Bismollahirrohmanirrohiim….
Monolog seorang bani Adam (sebut
saja namanya Naas) dengan panglima tubuhnya bernama Nurani disuatu senja
Naas :
Belum usai air mata ini menetes. Masih terasa pedih akan luka perasaan, kala
idaman belum bisa menjadi pasangan
Nurani :
Kenapa harus bersedih dengan penolakan?
Naas :
maksudnya?
Nurani :
yakinkah kamu bahwa jodoh diatur oleh yang Maha Kuasa?
Naas :
Tentu aku yakin, itu bagian dari akidahku
Nurani :
Kalau begitu, coba renungkan, jika kamu melamar 1.000 wanita, tapi jodohmu
ditentukan-NYA pada orang yang ke- 1.001, apa yang terjadi?
Naas : Saya akan ditolak 1000 kali
Nurani :
benar, pada hakikatnya itu adalah proses untuk mendewasakan manusia. Boleh jadi
ketika ALLOH mempertemukanmu dengan jodohmu pada kesempatan yang pertama, tidak
sebaik ketika kamu dipertemukan pada saat yang ke- 1001. Ya ….. sekali lagi itu
bagian dari pendewasaan. Lihat kebanyakan manusia, mereka kekanak-kanakan, rasa
tanggung jawabnya masih minim, keteteran dengan berbagai amanah. Akan seperti
apa nantinya rumah tangga yang dibangun, belum lagi bila orang itu tidak yakin.
Nah, seiring proses, penolakan, introspeksi diri, dia akan makin meningkat,
mendapati syurga dunia akhirat ketika kemudian ALLOH mempertemukannya dengan
istrinya
Naas : (kelegaan muncul, tapi ganjalan lain yang menimbulkan Tanya) bisakah kita
menghindari penolakan?
Nurani : bisa
Naas :
harus menjadi tampan, kaya, berkuasa?
Nurani :
tidak
Naas :
lantas?
Nurani :
sudah paham tentang janji Tuhan-mu bukan?! Selain memiliki mental dan pribadi
yang matang, kalau jodoh itu tentu tak akan kemana
Naas :
ya, tapi bagaimana kita mengetahui itu jodoh kita?
Nurani :
tidakkah Sang Pencipta memberimu sholat istimewa yang oleh sebagian orang
dikenal sebagai “sholat pencari jodoh”?
Naas :
aku juga sudah melakukannya
Nurani : saying,
sebagian manusia tak tulus mengerjakan sholat itu. Seakan ia hanya sholat untuk
mendapatkan cap ‘aktivis’ atau sekedar meminta stempel pada-NYA. Sholat ia
kerjakan tapi keukeuh meminta sesosok
figure. Ia pikir figure itu semurna, ia pikir hanya figure itulah yang berhak
menjadi jodohnya. Apakah begitu cara meminta kepada Sang Pencipta?
Naas : (helaan nafas panjang dan ketundukkan
menyertaiku) rasanya perlu ku perpanjang istighfarku. Wajib ku baca ulang
perihal sholat istikhoroh jika mentalku masih demikian
cerita
di atas hanyalah fiktif semata, tetapi bisa kemungkinan itu realita
sejuta ummat. so... bila ada yang merasa, mohon maaf lahir batin,
sesungguhnya ga ada niat untuk menyindir, hanya sekedar ingin berbagi
hikmah.
berdasarkan
cerita dia atas dan dengan sedikitnya pemahaman saya mengenai sholat
istikhoroh, kali ini saya ingin berbagi mengenai sholat istimewa itu.
Istikharah?!
ya, sholat sunnah untuk memohon petunjuk Alloh saat menghadapi suatu
hal atau mendapatkan dua pilihan atau lebih. saat sholat ini dikerjakan
dengan tepat, insya Alloh tak akan ada risau, galau, apalagi kecewa.
"Tak
akan kecewa orang yang mau (mengerjakan sholat) istikhoroh, dan tidak
akan menyesal orang yang suka bermusyawarah, serta tidak kekurangan
orang yang suka berhemat (sederhana)." (HR. Thabrani)
selama
ini, banyak orang acap kali memahaminya hanya untuk urusan jodoh.
padahal perannya kompleks, meliputi setiap urusan manusia.
