Jumat, 24 Februari 2017

Kereta telah membawamu pergi

Hari ini tak akan pernah lagi bersua dengan senyum renyah mu,  atau sapa ramahmu. "Sehat bu?" pertanyaanmu hampir disetiap kita berjumpa di awal hari dengan ditemani sapu lidi seolah menyambut kehadiranku.


Hari ini juga tak akan pernah ku dengar cerita-cerita mu mewarnai hari-hariku di sekolah. Tentang ayam yang main ke bengkel,  toko yang kemalingan,  atau tanganmu yang dicakar "bubu" si kelinci sekolah. 

Hari ini tak akan pernah lagi ku temui kau mempercantik sekolah kita pak. Menyapu dan membersihkan setiap sudut dan titik dengan penuh dedikasi. Pernah suatu hari saat dirimu tak masuk, ku coba membersihkan. Belumlah seberapa, kelelahan telah mengeroyokku. "cape ya bu Rim jadi pak Toto?" Bu Jae menyapaku kala itu. Mungkin sederhana seketika dipandang, namun ternyata berat dan melelahkan. Tapi tak pernah ku dengar kau mengeluh, tak pernah ku jumpai kau merutuk. Ikhlas. Besar hati. Amanah. 

Hari ini tak akan lagi ku temui orang yang begitu peka untuk membantu. "Mau ngapain bu?" pertanyaan yang selalu keluar tatkala ku sedang mencari atau ingin membuat sesuatu.

Hari ini tak akan pernah lagi ku dapati percakapan khas di dapur. "Ngopi bu, dingin?" tawar mu pada ku saat kau menyeduh minuman pekat kegemaranmu.
Rabu kemarin terakhir kita bersua. Kau memang tampak pucat, namun senyum khas dan sapa ramahmu tak pernah hilang. Deengan ceria kau ceritakan sakit yang kau rasa sejak sabtu siang itu. tak terlihat keluhan di wajahmu. Kau juga bercerita akan mendapatkan mantu dibulan April. "Calon mantu saya orang Harjamukti bu, orang Tapos. Bu Rima Taposnya sebelah mana?" tanyamu sore itu. Perbincangan terus berjalan. Kau tawarkan kami untuk membawa nangka yang sudah tiba waktu panennya. Ah,  Pak Toto.... dalam sakitpun kau selalu ingin berbagi.

Waktu beranjak, kamipun pamit. Meski lemah, kau antar kami hingga di halaman. Bahkan kau menawarkan membantu mengeluarkan kuda besiku. "Bisa bu?, hati-hati licin." kau mengingatkanku -dan ternyata itu percakapan terakhir kita-. Kau mengantar kepulangan kami lagi-lagi dengan senyummu. Senyum terakhir yang ku jumpai saat hidupmu.

Kamis pagi bubu hilang Pak. Beberapa guru sudah mencoba mencari, tapi tak berhasil. Kami pun melanjutkan kegiatan kembali hingga sore tiba. Hujan mengguyur dengan deras, membuat kami semakin betah di sekolah. Alhamdulillah bisa sekalian mengerjakan tugas dan menunggu SD 2 pulang outing dari Bandung.

Jam 5 sore SD 2 pulang outing. ku lihat Bu Jae masih riweh dan wara wiri menunggu anak-anak di jemput. Tetiba ada seorang tamu datang ke sekolah," bu besok Pak Toto ga masuk sekolah lagi, Pak Toto udah ga ada" kabar dari sang tamu kepada Bu Jae. Bu Jae berteriak memanggilku. wajahnya penuh rasa terkejut dan panik. " Bu Rim, Pak Toto meninggal!. kabar yang sungguh sangat mengejutkan. Degup jantungku seolah berhenti. Mataku panas. Hampir aku tak percaya. Kemarin kita baru saja berjumpa dan bersenda gurau. Kini "kereta" telah membawamu pergi. Tak pernah ada lagi kau di sini.

