Senin, 27 April 2015

bunga dalam tidurku

 Bismillahirrahmanirrohiim...

Januari saat Senja di Selat Sunda #koleksi pribadi


Di kala konsentrasiku tidak berpihak pada hal yang satu itu, tetiba mimpi nan mengejutkan hadir dalam lelapku. Seorang insan mengajakku menuju tahapan lanjut dalam sebuah garis hidup anak manusia. Insan yang tak asing namun tak terlalu kukenal. Tak kuambil pusing mimpi itu. Mungkin ia hanya bunga tidur. Namun, kesokan harinya mimpi serupa menyapaku. Dengan cerita dan pemeran yang sama. Begitu pula lusa. Mimpi itu terulang tiga kali. Ada apa ini ya Rabb, pertandakah atau justru setan mengganggu lelapku karena alpa menyebut nama-MU sebelum ku tertidur. Ku coba untuk tak memperdulikan dan berharap mimpi itu terlupa tergerus oleh aktivitasku. Yey... aku berhasil.


Satu bulan berselang. Mimpi keempatpun hadir. Juga dengan pemeran dan cerita yang sama. Hampir galau ku dibuatnya. Secara hati ini pun memang telah merindukan masa itu tiba. Sejumput harappun tumbuh dalam kalbu. Khayalku berlarian bebas merangkai cerita. Angankkupun tak ketinggalan merajut asa. Oh... Rabbi.... aku terbuai oleh mimpi itu. Besar harapku mimpi itu jadi kenyataan.


Ku coba tanyakan langsung pada Sang Pemilik mimpi mengenai kebenarannya. Ku paksa mataku terjaga demi berduaan dengan Sang Maha Tahu. Harap dan cemas menggelayuti hati dan fikirku. Setelah beberapa waktu, mimpi itu hadir. Pemeran yang samapun turut hadir. Namun kali ini kisah yang berbeda membersamai. Resah menjangkiti tubuh ketika ku terbangun. Ada rasa tak siap ketika fikirku mencoba menafsirkan. Antara iya dan tidak. Ragupun menggantikan yakinku selama ini. Namun entah mengapa seakan ku tak mau menerima tafsiranku sendiri. Inginku hadir lagi sebuah jawab yang mudah ku cerna dan ku tafsir. Namun inginku tak terjawab. Mimpi dan petunjuk tak jua hadir. Sementara sang pemeran terus menghantui hariku. Namanya semakin terngiang di telingaku. Wajahnya seolah hadir dalam setiap langkahku. Ku coba lari dari semua. Ku tinggalkan ia dalam pojok hatiku. Ku tutup rapat dan tak ku sentuh sedikitpun. Ku sibukkan diri dengan aktivitas dan keseharian yang merutinitas.


Waktupun terus berlari. Aktivitas yang padat merayap mengalihkan fikir dan ingatanku. Mimpi-mimpi itu tak lagi mengusik hariku. Ku semakin tenggelam dengan kegiatan-kegiatan yang menguras tenaga dan otak. Disaat ku terlelap karena lelah yang teramat sangat, tetiba mimpi kembali menyapaku. Kalli ini hanya namanya saja yang berulang kali hadir membawa kisah yang sama, namun entah mengapa sang pemeranpun berganti. Rabbi.... apalagi ini. Kerutku tatkala terjaga.


Dua hari berlalu. Ketika selesai sholat zuhur, seoranng senior mengabariku bahwa seseorang akan menuju tahap lanjut dalam proses hidupnya. Terkejut aku ketika beliau menyebutkan namanya. Allaaah...... itu adalah pemeran dalam mimpiku selama ini. Selaksa kecewa hadir dalam diri. Nyeripun menyapa sudut kalbu yang sempat berharap. Senja nan meronapun seketika sirna berganti gelap yang menggulita. Rabbi..... inikah jawaban tanpa tafsir nan mudah kucerna dari mimpi-mimpi dan tanyakku selama ini??


Yah.... harapan itu slalu ada, karena ku yakin dengan kata-kata cinta-NYA; “Allah tidak membebani seseorang melainkan dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya ...” (Al-Baqoroh:286). Mungkin ini cara DIA mendidikku agar lebih kuat, tangguh dan perkasa. Dan tiada sebaik-baik cara kecuali cara-NYA.


Dan kini beberapa pekan berlalu sudah, dan rasaku sudah kembali normal. Kejadian itu sudah tak terlalu berpengaruh. Aktivitas telah memulihkanku. Tuhanku sudah cukup menjadi alasanku melupakan semua kejadian itu dengan tetap mengambil hikmah di baliknya. Laa ilaaha illa Anta. Subhaanaka inni kuntu minazhzhaalimiin.


Maka, ya Allah ..... walau jangan sampai Kau karuniakan pasangan yang mirip Fir’aun, teguhkan aku bagai Asiyah yang mukminah, anugrahkan rumah di sisi-MU di dalam surga.


Maka, ya Allah ..... walau persoalan hidup tak sepelik yang dialami Ibunda Musa, bisikkan selalu kejernihan-MU difirasatku saat menghadapi musykilnya hari-hari.


Maka, ya Allah .....  walau ilmu dan kebijaksanaan tak seutuh Luqman Al-Hakim, tajamkan pikir dan rasaku ntuk mengambil ibrah di setiap kejadian.



Maka, ya Allah ...... ridhokan aku dengan segala keputusan dan ketetapan-MU.