Senin, 24 Oktober 2011

ku tak ingin menjadi "bukan siapa-siapa"

Hari ini yang ku nanti…
Saat lembaran-lembaran iman saling terpaut
Membentuk garis-garis ukhuwah
Sketsa impian masa lalu, kini nyata terekam dalam pita batinku…
Segenggam ghirahMu bagai batu bara menyala pada permukaan tungku,
Berkawan dengan api…
Saat ku terlelap, bara itu kian menyala!
Menyilaukan,
Pesonanya memukau menerangi seantero jagat raya, memukau dalam peraduan cintaNya…
Lentera-lentera zaman menyatu terselimuti asa-asa tak terperi,
Mencipta senyum menyemaikan benih-benih wasilah…
Damainya pelita arsy-Mu menggoda, mengusik kelalaianku
Sejenak merenungi,
Ku terjaga akan Rumah-Mu di sana…
Segudang perih menusuk jiwa,
Menghunus tajam dalam dada!
Ingatan menerbangkan ruhku pada bayi-bayi yang terkapar tak berdaya!
Semangkuk suara-Mu membisikkan nyawa-nyawa melayang oleh sabetan pedang…
Hatiku, menjerit!
Pandanganku mendadak nanar
Amat kentara di ujung lensa mataku,
mayat-mayat menjerit!
Mengaduh kesakitan… terlukis dalam untaian tinta darah bercecer
Membeku dalam kalbu
Mengakar dalam sangkar.
Jangkar-jangkar berakar meniupkan kabar
Menyangsikan bayi-bayi syahid menggema takbir,
Mengenangnya, tak sekedar menyayat hati mengguratkan kepiluan lara…
Rekaman setengah abad lampau, menyulut imanku!
Saat kobaran api dipercikkan zionis Dennis Rohan di al-Quds,
Api itu kini sudah padam seutuhnya! TIDAK!
Lalu, apakah kau rela menjadi “bukan siapa-siapa” dalam memoar ini?
Rasa cemburu berkobar pada tangan-tangan zionis laknatullah…
Gelegar dahsyat jet-jet tempurmu, tak kan mampu menggedor kekokohan imanku…
Komitmen ini kami bangun, menjulang tinggi, membangun tembok-tembok peradaban!
Memecah lingkaran-lingkaran keangkuhan…
Seucap doa kita menyimpan seribu kekuatan untuk mereka mujahid sejati…
Karena kita “siapa-siapa”

*bismillah ikhwah puisi ini saya buat khusus untuk Palestina tercinta. Juga untuk saling mengingatkan tentang sebuah tempat yang sangat bersejarah, yang kini menjadi proyek yahudisasi Al-Aqsha. Relakah jika kiblat pertama kita roboh? Digerogoti puluhan galian bawah tanah Yahudi!. Ada ungkapan memuakkan dari Golda Meir, Perdana Menteri perempuan Israel yang juga satu dari 24 deklarator berdirinya negara Israel Laknatullah! “Hari terberat dan termudah dalam pemerintahanku adalah hari pembakaran masjid Al-Aqsha”. Apa kita hanya diam? Tentu tidak…Saya berharap puisi ini menjadi penggerak untuk “penggalangan dana” for renaissance Palestine pada Sarasehan ADK Se-Indonesia yang akan diadakan di UGM tanggal 28-30 Oktober nanti. Inilah saat yang tepat bagi kita untuk membantu secara nyata baik doa maupun materiil.
 
 

0 comments: