Senin, 31 Oktober 2016

Jika dia bukan jodohku



Jika dia bukan jodohku,
Ya Allah pudarkanlah keindahan wajahnya dari pandanganku, aku tak ingin mencintai orang yang salah. Sungguh walaupun melupakannya sangat menyakitkan, aku berusaha untuk sanggup, gugurkanlah satu-persatu dengan perlahan semua kenangan. Kenangan yang senantiasa melekat erat dalam ingatanku, karena jika semua terhapus dalam waktu sekejap, aku takut itu akan menyiksa diriku

Jika dia bukan jodohku
Ya Allah bantulah aku untuk mencabut perasaan tak biasa ini dari hatiku. Aku akan merasa bersalah dan mengutuki diri jika dia yang kini bersemayam anggun di hatiku bukanlah jodohku …
Aku sadar itu tidaklah mudah karena akarnya terlanjur membumi di hatiku, tapi demi keridhoan-Mu, apa yang tidak akan aku lakukan?

Jika dia bukan jodohku
Ya Allah kumohon jangan hadirkan sosoknya lagi dalam mimpi-mimpi malamku …
Karena itu hanya akan membuatku semakin berandai-andai dan lalai dari mengingat-Mu …

Jika dia bukan jodohku
Ya Allah jauhkanlah sejauh yang aku butuhkan untuk menjadikan namanya terdengar biasa saja di pendengaranku ..
karena sungguh, atas perasaan ini aku tak mampu tenang bila mendengar namanya …

Jika dia bukan jodohku
Ya Allah jauhkanlah sejauh yang aku butuhkan untuk menjadikan wajahnya terlihat biasa saja bagiku ..
Karena sungguh atas perasaan ini hatiku tak bisa bergetar wajar bila memandang wajahnya ..

Jika dia bukan jodohku
Ya Allah janganlah membuatku berbangga hati ketika menerima pesan darinya, hilangkanlah perasaan itu ..
Karena sungguh, aku akan selalu menunggu dengan berdebar-debar balasan pesan pesan selanjutnya …

Jika dia bukan jodohku
Ya Allah janganlah membuatku selalu rindu mengaitkan hati padanya ..
Karena sungguh sangatlah menyakitkan jikalau aku tau bahwa dia tidak rindu padaku …
Padahal merindukanMu lebih pantas diatas segala-galanya …

Jika dia bukan jodohku
Ya Allah janganlah membuatku terus berharap kelak ia akan menjadi jodohku …
Karena sungguh, sudah ada orang yang kelak menungguku di ujung sana, ialah jodohku sebenar-benarnya .

Satu lagi pintaku ya Allah
izinkan aku untuk tidak terus terlena akan-nya, karena aku harus memperbaiki & memantaskan diri bagi jodohku diujung sana ..
Namun jika dia memang jodohku
Persatukanlah kami diruang dan waktu yang telah engkau tentukan
Karena rencanaMu begitu indah untuk kami
Ku titipkan hati ini padaMu ya Allah, Dzat yang tidak pernah mengkhianati titipan


*tulisan ini copas,  tapi saya tidak tahu siapa penulis aslinya

Jumat, 28 Oktober 2016

Kionaku semakin pintar.


#1
siang kemarin ia melepas sendiri diapersnya yang telah penuh, lalu membuangnya ke dalam tong sampah di dapur. "pempesnya sudah penuh oma, Kionanya bisa ganti pampers sendiri" lapornya kepada sang oma sembari membuang diapers ke tong sampah.

#2
saat ini Kiona lagi senang main air dan memindahkan air tersebut dari satu wadah ke wadah lainnya. selain itu beberapa waktu terakhir ia juga sangat senang memakai baju kuda poni. setiap habis mandi hanya mau pakai baju kuda poni. alhasil tuh baju sangat jarang masuk lemari. begitu baju itu kering setelah dicuci,  Kiona langsung memakainya kembali. kembali ke main air. agar tuh baju kuda poni tak basah karena main air,  Kiona berhasil menemukan solusinya seorang diri. "tolong bantu bundo" pintanya untuk membantu menarik baju yang tersangkut saat Kiona berusaha membuka baju sendiri.
"kok dibuka bajunya" tanyaku. "biar baju kuda poni ga basah bundo,  Kiona mau main air" jawabnya mantap.