Memori tentangmu menari manja dalam benakku. Bunga-bunga cantik yang tumbuh subur karena kau tanam dan kau rawat sepenuh hati. Gerbang sekolah nan elok buatanmu. Kolam ikan yang memperindah sekolah,  atau bebangku batu yang kau ukir dengan tanganmu nan kekar. Pojok sampah organik yang selalu terisi penuh oleh dedaunan yang kau sapu agar sekolah selalu bersih. Tak ketinggalan ternak-ternak kita yang tak jua luput dari sentuhanmu. Pak, semua sudut sekolah tampak sedap dipandang karenamu. Saksikan duhai Rabbi,  Semoga ianya KAU ridhoi sebagai jariah beliau mendapat tempat terbaik di sisi-Mu.

Teringat kau begitu semangat membagikan selebaran info saat kelasku berjualan barang-barang bekas. Sungguh ramai lapak kami dikunjungi warga sekitar. Dan itu karena bantuanmu. "The power of Pak Toto" ucap partner kelasku. Tak tahu lah aku, bila tanpa bantuanmu. Mungkin dagangan kami belum tentu laris manis seperti ini.

Malam ini ku dapati kembali senyummu. Senyum yang berbeda dari biasanya. Senyum pasrah penuh keihklasan dan ketundukan pada Nya. Satu persatu kapas menutup tubuhmu, hingga tibalah wajah tulus dan senyum ikhlas itu hilang tertutup kapas berbalut kafan. Selamat jalan Pak Toto, orang tua kami, guru kami,  rekan kami. Selamat jalan. Semoga kemudahan selalu membersamai mu. Semoga nikmat kubur selalu menemanimu. Tiap sudut sekolah nan cantik yang menjadi karyamu, semoga menjadi jariahmu. Tempat terbaik di sisi NYA menunggu hadirmu. Selamat jalan manusia ramah nan ceria.Hari ini tak akan pernah lagi bersua dengan senyum renyah mu,  atau sapa ramahmu. "sehat bu?" pertanyaanmu hampir disetiap kita berjumpa di awal hari dengan ditemani sapu lidi seolah  menyambut kehadiranku.
hari ini juga tak akan pernah ku dengar cerita-cerita mu mewarnai hari-hariku di sekolah. tentang ayam yang main ke bengkel,  toko yang kemalingan,  atau tanganmu yang dicakar "bubu" si kelinci sekolah. 

