelisah.

Dalam isak cerita mengalir. dalam sedan ku sampaikan lara yang tersimpan. meski situasi sedang berbeda,  sejujurnya kurindukan moment ini. sudah lama sekali kami tak berbagi rasa dan cerita. yang ku ingat, penghujung Juni terakhir kali kami berbincang hangat hanya empat mata. kala itu ku sampaikan semua isi hati dan perasaanku yang hingga saat ini masih tak berubah.

9 bulan terakhir ini aku merasa asing dengan dirinya. entah aku yang terlalu melankolis sehingga perubahan itu kuat terasa atau memang dia yang menjarak dan hendak ajarkanku ilmu baru secara tersirat. entahlah,  yang jelas bagiku semua berubah. jarak mengantara kami yang tak berjauhan.

Ku urutkan kembali kejadian demi kejadian,  sebagai insan tak sempurna, mungkin ada kekeliruan atau khilaf dari lakuku,  ataukah ada ucap yang ia tak berkenan. yang jelas, perbaikan diriku mutlak,  keniscayaan yang sejatinya harus terus aku lakukan tanpa harus ada sebab.
siang itu,  aku kembali menemukannya. sosok yang selama ini hilang bagiku. nyaman dan tenang ketika di dekatnya kembali ku rasa. yah... di tengah kabar yang mengguncang hati dan meluluh lantahkan pertahananku. aku kembali menemukannya, ia yang bagiku telah hilang 9 bulan. kehadirannya mampu hadirkan tenang meski berita itu belum berujung kabar.

Untukmu yang membelaiku lembut siang itu,  terima kasih. sentuhanmu begitu berharga dan menangkan bagi manusia model ISFJ -meminjam istilah qiyadahku- sepertiku. Semoga Allah selalu mudahkan urasanmu,  ringankan langkahmu, barakallohufiik.

Rabu, 08 Maret 2017

Melepaskan

Ada tiga "selalu" yang pantas dimiliki:


  1. Selalu sederhanakan masalah kita. Jangan dibuat rumit, jangan dibuat panjang.
  2. Selalu berpikir positif. Pun saat situasi memang negatif sekali, berpikir positif akan membantu kita.
  3. Selalu belajar melepaskan. Pada akhirnya, toh, tidak ada yang sebenarnya kita miliki, bukan?


*Tere Liye

Belajar melepaskan... ah,  rasa itu yg teramat sulit. saya selalu merasa memiliki siapapun yang ada di lingkungan saya, sejak dulu. mungkin sejak saya mampu mendeskripsikan atmosfir kebersamaan. ketika ada yang memutuskan untuk pergi, bak godam yang menghantam. tak cukupkah satu,  kini bertambah lagi.

Meninggalkan sahabat-sahabat terbaik, hijrah seorang diri nun pelosok terpencil. ketika rasa itu hadir,  lingkaran itu menguatkan, tatapan itu menyejukkan. ku harus lepaskan mereka. kembali ke tanah kelahiran. bertahun berlalu,  belum lah sempurna rasa itu terbalut, kembali ia menyapa. tak tanggung-tanggung, dua sekaligus...

Bertahan dalam kewarasan

Dikirimin puisi sama orang hebat yang pernah saya kenal. sayangnya dia juga berniat mau ninggalin saya..

Ada yang pergi
Ada yang datang

Ada tangisan hari ini
Besok akan berganti dengan senyuman
Bahkan tertawa lepas

Hari ini berjumpa dengannya
Tentu harus siap berpisah suatu saat nanti
Entah besok, lusa, setahun lagi, bertahun..

Kematian, kelahiran
Siang, malam
Perempuan, laki-laki
Berpasangan.

Namun, adakah pasangan untuk kata rindu?
Adakah jawaban dari pertanyaan pertanyaan yang sedang meriung liar dalam pikiranku ini?

Tolong.
Izinkan aku tetap bertahan dalam kewarasan.

Sebenernya berharap kalian tetap membersamaiku. membangun mimpi bersama. membangun peradaban bersama. menghadapi tantangan bersama. owh.... izinkan aku tetap bertahan dalam kewarasan.

Jawaban di waktu Magrib

Senja di Jl. Ir Djuanda,  Depok

Sore  tadi senja datang setelah lama absen. sore tadi rona nya menyapaku dengan sapa yang berbeda. Orangenya menatapku dengan tatap yang berbeda. polikromatik indah yang tak pernah bosan dan selalu mencuri perhatianku. sudut kalbu bertanya, mengapa sapanya berbeda, mengapa tatapnya berbeda. sepertinya senja ingin mengabarkan sesuatu padaku, entah apa. sesaat ku tak tau jawabnya dan butiran yang tetiba menghangat di ujung mata seakan menambah teka teki rasa.

Magrib ini ku temukan jawabannya. jawaban yang sebenarnya sudah pernah terbesit di fikiranku namun selalu ku halau. ku masih berharap ini mimpi. tetapi ini nyata.

Entahlah, apapun keputusanmu, akan tetap ku langitkan pintaku. berharap penghuni langit membawanya menuju Arsy-Nya dan Sang Maha penentu berkenan mewujudkan harapku. namun jikalau ternyata tak sesuai, ku pinta damaikan hatiku dengan ketentuanMU. mengikhlaskan dan mencoba memahami bahwa ketentuanNYA adalah yang terbaik.

Maaf bila saya banyak menyusahkan dan merepotkan. maaf bila saya tidak maksimal.