#3
Pagi tadi Kiona meminta dibelikan kue bolu. jadilah ia bersama atuk pergi ke toko kue. tetiba di sana segera ia memilih kue kesukaannya. lalu ia mengambil sebuah donat bertabur cokelat keaukaannku. "beli ini buat bundo,  atuk" ucapnya pada sang kakek. Masya Allah, batita seusia Kiona teringat akan kesukaan ku dan kepikiran membelikannya untuk ku.

masya Allah,bahagia itu sederhana. melihat Kiona dan Haruni tumbuh sehat,  cerdas, dan solihat rasanya begitu menakjubkan. luv u keponakan tercintah

#KionaCantigiSalsabila
#27M2D

Kamis, 20 Oktober 2016

meski....


meski hanya duduk sejajar  pada baris yang sama,  meski hanya bersandar pada sandaran masing-masing,  meski hanya berbincang sepenggal lalu diam dan sibuk dengan bisu masing-masing. meski hanya sepersekian menit kebersamaan itu tercipta. itu cukup menghapus murung yang sedari pagi bergelayut padaku, 

Adakah yang lebih romantis dari seseorang yang tidak pernah bertemu, tapi namanya sudah gaduh dibicarakan malaikat. Hanya bisa menyapa  dalam doa yang Allah sampaikan ke dalam hati. Karena iman itu hadir bersama keta’atan dan terwujud bersama ikhtiar bersama pengorbanan. Karena semua akan tiba disaat terbaik.


Jumat, 14 Oktober 2016

Teka teki rasa

Senja kemarin ku sambangi rumah seorang sahabat. Sembari menyantap es krim favorit kami,  obrolan pun semakin beragam, hingga sampai pada klimaks. Ia bertanya padaku bagaimana kabar aku dan dia. Haha.... tawa ku berderai. "biasa aja" jawabku singkat, lalu ku diam.
Obrolanpun semakin berlanjut,  hingga ku dapati kalimatnya yang cukup mengena bagiku. "Terkadang,  berbagai kondisi yang terjadi kita hubung-hubungkan. kita anggap ini suatu kebetulan. padahal sebenernya itu adalah ujian dari NYA" jleb... kalimatnya syarat akan makna.

Malam menjelang,  aku kepikiran dengan kata-katanya. Nuraniku membenarkan. Bisa jadi semua kejadian aku anggap sebagai kebetulan atau justru sengaja dibuat kebetulan. Padahal tidak demikianlah sejatinya.

Berkaca pada pengalaman 5 tahun silam. Mungkin ini saatnya kembali sebagai diri sendiri. mungkin ini saatnya berhenti menerka-nerka setiap huruf yang ia reka. mungkin ini saatnya berhenti menghubung-hubungkan keadaannya dengan keadaanku.

Rasa, adalah sebuah misteri. Rasa adalah sebuah teka-teki. Cara terbaik untuk menjawab teka-teki rasa adalah dengan berhenti mencari jawabannya. Berhenti mencari tahu apa dan bagaimana sebenarnya perasaannya. Berhenti mencari tahu semua jawaban teka-teki itu. Karena ini teka-teki rasa, semakin aku menebak, semakin hilang kemurnian rasanya. Semakin banyak rasa-rasa lain yang turut larut.

"Mungkin,  tak perlu aku terus menerka. Bila dia memang memiliki perasaan terhadapku, maka ia akan memperjuangkanku dengan cara yang dicintai-Nya. Jika tidak, mungkin rasa itu tidak murni karena-Nya. Atau, mungkin saja Allah masih belum mengizinkan waktu itu tiba. Karena setiap teka-teki, jika sudah waktunya terjawab, pasti akan terjawab dengan benar. Tidak bisa di satu sisi saja. Ia saling terhubung satu sama lain. Jadi, jika aku bukan jawaban dari teka-teki perasaannya, atau jika dia bukan jawaban dari teka-teki perasaanku, ya ... memang bukan begitu jawaban teka-tekinya. Tidak akan bisa. Tak akan dapat. Allah sudah mengaturnya. Ikuti saja cara-Nya." Hatiku bermonolog teringat kata-kata Ahimsa Azaleav dalam novel teka-teki rasa.

semoga monolog segumpal daging dalam dadaku ini tak hanya sebatas wacana. Aku tahu teorinya,  namun terkadang ku kalah. Sering kali ku turuti sesuatu yang salah. hingga aku kembali terjebak pada suatu teka teki rasa.

Senin, 10 Oktober 2016

Susur Pantai; bersama kalian, upgrading rasa liburan

Akhirnya tiba juga waktu yang telah diagendakan sejak awal tahun ajaran, yups upgrading fisik bagi guru-guru. Awalnya aku sedikit tak bersemangat menghadapi surpan kedua ku ini selain karena kondisi fisik yang sedang tidak fit,  tidak lengkapnya 2 orang temanku juga sedikit mempengaruhi semangat. Jadilah aku baru packing malam hari. Dengan BismiLlah kembali kuluruskan niat dan ku jalani dengan senang.

Senin pagi kami bersebelas pergi menuju Cibangban,  Pelabuhan Ratu dengan diantar oleh Pak Leo (orang tua Fariz) dan pakde Gavan. Kami dipecah menjadi 2 kelompok untuk menaiki mobil. Aku semobil bersama Pak Aris,  Pak Fatwa, Bu Rila,  Bu Dian, dan bu Zainab. sedangkan Pak Ilham, Bu Rina,  Ms Nur, dan bu Nina naik mobil pakde Gavan. Pukul 09.00 kami baru berangkat dari sekolah. Perjalanan kami dihibur oleh celotehan Fariz yang bertanya banyak hal dan tidak selesai-selesai. Mulai dari dinasaurus,  tumbuhan omnivora, ikan piranha hingga tebak-tebakan. Tak sedikit tawa riang terdengar meramaikan mobil yang aku tumpangi. Kalau geng nya pak Ilham, entahlah ... keseruan apa yang terjadi di sana. Yang jelas,  aku yakin perjalanannya menyenangkan.


Pukul 14.00 kami beristirahat di masjid At-Taqwa daerah Cikidang. Setelah sholat dan makan siang, perjalanan kami lanjutkan. Kami tiba di Cibangban sekitar pukul 16.30. setelah menyapa kepala sekolah dan teman-teman dari SAI Studi Alam, kami segera berlarian ke pantai menikmati deburan ombak dan tiupan angin yang menyambut kehadiran kami. Tanpa tendeng aling-aling, kami segera mengabadikan moment meski hanya lewat kamera hp dan camera digital. Keseruan berakhir setelah azan maghrib berkumandang.

Perjalanan panjang kami untuk surpan baru di mulai selasa pagi. Pukul 06.30 kami mulai berjalan. Meski carier yang beratnya melebihi sepertiga berat tubuh kami, perjalanan tetap kami sambut dengan ceria dan tentu saja tak ketinggalan foto-foto di setiap tempat yang bagus.


Susur pantai itu betul-betul menantang dan melatih daya tahan. Medan yang kami lalui bukan hanya pantai yang rata,  pasir yang halus atau ombak yang menyapa lembut. Melainkan bukit yang menjulang,  tanjakan yang sangat curam,  bebatuan cadas,  tebing tinggi,  karang tajam,  sungai yang cukup deras,  jurang yang mengancam hingga tanah licin yang membahayakan. Bukan hanya mental dan kekuatan fisik yang diuji, tetapi juga solidaritas,  rasa sepenanggungan hingga ego yang harus ditekan.

Tak semua dari kami memiliki fisik yang kuat. Tak semua dari kami dalam kondisi sehat dan bugar. Tak semua dari kami memiliki kesiapan yang paripurna. Tak semua dari kami terbiasa dengan perjalanan jauh dengan medan yang menantang, dan tentunya kami semua memiliki ritme dan kecepatan berjalan yang tidak sama. Jadilah kesepakatan kami adalah harus selalu bersama dan menjaga dalam kondisi apapun.



Bagi yang cepat,  harus rela memperlambat langkah. Sedangkan yang lambat,  harus berjuang lebih bersegera demi keseimbangan perjalanan dan waktu yang efektif. Perjalanan ini harus berpacu dengan waktu karena alam tak menunggu kesiapan kami. Ketika air pasang,  maka ia tak perlu menunggu kesiapan kami menghadapi pasangnya pantai. Begitupun ketika langit mendung dan hujan turun deras tanpa permisi dan menunggu kami siap memakai rain coat. Bagiku surpan kali ini benar-benar upgrading fisik, hati,ukhuwah,  dan mental.


Perjalanan yang kami lalui benar-benar membuat ikatan dan hati ini semakin berpaut dan berpadu. banyak moment indah yang kami alami,  cerita manis yang kami jalani,  canda yang tercipta,  tawa renyah nan membahana,  hingga air mata mengalir lirih.




Masih terekam jelas dalam memori ku bagaimana kami harus saling menjaga, saling berbagi,  hingga saling berlapang dada. Ada moment di mana kami harus berbagi minum satu botol air mineral untuk 11 orang. Memanjat pohon kelapa dan mengambil buahnya lalu kami kumpulkan air dan dagingnya untuk dinikmati bersama. Membawakan carier teman yang cidera karena terjatuh di karang. Meminjamkan sendal gunung pada teman yang sepatunya jebol (terimakasih bu zae, atas pinjaman sendalnya). Mendirikan tenda dan bermalam di atas bebatuan. Menikmati indahnya lukisan alam. Makan, memasak di samping karang hingga menjemur pakaian di atas pasir dan karang sembari rehat makan siang di tengah perjalanan. Berenang riang dan bergulung ombak,  hingga mengubur Pak Ilham dan membentuknya seperti putri duyung. Bermalam di atas pasir putih nan lembut hingga makan di atas saung beralaskan pelepah pisang dan sarapan di tepi pantai satu tampah bersama. Masya Allah... benar-benar indah nya ukhuwah begitu terasa. Benar-benar moment indah begitu terekam dalam ingatan. Meski lelah, meski cidera, namun senyum bahagia dan penuh syukur tergambar di wajah-wajah kami. Bagaimana diri kami,  saat itu benar-benar terlihat. Yang di sekolah terlihat kaku dan pendiam ternyata lucu dan rame. Ada yang terlihat acuh,  ternyata begitu care dan peduli. Namun ada yang memang tidak berubah, begitulah adanya baik di sekolah maupun di perjalanan, sama aja baiknya.



Malam terakhir kami lalui dengan makan malam di saung warga sekitar dengan beralaskan pelepah pisang. Kami refleksi kegiatan beberapa hari ini. Satu per satu cerita mengalir lancar dari lidah-lidah kami. Tak jarang gelak tawa menghiasi. Dan... moment mengharukan itu tiba,  saat di mana salah satu dari kami menyampaikan kalimat perpisahan karena harus pindah tugas ke SAI Meruyung. Ada butiran hangat mengalir dari sudut mata kami. Senyum perpisahan yang terasa getir. Pelukan hangat yang terasa berbeda. Kawan .... harapku semoga tautan ini tetap terjaga. Ikatan ini tetap mengakar.


