Senin, 25 Maret 2013

rindu ku

Hari ini, kita berada di dunia yang sama-sama baru dalam definisi realita kita masing-masing. Aku berada di sini, kalian berada di tempat yang juga berbeda. Aku dengan kehidupanku hari ini, kalian juga bersama realita kehidupan kalian masing-masing.  Ya, di tepian itu kita menatap ke depan. Tapi goresan itu takkan hilang. Karena ikatan kita, lebih kuat dari ikatan apapun yang ada di dunia. Kita bersaudara, dalam balutan aqidah!

Senja jadi saksi, pelangi pun turut andil membersamai. tawa riang, sapa hangat dan canda santun nan penuh keakraban menghiasi kebersamaan kita kala itu. meski maya melatarbelakangi, namun ikatan itu nyata. lewat kalian Tuhan ku mengajarkan arti persahabatan. lewat kalian Rabb ku mengenalkan arti ukhuwah. lewat kalian pula ku mengenal bahwa jarak, ruang dan waktu tak menjadi penghalang.

pintaku pada Sang Maha Cinta, semoga ikatan ini terus terjaga. Doa ku pada Sang Penguasa izinkan aku tuk berjumpa dan mengulang lagi peristiwa itu, membersamai kalian dalam 3 hari penuh makna


teruntuk kalian di sana..... aku rindu

Minggu, 24 Maret 2013

Bagir Adinoto



Bagir Adinoto namanya. Pertemuan pertama  sudah berhasil menarik hatiku, makin kenal akupun makin terpikat. Bagir Adinoto, siswa pertama yang aku temui dihari pertama ku bergabung dengan Sekolah Alam Indonesia. Bagir datang satu jam sebelum kelas mulai, alhasil dia selalu datang paling awal dibanding teman-temannya. Jika ada reward semacam Panasonic Award, aku yakin Bagir pasti akan meraih kategori siswa in time.

Bagir Adinoto namanya. Bayi empat tahun dengan perawakan tubuh gempal, kulit putih dengan pipi tembam yang kemerah-merahan, alis tebal dan bulu mata yang lentik membuat ku makin betah menatap dirinya, kadang aku tak tahan untuk tidak mencubit pipi lucunya, menggelitiki perutnya atau mendekap erat tubuhnya. Ku yakin orang-orangpun akan berpendapat dan melakukan hal yang sama dengan ku.  Oh, Bagir…. Kamu lucu banget sih.

Bagir Adinoto namanya. Anak rajin yang selalu bangun paling awal dibanding dengan kedua kakaknya, bahkan terkadang Bagir lah yang membangunkan mama dan ayahnya untuk sholat subuh. Bagir juga yang membantu sang mama membuat teh hangat dan sarapan untuk ayah dan kedua kakaknya. Tak jarang Bagir juga sering membantu pekerja rumahnya untuk menyapu dan mengepel lantai. Hemm…. Hebat ya, aku sampe terpana ketika Bagir menceritakan hal ini padaku. Walau anak bungsu dan berasal dari kelurga berada, Bagir bukanlah anak manja, malah menurutku Bagir sangat mandiri jika dilihat dari usia dan kondisi keluarganya. Subhanalloh…. Bagir sudah ajari aku ilmu kehidupan.

Bagir Adinoto namanya. Celotehannya yang riang dan penuh semangat membuat ku semakin akrab dengannya. Terkadang Bagir suka bercerita tentang hobi renang, kaos kaki dan baju baru yang dibeli mama, hamster teman mas yang dimakan kucing, skuter sebagai hadiah ulang tahunn ke-4 atau hal lain yang selalu diceritakannya dengan mata berbinar dan ekspresi menggemaskan, belum lagi gerak tubuh yang mengekspresikan cerita-cerita serunya membuat Bagir makin lucu dan menyenangkan.