Dari Jabir ra berkata, "Rasululloh
shallallahu 'alaihi wassalam mengajari para sahabatnya untuk sholat
istikhoroh dalam setiap urusan, sebagaimana beliau mengajarkan
Al-Qur'an. beliau bersabda: " jika kalian ingin melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah sholat dua rakaat selain sholat fardhu, kemudian hendaklah ia berdoa: Ya
ALLOH, sesungguhnya aku beristikhoroh pada-MU dengan ilmu-MU, aku
memohon kepada-MU kekuatan dengan kekuatan-MU, aku meminta pada-MU
dengan kemuliaan-MU. sesungguhnya Engkau yang menakdirkan
dan aku tidaklah mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan
aku tidak tahu. Engkaulah yang Maha mengetahui perkara yang ghaib. ya
ALLOH jika memang perkara ini baik bagiku dalam urusan dunia dan akhiratku (atau baik bagi agama, kehidupan dan akhir urusanku),
maka takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan
berkahilah ia untukku. ya ALLOH Engkau mengetahui bahwa perkara
tersebut jelek bagi agam, kehidupan dan akhir usrusanku (jelek bagi
urusan dunia akhiratku), maka palingkanlah ia dariku dan palingkanlah
aku darinya serta takdirkanlah yang terbaik untukku apapun keadaannya
dan jadikanlah aku ridho dengannya-kemudian dia menyebutkan keinginannya-." (HR. Ahmad, Bukhori, Ibnu Hiiban, Baihaqi, dll)
ia
dianjurkan untuk digunakan dalam semua hal, entah bimbang ataupun
yakin. sholat ini -jika boleh dimaknai lebih- tak ubahnya kita bertanya
langsung kepada ALLOH, mana langkah terbaik yang bisa kita ambil.
seperti termaktub dalam redaksi doa di atas bahwa ALLOH MAHA MENGETAHUI,
sementara kita tidak.
dengan doa yang begitu istimewa,
selayaknya setiap urusan kita menjadi mudah. tapi terkait jodoh, disaat
banyak orang telah melaksanakan ibadah ini, kira-kira berapa yang masih
menyesal? jumlah pastinya belum pernah ada yang meneliti, tapi dari
kabar demi kabar yang mampir ke telinga, rasa-rasanya jumlahnya tak
sedikit. LALU DI MANA LETAK SALAHNYA??
sholat
istikhoroh memang lebih bermakna ibadah mental. dengannya akan ternilai
kepasrahan hati seseorang yang membuat ALLOH berkenan ,enunjukkan jalan
dan memperkuat pilihannya, sehingga pilihan itulah yang terbaik untuk
diambili. jawaban akan mudah diterima dan mengena saat dilaksanakan.
karena kita yakin, karena mental kita telah siap.
bagaimana
jika orang tak yakin? hatinya telah dipenuhi keinginan, seolah sholat
dilaksanakan untuk memaksa "izin turun" jawaban akan lain. arah tetap
akan ke titik awal kecenderungan. tak lagi objektif dan boleh jadi
sesuatu yang kita yakini itu bukanlah jawaban dari sholat istimewa kita
ini. ironis bukan?!
di sinilah letak kedewasaan kita.
hati boleh cenderung, tapi begitu istikhoroh diambil, semua dinetralkan.
biarkan Sang MahaTahu yang menuntun kita.
Imam
Al-Qurtubhi menyampaikan, bisikan hati sering dipengaruhi subjektivitas,
hendaknya hati dibersihkan terlebih dahulu dari beragam pengaruh. Ibnu
Hajar juga mengatakan bahwa sebaiknya kita tidak mengikuti kecenderungan
hati saja, karena acap dipengaruhi oleh hal lain sebelum melaksanakan
sholat istikhoroh. dengan demikian bisa saja kita salah dalam menangkap
petunjuk ALLOH dan menerjemahkan jawaban ALLOH.
Duhai,
apa kabar istikhorohku?, wahai diriku masihkan kau melihat figure/
urusan yang memang hati kita telah tertambat dan cenderung padanya? tak
tergantikan mesti berkali-kali istikhoroh? ataukah memutuskan segala
perkara berdasarkan petunjuk demi keridhoan Rabbmu?
wahai
diriku, coba benahi lagi mentalmu, sehingga jika semua telah betul dan
betul itu pula pilihan yang berbasis ridho-NYA, engkau akan bahagia
dunia akhirat. jika kondisi lain yang terjadi pasca perbaikan mental itu
(jawaban atau hasil tak sesuai yang diharapkan), minimal aku telah
belajar bagaimana cara bersikap dan meminta kepada-NYA.
Duhai
ALLOH, bimbinglah diri ini untuk selalu berada dalam jalan-MU, jauhilah
diri ini dari perkataan yang tidak kulakukan... aamiin.
wallohu'alam bishowab