Perjalanan kami 4 hari berakhir sendu karena ternyata itu adalah moment terakhir kami bersama mrs Nur. Namun semangat kebersamaan itu masih terasa. Harapku semoga ikatan itu terus padu,  hati itu terus terpaut,  kekompakkan itu terus terjaga. Because we are family. Bersama kita saling mengingatkan dan menasehati dalam taqwa. Bersama kita bagi beban dan saling meringankan. Bersama kita berlomba dalam kebaikan. Bersama kita menjalani amanah melahirkan generasi pemimpin nan berahlak mulia. Bersama kita berjuang memajukan sekolah yang kita cintai. Bersama kita membangun peradaban. Bersama kita di syurgaNYA. Karena kebersaman adalah kekuatan kita.

Kepada Bu Pipin dan Sekolah Alam Indonesia, terima kasih telah mengadakan surpan tahun ini. kepada Pak Leo dan Pakde, terima kasih telah mengantar dan menjemput kami. Kepada kalian,  guru-guru hebat; teman seperjuangan; saudara sepenanggungan, terima kasih atas segala kebaikan, pertolongan, rasa nyaman, rasa aman, dan semua hal dalam perjalanan ini. Semoga Allah ridho dengan apa yang kita lakukan. mohon maaf lahir batin atas semua salah dan khilaf yang terjadi.

Jumat, 07 Oktober 2016

Hai Kalian

Hai kalian... dua pekan tak bersua. Tak sabar ku nanti kepulangan kalian. Tak sabar pula ingin ku dengar cerita kalian. Huft... sejujurnya aku iri dengan kalian yang bisa 2 pekan bermalam di sana.


Hai kalian .... tolong ceritakan padaku bagaimana keadaannya di rumah. Bagaimana perilakunya terhadap orang tua nya,  terutama ibunya. Bagaimana sikapnya terhadap saudara kandungnya. Bagaimana hubungannya dengan Tuhannya. Bagaimana kegiatannya keseharian. Apa saja yang ia lakukan sepanjang hari. Apakah yang disukainya.

Hai kalian .... tolong ceritakan padaku sejujurnya ya.  Agar tak salah hati ini merasa. Agar tak salah harap ini meng-asa. Agar tak salah doa ini mengangkasa.

Selasa, 04 Oktober 2016

Diam yang tak bergemuruh


Kulangitkan namamu dengan diam yang tak bergemuruh.
Sore sekali,  di senja yang bisu.
Mungkin cinta akan pergi di keheningan malam yang pekat 
(Sri Efriyanti Zahra)




setiap hari membersamaimu,  membuat rasa itu makin tumbuh. bak cendawan dimusim hujan. rasaku menjamur hampir di setiap relung dan aliran. 

sebenarnya ku hendak mencegahnya, namun keinganan lain lebih kuat. dan akupun menurut padanya. aku menyerah pada waktu yang selalu membersamai. aku meyerah pada ruang yang memberi celah. celah untuk memandangmu dari ketiadaan. celah untuk mengamati laket-lekat seluruh tubuhmu hingga guratan kekuatan itu tergambar jelas di mataku. celah untuk menikmati dan mengenang suara khasmu, renyah tawamu, dan manis senyummu. celah untuk mencuri pandang saat kau bercengkrama mesra dengan Rabbmu.

aku tak mau orang tahu. bahkan,  jika bisa atmosfirpun tak boleh tahu. biarlah,  cukup aku dan PemiliKmu yang tahu. biarkan ku minta dirimu hanya pada Pemilikmu. biarkan ku kemas rasa ini dan kulambungkan namamu ke langit agar penghuni langit mengaamiinkannya.

padamu yang baru menggenapkan usia.... barakallohu fii umrik. semoga hadirmu menjadi jariah kebaikan bagi ibu yang mengandung,  melahirkan,  menyusui, dan mendidikmu. semoga keberadaanmu menjadi timbangan pemberat kebaikan bagi ayahmu yang telah menafkahi, mencurahkan semua cinta,  kasih sayang, hingga tetes keringatnya.

padamu yang kucintai dalam diam..... ku berharap kisah fatimah azzahra dan ali bin abi thalib menyerupai kisahku. tak bosan ku pinta kau pada Penciptamu dalam setiap kesempatan.

padamu yang ku kagumi dalam bisu.... membersamaimu dalam setiap langkah adalah bahagiaku.  ku nantikan kembali saat-saat menyusun waktu berdua. ku harapkan kembali menyapa fajar bersama. ku nantikan lagi menyusuri pantai dan karang hingga menapaki pasir-pasir putih hanya kau dan aku.