Bagir Adinoto namanya. Bocah cerdas nan polos. Bagir cepat menagkap pelajaran-pelajaran yang diberikan dan tak jarang Bagir membantu temannya untuk mengerjakan, mempraktekkan atau mengajarkan pelajaran yang mereka terima. Bukan hanya untuk pelajaran di sekolah yang dikuasai Bagir, Bagir juga tahu membedakan yang mana bebek jantan dan betina. Sebelum KBM dimulai, setiap jenjang di sekolah kami punya piket memberi makan bebek-bebek yang kami pelihara, dan  pagi ini jadwal kelas ku (kebetulan saat itu hanya aku dan Bagir)yang memberi makan bebek-bebek itu.
Aku     : “wah… bebek-bebeknya makin besar ya, sepertinya yang paling besar itu bebek jantan deh.” Ucap ku sambil menunjuk bebek yang paling besar
Bagir   : “bebek jantan itu paruhnya warna merah bu Rima, kalau bebek betina paruhnya yang lebih kehitaman.”  Jawab Bagir yakin
Aku     : “kok Bagir tahu, siapa yang kasih tahu Gir?” Tanya ku heran
Bagir   : “iya, Bagir waktu itu dikasih tau om Oboy” ucapnya polos
Bukan hanya itu, bagir juga tau bagaimana cara agar bebek-bebek peliharaan kami tidak bisa terbang. “ekornya digunting bu Rima, biar bebek-bebeknya ga pada terbang” ucap Bagir suatu hari. Bagir juga terampil membuat beraneka ragam bentuk tanah liat menjadi kerajinan yang bagus dan bernilai seni. Wawasan baru lagi-lagi dihadiahi Bagir untuk ku.
Bagir belajar meronce

Bagir Adinoto namanya. seorang bocah yang peduli dan senang punya banyak teman. Suatu hari saat jam free play dimana Bagir dan teman-temannya bermain di ply ground dan saat itu matahari bersinar terik. Aktivitas permainan yang melelahkan membuat mereka haus (atau paling tidak, Bagir yang merasakan haus), sambil berjalan Bagir berkata, “botol minumnya lupa dibawa”. Seketika itu pula Bagir menuju kelas dan membawakan botol minum milik semua teman-temannya ke play ground dengan bersusah payah. Saat aku akan membantu sambil memujinya, Bagir berkata “Bagir haus bu, mau minum.  Sekalian aja Bagir bawain botol minumannya biar pada bisa minum” Subhanalloh…. Bagir, lagi-lagi kau ajarkan ilmu kehidupan padaku.

Bagir Adinoto namanya. bocah yang sudah mengerti (dengan pemikiran sederhananya) bahwa meminta itu hanya pada Alloh lewat doa-doa yang dipanjatkan. Suatu ketika aku bercerita tentang seorang pengembala yang senang berbohong hingga kebohongannya terbongkar dan ia dijauhi teman-temannya. Setelah selesai aku menjelaskan tentang hikmah cerita itu dan memberikan beberapa pertanyaan, salah satunya pertanyaan mengenai siapakah yang ingin punya banyak teman. Siswa-siswa mengangkat jari-jarinya. Pandanganku tertuju pada Bagir  yang tertunduk dan seakan sedang bergumam lirih dan diakhiri dengan mengusapkan tangan ke mukanya. Tiba-tiba Bagir berkata pada temannya Najma (bagir memanggilnya Dema = aDE najMA): “makanya Dem, kita berdoa sama Alloh supaya teman kita di sekolah bertambah, supaya kita punya banyak teman”. Subhanalloh…lagi-lagi Bagir mengingatkan bahwa meminta itu hanya pada Alloh lewat doa-doa. Bagai sabda Sang Nabi yang mengajarkan untuk memulai sesuatu dari diri sendiri kemudian mengajak orang terdekat. Bagirpun melakukan itu, ia memulai berdoa terlebih dahulu, baru kemudian mengajak Najma untuk berdoa meminta bertambahnya teman di sekolah. 

Bagir Adinoto namanya. Berdekatan dengannya (juga dengan siswa-siswa ku yang lain), membuatku menemukan ilmu-ilmu kehidupan yang natural dan tulus.  Ku yakin cerita ini tidak akan terhenti sampai di sini. Pasti akan banyak kisah menarik nan kaya akan ilmu dan hikmah yang akan ku temu bersama Bagir dan teman-temannya. Yah… mereka guru-guru kecil yang mengajarkan dengan tulus dan tanpa tendensi apa-apa. Maha Suci Engkau duhai Rabbi, maka Segala Puja dan Puji yang tersembahkan hanya pada-MU yang telah mengizinkanku tergabung dalam Sekolah Alam Indoneia (SAI) dan menganugrahiku Bagir beserta teman-temanya. Pekan ini, 5 pekan sudah aku bergabung dengan SAI, tapi begitu banyak hikmah dan pelajaran yang telah ku terima, izinkan aku untuk terus menjaga niat hanya karena-MU duhai Rabbi, agar aku terus bisa mengambil hikmah dari setiap pelajaran yang ku dapat dan agar aku selalu bisa memperbaiki kontribusiku di jalan ini. aamiin
                                                  

Minggu, 17 Maret 2013

Perjalanan Senja

Duhai langit, sore ini kau nampak indah
orangemu yang bertabur cahaya keemasan, smakin mempercantik senjamu
meski asap knalpot dan debu jalanan membuat sesak
namun tak mampu hilangkan pesonamu dalam pengindraanku

Wahai senja, terimakasih telah setia mendengar kisahku
meski hanya sebuah monolog lewat bahasa kalbu
yang tersampaikan dalam setiap kilometer titian aspal yang kulalui
namun, diskusi tanpa suara diantara kita mampu menjadi rehat perjalanan ini

Jumat, 15 Maret 2013

Usia ku 2 tahun kini

Tanpa terasa usia blog hijau ku 2 tahun kini, meski bukanlah seorang handal tapi ku berharap untuk bisa terus menulis dan mengikat segala kebaikan lewat untaian kata dan aksara. meski hanya sebuah maya, namun asaku kontribusi ini terwujud dalam realita.

Usia blog hijau ku 2 tahun kini. Walau sangat jauh dari kesempurnaan karena aku hanya hamba bernama manusia yang penuh kekurangan bukan mahluk nur yang tanpa celah, namun doakan aku agar slalu berusaha belajar, berproses dan berubah agar bisa menjadi lebih baik dari masa ke masa seperti pesan Nabiku.

Usia blog hijau ku 2 tahun kini. Semoga semakin bisa memperbaiki diri dan memberikan manfaat bagi setiap pengunjungku dan tentunya diriku sendiri walau hanya sekedar pelega kalbu, walau tujuan utamaku keridhoan-NYA yang  bisa menjadi pemberat kebaikan di yaumil hisab kelak.

Happy milad blog hijau ku, rumah maya ku, media curahanku,  sarana intropeksiku. Semoga bersamamu aku bisa terus berkarya, belajar, berproses dan berubah serta bisa bermanfaat bagi sesama. aamiin


Selasa, 12 Maret 2013

Duhai kawan, nasihati aku



Bismillah….

Alhamdulillah, akhirnya bisa kembali mencorat-coret dinding rumah mayaku. Sebelum akue meracau lebih jauh, ijinkan aku bertanya pada sahabat semua, apakah nasihat itu? Penting ga sih nasihat itu? silahkan jawab dengan hati masing-masing daengan sejujurnya coz ga perlu dikumpulkan ke saya, he….. baiklah, untuk mengeifisenkan dan mengefektifkan waktu #halah, saya lanjut aja yak, kali ini saya Cuma ingin berbagi sebuah kisah dari Al-Qur'an dan buku-buku yang pernah saya baca.

"Demi masa. sesungguhnya manusia kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengajarkan amal shaleh dan nasihat-menasihati supaya menta'ati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menta'ati kesabaran" (TQS Al- Asr: 1-3)


Imam Asy-Syafi’I pernah bersyair, “ nasihatilah aku saat sunyi dan sendiri, jangan nasihatiku di kala ramai dan banyak saksi. Sebab nasihat di tengah khalayak terasa hinaan yang membuat hatiku pedih dan koyak, maka maafkan jika aku berontak.”

