Minggu, 29 Juni 2014

cerita jelang Ramadhan

Bismillahirrohmanirrohim...


Hari terakhir di bulan juni yang bertepatan dengan 1 Ramadhan 1435, semoga Ramadhan kali ini menjadi lebih bermakna dan berkah hingga menjadikan kita hamba yang lebih bertaqwa dan berguna, aamiin..

kali ini aku ingin bercerita tentang kisah nyata yang kutemui ku dapati langsung dari sumbernya, semoga bisa memberi pelajaran dan hikmah bagi kita semua.

Tersebutlah sebuah keluarga yang sangat sederhana dan karena kesederhanaannya itu tak jarang keluarga tersebut dicemooh, dihina dan dipandang sebelah mata. namun mereka tak peduli dengan semua itu, fokus pada tujuan  dan masa depan anak-anaknya. 

Berbagai cara halal dilakukan sepasang suami istri tersebut demi mencukupi kebutuhan hidup dan pendidikan anak-anak mereka. kepala dijadikan kaki dan kaki dijadikan kepala sembari terus berdoa pada Sang Maha Kaya agar usaha mereka diridoi.

Hari berganti, pekan berubah, bulan bertambah dan tahun pun terus berjalan, ketiga anak mereka tumbuh besar, satu persatu telah menyelesaikan pendidikannya dan menorehkan prestasi. Si sulung telah lulus sarjana dan kini bekerja pada salah satu instansi pemerintahan dengan pangkat yang cukup baik, si tengah lulus dari salah satu universitas negeri dengan predikat kelulusan cumlaude dan bekerja pada sebuah instansi swasta yang bonafit, dan si bungsu tengah menyelesaikan pendidikan sarjananya pada salah satu universitas negeri.

Bukan main bangganya suami istri tersebut, anak-anak mereka telah mampu mengangkat kehidupan mereka. kini hinaan dan cacian telah berganti dengan decak kagum. tak hanya bagi sepasang suami istri tersebut, ternyata ke tiga anak mereka begitu dibanggakan di keluarga besar dan lingkungan tempat tinggalnya. tak jarang mereka jadi contoh dalam mendidik anak dan anak-anak mereka pun menjadi contoh keteguhan dan kegigihan bagi saudara-saudaranya yang lain. singkat cerita keluarga tersebut dijadikan role model dan contoh keluarga yang berhasil namun tetap bersahaja. 

Sang ayah begitu bangga pada anak-anaknya, tak jarang ia berujar "hanya istri dan anak-anaknya lah kekayaan yang ia miliki, hanya merekalah kebangaannya, hanya untuk merekalah ia hidup". 

Dan sejatinya tak ada manusia yang sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Nya. kalimat tersebut begitu tegas terlihat pada kisah hidup keluarga tersebut. di suatu tahun pada bulan Rajab sebuah kabar buruk menghampiri, bak petir di siang bolong, salah satu putra kebanggaan dan panutan dari suami istri tersebut mengaku telah berbuat dosa besar yang mencoreng nama baik keluarga mereka. sebuah aib telah ditorehnya dan tentu saja sebuah luka pun tersulam di hati kedua orang tuanya.

Sedih, kecewa, merasa bersalah dan berbagai emosi negatif lainnya menyeruak bersamaan. ingin rasanya mereka menyalurkan semua amarahnya, berteriak sekeras-kerasnya, atau meronta sejadi-jadinya. tapi mereka tak lakukan itu. dalam kondisi yang sangat tak mereka inginkan, mereka masih bisa bepikir dan mengendalikan emosinya, mereka fokus pada perbaikan dan langkah ke depan serta solusi apa yang harus mereka ambil. "toh semua itu tak bisa merubah keadaan dan mengembalikannya seperti sebelum terjadi" ucap mereka ketika ku tanya mengapa mereka tak menyalurkan emosinya.

Masya Allah, begitu cemburunya Allah pada hambaNya yang mengesampingkan NYA dan yang berbangga berlebihan terhadap sesama manusia. keluarga itu pun menyadari, bahwa ini adalah teguran atas kekeliruan mereka. selama ini mereka terlalu bangga pada anak-anaknya, selama ini mereka lebih memfokuskan hidupnya demi ketiga anaknya dan menomor duakan tujuan penciptaan mereka di dunia.

Benarlah apa yang Allah katakan dalam surat-surat cinta NYA

Harta dan anak-anak adalah perhiasaan kehidupan dunia “(QS. Al-Kahfi:46)

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allah-lah pahala yang besar” (QS. Al Anfaal : 28)
Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, merekalah itu yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam jannah). (QS. Saba’: 34-37) 

Dan, sungguh benarlah Sabda Sang Nabi akhir zaman dalam sebuah haditsnya:

Sesungguhnya anak bisa membuat seseorang menjadi bakhil, penakut, jahil dan bersedih.” (HR. Al-Hakim (5284) dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-JaamiĆ¢’(1990))

Duhai.... betapa tipisnya kasih sayang orang tua dengan cemburu Allah. semoga kita tetap istiqomah menomor satukan Allah,  semoga kita tak berlebihan dalam mencintai mahluk dan perhiasan dunia, semoga kita tetap bisa mengontrol diri dari rasa bangga dan membanggakan, karena sejatinya pasangan, anak, harta benda dan semua isi dunia adalah ujian ketaqwaan bagi kita dan akan dimintai pertanggung jawaban di yaumil hisab kelak.

Satu lagi pelajaran hidup yang bisa ku petik dari kisah mereka, sebesar apapun kesedihan, amarah dan kekecewaan, tetaplah kontrol diri, kendalikan emosi dan berpikir jernih. fokus pada solusi bukan hanya berkutat pada kasalahan dan masalah yang terjadi. nasi telah menjadi bubur, pilihan ada pada individu terkait, apakah bubur itu mau dibuang, mau menelan bubur tersebut begitu saja atau menambahkan bahan pelengkap lain agar bubur tersebut menjadi nikmat dan sedap di santap. Begitulah hidup. ketika masalah, kesalahan dan aib menghampiri, pilihan ada pada kita mau melarikan diri dari masalah dan tanggung jawab hingga hancurlah masa depan kita; mau menghadapi saja tanpa ilmu dan arahan dan hidup kitapun begitu-begitu saja. tak ada perubahan berarti atau mau menghadapinya dengan ilmu, arahan dan tuntunan agar ke depan menjadi lebih baik.

mumpung Ramdhan baru menghampiri, semoga kita bisa optimalkan niat, diri, hati dan pikiran untuk mengisinya dengan sebaik-baik ibadah hingga gelar taqwa dari NYA layak kita sandang.


2 comments:

Symphony of Elegy mengatakan...

menurut saya, harta segunung, permata sesamudera, jika tanpa keluarga semua tak ada artinya. Salam, selamat ramadhan :))

Rima Aulia mengatakan...

salam....

yups, sepakat Andaka. keluarga adalah nikmat yang terkira.

selamat Ramadhan