Sabtu, 01 Oktober 2016

Belajar dari Kiona

"terimakasih bundo sudah beliin baju kuda poninya" Kiona said.

sore ini si bocah kembali mengucapkan kalimat yang sama. padahal tuh baju dah lama beud dibeli. cuci kering pake pula. dan hampir setiap kali pakai tuh baju, si princes selalu mengucapkan kalimat di atas. sumpah.... berasa dihargai banget sama caranya.

"terimakasih oma sudah cuci seimut (selimut) doraemonnya. seimutnya jadi harum" ucapnya beberapa hari lalu saat selimut kesayangannya sudah rapi disetrika sama oma.








"terimakasih bapak,  sudah main ke rumah Kiona" sapa Kiona pada tamu Atuk nya yang hendak pulang bertamu dari rumah kami disuatu ketika.

"terimakasih om,  sudah jagain motor bundo kiona" ucapnya pada Om penjaga parkir di pasar minggu lalu.

"terimakasih pak,  sudah jalanin odong-odongnya" kalimatnya mengakhiri permainan odong-odong.

bocah 2,3 tahun itu tak pernah lupa mengucapkan terima kasih kepada siapapun yang telah memberinya sesuatu. terima kasih cinta,  sudah mengingatkan kami untuk menghargai setiap jasa orang lain pada diri kita. terimakasih sayang sudah mengajarkan kami untuk selalu mengingat dan mengucapkan terima kasih...

terima kasih Allah,  sudah anugrahkan kami anak solihat secerdas Kiona. terima kasih Rabbi,  sudah izinkanku selalu membersamai ponakan tercintaku.


semoga Allah selalu jaga dan istiqomahkanmu dalam kebaikan, duhai mata airku. semoga Allah jadikan kau anak yang berbakti pada mama papa, oma,  atuk,  dan selalu sayang sama bundo, uncle dan dede Haruni pastinya. aamiin.  luv U coz Allah,  solihatku...


#kiona Cantigi Salsabila

Selamat jalan cinta, selamat datang rindu

Seperti angin membadai.. kau tak melihatnya, tapi merasakannya. Begitulah cinta, ia ditakdirkan menjadi kata tanpa benda. Seperti banjir menderas, kau tak kuasa mencegahnya dan hanya bisa ternganga saat ia menjamah seluruh permukaan bumi. Demikianlah cinta.

Cinta ditakdirkan menjadi makna paling santun yang menyimpan kekuatan besar. Tak terlihat, hanya terasa. Tapi dahsyat...

Cinta seperti api yang menyala-nyala. Kau tak kuat melawannya. Hanya bisa menari saat ia mengunggun. Seperti itulah cinta..

[Anis Matta]














Dan kini... cinta itu menyapaku. cinta yang entah kapan hadir dan bermula. aku tak pernah memintanya. namun aku tak kuasa jua menolaknya.

Kini... ujian itu tiba. ketika masa berperan, ketika jarak menjadi antara. ketika pertemuan akan terasa sulit. saat hanya bisa memandang dan mencari jawab dari jauh.

Mungkin saat ini waktu yang tepat untuk mengucap:
"selamat jalan cinta.... selamat datang rindu"

Fiiamanillah kawan... semoga medan juangmu yang baru menjadikanmu hamba yang semakin taqwa,  manusia yang semakin berkualitas,  guru yang semakin menjadi tauladan.