Hari ini tak akan pernah lagi ku temui kau mempercantik sekolah kita pak.  menyapu dan membersihkan setiap sudut dan titik dengan penuh dedikasi. pernah suatu hari saat dirimu tak masuk,  ku coba membersihkan. belumlah seberapa,  kelelahan telah mengeroyokku. "cape ya bu Rim jadi pak Toto?" Bu Jae menyapaku kala itu. mungkin sederhana seketika dipandang,  namun ternyata berat dan melelahkan. tapi tak pernah ku dengar kau mengeluh,  tak pernah ku jumpai kau merutuk. ikhlas. besar hati. amanah. 
hari ini tak akan lagi ku temui orang yang begitu peka untuk membantu. "mau ngapain bu?" pertanyaan yang selalu keluar tatkala ku sedang mencari atau ingin membuat sesuatu.
hari ini tak akan pernah lagi ku dapati percakapan khas di dapur. "ngopi bu, dingin?" tawar mu pada ku saat kau menyeduh minuman pekat kegemaranmu.
Rabu kemarin terakhir kita bersua. kau memang tampak pucat, namun senyum khas dan sapa ramahmu tak pernah hilang. dengan ceria kau ceritakan sakit yang kau rasa sejak sabtu siang itu. tak terlihat keluhan di wajahmu. kau juga bercerita akan mendapatkan mantu dibulan April. "Calon mantu saya orang Harjamukti bu,  orang Tapos. Bu Rima Taposnya sebelah mana? tanyamu sore itu. perbincangan terus berjalan. kau tawarkan kami untuk membawa nangka yang sudah tiba waktu panennya. ah,  pak Toto.... dalam sakitpun kau selalu ingin berbagi. waktu beranjak, kamipun pamit. meski lemah,  kau antar kami hingga di halaman. bahkan kau menawarkan membantu mengeluarkan kuda besiku. "bisa bu?, hati-hati licin." kau mengingatkanku -dan ternyata itu percakapan terakhir kita-. kau mengantar kepulangan kami lagi-lagi dengan senyummu. Senyum terakhir yang ku jumpai saat hidupmu.
kamis pagi bubu hilang pak. beberapa guru sudah mencoba mencari,  tapi tak berhasil. kami pun melanjutkan kegiatan kembali hingga sore tiba. hujan mengguyur dengan deras, mmbuat kami semakin betah di sekolah. Alhamdulillah bisa sekalian mengerjakan tugas dan menunggu SD 2 pulang outing dari Bandung.
Jam 5 sore SD 2 pulang outing. ku lihat bu Jae masih riweh dan wara wiri menunggu anak-anak di jemput. tetiba ada seorang tamu datang ke sekolah," bu besok pak Toto ga masuk sekolah lagi, Pak Toto udah ga ada" kabar dari sang tamu kepada bu Jae. Bu jae berteriak memanggilku. wajahny penuh rasa terkejut dan panik. " Bu Rim,  Pak Toto meninggal!. kabar yang sungguh sangat mengejutkan. degup jantungku seolah berhenti. mataku panas. hampir aku tak percaya. kemarin kita baru saja berjumpa dan bersenda gurau. kini "kereta" telah membawamu pergi. Tak pernah ada lagi kau di sini.
memori tentangmu menari manja dalam benakku. bunga-bunga cantik yang tumbuh subur karena kau tanam dan kau rawat sepenuh hati. gerbang sekolah nan elok buatanmu. kolam ikan yang memperindah sekolah,  atau bebangku batu yang kau ukir dengan tanganmu nan kekar. pojok sampah organik yang selalu terisi penuh oleh dedaunan yang kau sapu agar sekolah selalu bersih. tak ketinggalan ternak-ternak kita yang tak jua luput dari sentuhanmu. Pak,  semua sudut sekolah tampak sedap dipandang karenamu. saksikan duhai Rabbi,  semoga ianya KAU ridhoi sebagai jariah beliau mendapat tempat terbaik di sisi-Mu.
teringat kau begitu semangat membagikan selebaran info saat kelasku berjualan barang-barang bekas. sungguh ramai lapak kami dikunjungi warga sekitar. dan itu karena bantuanmu. "The power of Pak Toto" ucap partner kelasku. tak tahu lah aku, bila tanpa bantuanmu. mungkin dagangan kami belum tentu laris manis seperti ini.
saat terakhir menatap wajahmu


Malam ini ku dapati kembali senyummu. senyum yang berbeda dari biasanya. senyum pasrah penuh keihklasan dan ketundukan pada Nya. satu persatu kapas menutup tubuhmu, hingga tibalah wajah tulus dan senyum ikhlas itu hilang tertutup kapas berbalut kafan. selamat jalan Pak Toto, orang tua kami, guru kami,  rekan kami. selamat jalan. Semoga kemudahan selalu membersamai mu. semoga nikmat kubur selalu menemanimu. tiap sudut sekolah nan cantik yang menjadi karyamu, semoga menjadi jariahmu. tempat terbaik di sisi NYA menunggu hadirmu. selamat jalan manusia ramah nan ceria.

1 comments:

Asriani Amir mengatakan...

Innalillahi wa inna ilaihi rajiuuun..
Mugi2 pak toto diberikan tempat yg lapang di sisi-Nya. Semoga khusnul khatimah..