Minggu, 26 Oktober 2014

Berkibarlah bendera sekolahku

Bismillahirrohmanirrohiim


Satu lagi kisah yang berkesan dari kegiatan “outbound training for  trainer” selain alcatraz, yaitu Excellent Flag. Awal training kami dibagi menjadi 2 kelompok besar, lalu dari dua kelompok tersebut masing-masing dipecah menjadi  2 kelompok kecil lagi. Total ada 4 kelompok kecil. Ada kegiatan-kegiatan yang harus kami lakukan. Adakalanya kegiatan tersebut dilakukan antar 4 kelompok secara ber kompetisi, atau 2 kelompok juga secara berkompetisi, atau kami bersatu menjadi satu kelompok besar. Namun para fasilitator dan observer ga ngasih tau kapankah kami bersatu dan kapan kami berkompetisi antar kelompok. Kejeliaan dibutuhkan di sini.


Pada sabtu malam fasilitator mengumumkan kelompok siapakah yang memenangkan kompetisi, dan pemenangnya mendapat sebuah amplop cokelat berisi kegiatan selanjutnya. Begitu pula kelompok yang lain, menerima amplop cokelat berisi kegiatan. Yang membedakan adalah properti yang diterima masing-masing kelompok untuk melakukan kegiatan selanjutnya. Setelah aku dan tim membaca surat dalam amplop tersebut, ternyata kami diminta untuk membuat tiang bendera setinggi 8,4 m yang bisa dikerek *bahasa Indonesianya apa ya dikerke,  beserta bendera sekolah dari bahan dan properti yang sudah disiapkan. Seluruh peserta menafsirkan bahwa masing-masing kelompok akan membuat bendera dan tiangnya, jadi ada kompetisi di sini.


Kami melihat bahan apa saja yang kami terima untuk melaksanakan kegiatan tersebut, beberapa tongkat rotan, tali tambang pramuka, 3 buah gunting, 2 gulung benang jahit, 2 lembar kain flanel hijau dan orange dan karton besar. Segera aku membagi tugas, para bapak guru membuat tiang dan ibu guru membuat bendera.  Ketika kami sedang mendiskusikan pembagian tugas membuat bendera, tiba-tiba peserta dari kelompok lain mengajak kami barter karena ternyata bahan-bahan yang kami terima tidak cukup untuk menyelesaikan tugas. Kain bendera dipotong bagi dua, flanel dibagi dan semua dibagi. Kami sepakat untuk bekerja sama membuat 2 bendera. Di luar ruangan para bapak gurupun tampaknya berbagi bahan juga.


Setelah bendea dipotong, pola dibuat, tiba-tiba salah satu peserta ada yang berkata bahwa  bendera yang dibuat hanya satu, karen ternyata tiang rotan tidak cukup untuk membuat 2 tiang. Jadilah aku bersama bu Neni dari SAI Sukabumi menjahit kembali bendera yang telah dipotong jadi 2. Polapun diubah mengikuti ukuran bendera. Di luar bapak-bapak menyambung-nyambung rotan agar tingginya mencapai 8,4m. Dan semua selesai jam 9 malam. Tinggal mendirikan tiang dan mengerek bendera.


Ternyata mendirikan setinggi 8,4 m yang terbuat dari sambungan rotan itu sangat ga mudah. Berbagai cara udah dilakukan, bahkan hingga memannjat tower. Ternyata gagal. Kami terus berfikir caranya. Akhirnya Pak Wahyu (kepsek SAI Studio Alam) sebagai observer memberi kami solusi. Solusi dicoba, dan...oh... belum bisa juga ternyata. Kami terus mencoba dan pada kali yang kesekian akhirnya berhasil. Tiang berdiri tegak. Langkah selanjutnya adalah mengerek bendera.
Bendera siap dikerek, dan.. ow..ow... tali tidak bisa dikerek. Artinya tiang yang susah payah didirikan h arus dirobohkan lagi. Setelah diperbaiki, tiang kembali didirikan, tapi ternyata gagal dan gagal, sementara waktu sudah menunjukkan jam 12, tengah malam. Panitia meminta kami menyudahi saja dan melanjutkan besok pagi.


Ahad pagi setelah morning sport kami mendirikan lagi. Kambali gagal, gagal dan gagal. Dan akhirnya pecobaan yang ke sekian kami berhasil. Penggerek[un berfungsi.aku deg-degan melihat tiang yang melengkung, khawatir jatuh.  Bendera siap dikerek.  Benderapun melewati setengah tiang. Agak sedikit lega. Tapi... tunggu, tiba-tiba gagang cangkir yang kami gunakan sebagai pengganti katrol patah. Bendera telepas dan jatuh ke tanah. Owh my God..... semua sontak kaget, tujuan yang hampir teraih tiba-tiba kembali gagal, padahal tinggal dikit lagi.


Pak Roni sang leader bertanya, apakah kita mau menurunkan tiang dan menyerah atau memperbaiki dan mengganti katrol dengan barang lain. Kami sepakat memilih opsi kedua. Tiang kembali dirobohkan. Detelah diperbaiki dan diganti katrol dengan carabiner, tiang kembali didirikan. Dan... seperti sebelumnya, gagal. Tapi belum ada rasa menyerah dari kami untuk mencoba.


Alhamdulillah setelah percobaan ke-15, setelah 6 jam mencoba tiang berdiri, bendera berhasil berkibar. tiang tegak berdiri, spontan takbir bergema, syukur terucap, dan wajah-wajah lelah itu telihat puas dan berseri. kami mengelilingi tianng, dan ternyata jika dipandang dari sisi yang berbeda, tiang tampak bengkok tak tegak berdiri. namun kami sepakat tidak menurunkanya kembali.


Berkibarlah bendera sekolahku
Berkibarlah di langit nusantara
Berkibarlah SAI
Berkibarlah sebagai kontribusi membangun generasi Rabbani



hormat bendera mengikuti arah tiang










1 comments:

Unknown mengatakan...

Kereen.. Kereeen.. Sangat mengispirasi..!