Adalah Imam Ahmad, agung dalam mengamalkan syair saudaranya.  Hal ini seperti yang dikisahkan Harun ibn Abdillah Al-Baghdadi: “ disatu larut malam pintuku diketuk orang, aku bertanya, “ siapa?” suara di luar lirih menjawab, “Ahmad!” kuselidik, “ Ahmad yang mana?” nyaris berbisik ku dengar, “ Ibnu Hanbal!” subhanalloh, itu guruku”
Kubuka pintu dan beliaupun masuk dengan langkah berjingkat, kusilahkan duduk, maka beliau menempah hati-hati agar kursi tak berderit.
Kutanya, “ada urusan sangat pentingkah sehingga engkau duhai guru, berkenan mengunjungiku di malam selarut ini?” beliau tersenyum dan menjawab: “ maafkan aku duhai Harun, aku terkenang bahwa kau biasa masih terjaga meneliti hadits diwaktu semacam ini. Kuberanikan untuk dating karena ada yang menganjal di hatiku sejak siang tadi.”
Aku terperangah, “apakah hal itu tentang diriku?” Tanya ku, beliau mengangguk
“jangan ragu, sampaikanlah wahai guruku, ini aku mendengarmu!” ujarku
“maaf ya Harun, tadi siang kulihat engkau sedang mengajar murid-muridmu. Kau bacakan hadits untuk mereka catat. Kala itu mereka tersengat terik mentari, seangkan dirimu teduh ternaungi bayangan pepohonan. Lain kali jangan begitu duhai Harun, duduklah dalam keadaan yang sama, sebagaimana muridmu duduk.” Papar beliau dengan santun.
Aku tercekat, tak sanggup menjawab. Lalu beliau berbisik lagi, pamit undur diri. Kemudian melangkah berjingkat, menutup pintu hati-hati. Masya Alloh, inilah guruku yang mulia, Ahmad bin Hanbal. Ahlak indahnya sangat terjaga dalam member nasihat dan meluruskan khilafku. Beliau bias saja menegurku di depan para murid, toh beliau guruku yang berhak untuk itu. Tetap[I tak dilakukannya demi menjaga wibawaku. Beliau bias saja dating sore, bakda maghrib atau isya yang mudah baginya. Itupun tak dilakukannya, demi menjaga rahasia nasihatnya dan menutupia kekhilafanku.
Beliau sangat hafal kebiasaanku terjaga dilarut malam. Beliau dating mengendap dan berjingkat, bicaranya lembut dan nyaris berbisik. Semua beliau lakukan agar keluargaku tak tahu, agar yang adalah aku ayah dan suami tetap terjaga sebagai imam dan teladan di hati mereka. Maka termuliakanlah guruku sang pemberi nasihat, yang adab tingginya dalam menasihati, menjadikan hatiku menerima dengan ridha dan cinta.


Tingkat kebutuhan kita terhadap nasihat, seringkali berbalik dengan rasa sukahati terhadapnya. Bagi penasihat, merasa lebih mulia daripada yang dinasihati adalah hijab yang menghalangi tersampaikannya kebenaran. Baik sangka yang didahulukan, kemaafan yang berulang, dan nasihat yang tersembunyi adalah kado persaudaraan yang tulus sebagai insan yang tak lepas dari salah dan khilaf.

Tiap orang punya cara untuk menyampaikan nasihat. Seperti permata, yang bias dilempar, diulurkan atau diselipkan ke saku, yang penting adalah apakah kita bias mengambil permata itu. Hawa nafsu membenci nasihat, sedang nurani mencintai pengingat. Mari kita belajar memperhatikan ketika masukkan dating, hawanafsu atau nuranikah yang menang?. Mari kita belajar mengerti, terkadang, luka di hati orang yang menasihati dan ketulusan doa ialah daya agung ukhuwah yang kian langka.

Adalah salah, terus saling menasihati tanpa hadirnya hasrat berbenah dan menjadikan diri lebih indah. Adalah juga keliru, tak saling bernasihat hanya sebab berselimut baik sanka pada diri dan saudara. Dan adalah galat, ak bergairah menasihati sebab diri sendiri ingin selalu nyaman berkawan kesalahan. Mari kita belajar hidup saling menasihati, seperti pesan sang Nabi. Di jalan cinta para pejuang, nasihat adalah ketulusan, menjaga cinta dalam ridha-NYA. Semoga Alloh jadikan kita hamba yang senantiasa menasihati dalam kebaikan dan kesabaran dan mengumpullkan kita dalam golongan orang-orang beriman. Aamiin.


 referensi: 
Al- Qur'an
Menyimak Kicau Merajut Makna (Salim A. Fillah)

Jumat, 08 Maret 2013

sapa senja

sore tadi senja kembali menyapaku dengan ceria
lewat jingga yang merona
menemani perjalananku menuju lautan ilmu

sore tadi senja kembali menyapaku dengan santun
lewat sepoyan mesra sang bayu
yang sembunyikan harap lewat doa dan aksara penuh makna

sore tadi senjapun masih setia menyapaku dengan lembut
selembut polikromatik pelangi dimana ku pernah merekam jejak di bawah lengkungnya bersama kau, dia dan mereka

ah.... senja, lagi-lagi kau berhasil menyapa hatiku

*mahasuci ALLOH yang telah menciptakan waktu senja, meski sesaat namun sarat hikmah