Rabu, 22 Juni 2011

Ingin memutihkan gigi?


Akhir-akhir ini tren masyarakat semakin berkembang untuk lebih memperhatikan kondisi gigi geliginya. Hanya saja, nampaknya perkembangan tersebut masih secara parsial, dalam arti bahwa hanya faktor estetis saja yang lebih diperhatikan sedangkan faktor-faktor lain yang berkaitan dengan fungsi gigi itu sendiri jarang menjadi perhatian. Kebutuhan pasar akan pemenuhan fungsi estetis gigi ini lantas disambut hangat oleh para penyedia jasa ini. Banyaknya produk-produk untuk memutihkan gigi atau bahkan dibukanya pusat-pusat pemutihan gigi adalah beberapa contohnya. Masyarakat pun kemudian berlomba-lomba untuk memutihkan gigi mereka seperti layaknya bintang iklan pasta gigi. Namun, yang jarang menjadi perhatian bagi para konsumen adalah efek samping dari penggunaan bahan pemutih gigi itu sendiri. Sebetulnya bagaimanakah efek dari pemutih gigi terhadap gigi itu sendiri? Apakah setiap diskolorisasi (perubahan warna) gigi harus diperbaiki dengan bleaching?
Sebelum beranjak pada pembahasan mengenai bahan dan teknik pemutihan gigi, maka ada baiknya untuk menilik faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab diskolorisasi (pewarnaan) gigi. Warna normal gigi permanen adalah kuning keabu-abuan, putih keabu-abuan, atau putih kekuning-kuningan. Derajat perwarnaan gigi ini ditentukan oleh ketebalan dan translusensi email, ketebalan dan warna dentin yang melapisi di bawahnya, dan warna pulpa. Dengan bertambahnya usia, email dapat menjadi lebih tipis dan dentin dapat menjadi lebih tebal karena adanya proses fisiologis yang terjadi di dalam gigi. Proses inilah yang nantinya dapat menyebabkan diskolorisasi pada gigi selama hidup seseorang. Oleh karena itu, gigi orang tua biasanya berwarna lebih kuning atau kebau-abuan atau abu-abu kekuning-kuningan daripada gigi orang muda.
Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan diskolorisasi dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik. Faktor ekstrinsik adalah faktor-faktor dari luar yang dapat menyebabkan diskolorisasi gigi, misalnya saja noda tembakau pada orang yang merokok, minuman seperti teh atau kopi, atau bahan tambal gigi berupa amalgam. Biasanya diskolorisasi yang disebabkan oleh faktor ekstrinsik dapat dihilangkan dengan cara menyikat gigi secara benar dan teratur, pembersihan karang gigi dengan alat ultrasonik atau dengan obat pemutih eksternal (yang ini merupakan pilihan terakhir).
Faktor yang kedua adalah faktor intrinsik yaitu faktor-faktor dari dalam yang dapat menyebabkan diskolorisasi gigi. Faktor instrinsik ini berhubungan dengan adanya penumpukan noda yang terdapat di dalam email dan dentin. Noda ini dapat berasal antara lain dari penggunaan antibiotik tetrasiklin, adanya perdarahan di dalam pulpa gigi (proses nekrosis/kematian gigi), dan gangguan pada saat tumbuh kembang gigi geligi. Diskolorisasi yang disebabkan oleh gangguan pada saat tumbuh kembang gigi geligi seperti Amelogenesis imperfecta (perkembangan email yang tidak sempurna sehingga menghasilkan gambaran email gigi dengan bercak-bercak kekuningan) tidak mungkin dapat dihilangkan karena berasal dari kerusakan perkembangan email dan dentin kecuali dengan prosedur pembuatan mahkota tiruan (crown/jacket). Namun, diskolorisasi akibat proses nekrosis dapat dihilangkan dengan prosedur pemutihan.
Bahan-bahan yang biasa digunakan untuk memutihkan gigi antara lain adalah Hidrogen Peroksida, Natrium Perborat, dan Karbamid Peroksida. Dari ketiga jenis bahan ini, Natrium Perborat terbukti cukup efektif dan aman untuk digunakan. Sesuai dengan penyebab dari diskolorisasi gigi, maka teknik bleaching juga ada dua macam yaitu teknik bleaching eksternal dan internal. Teknik bleaching eksternal dimaksudkan untuk teknik pemutihan dengan mengaplikasikan bahan pemutih gigi pada permukaan email. Hasil yang diperoleh dari teknik bleaching eksternal ini biasanya kurang efektif karena biasanya perubahan warna terjadi pada dentin, sedangkan bahan pemutih yang diletakkan pada email yang relatif tidak permeabel sedikit peluangnya untuk mencapai derah yang berubah warna. Namun, jika perubahan warna terdapat pada permukaan email atau emailnya rusak, dapat diharapkan hasil yang lebih baik. Efek samping dari teknik ini adalah rasa terbakar pada jaringan lunak dan sensitivitas gigi juga mungkin ada hubungannya dengan penggunaan bahan-bahan tersebut.
Teknik yang kedua adalah teknik bleaching internal. Pada teknik ini, bahan pemutih dimasukkan ke dalam kamar pulpa yang sebelumnya telah dirawat saluran akar. Berdasarkan sejumlah laporan klinis dan pemeriksaan secara histologis menunjukkan bahwa pemutihan secara internal dapat merangsang adanya proses resorpsi akar di daerah leher gigi. Selain itu, teknik bleaching internal juga dapat menyebabkan peningkatan kerapuhan struktur bagian mahkota gigi.
Setelah mengetahui penyebab diskolorisasi gigi, macam-macam bahan dan teknik bleaching, serta efek samping yang ditimbulkan dari bleaching, maka diharapkan masyarakat dapat lebih bijaksana lagi dalam mengambil keputusan untuk memutihkan gigi. Sesungguhnya gigi yang sehat bukan hanya dilihat dari putih atau tidaknya gigi tersebut, tetapi apakah gigi tersebut dapat berfungsi sebagaimana mestinya atau tidak. Apa gunanya gigi yang putih bersinar tetapi mudah berlubang??? Hal yang terpenting sekarang adalah menjaga kebersihan gigi dan mulut seoptimal mungkin dan juga kontrol secara rutin ke dokter gigi untuk mendeteksi secara dini adanya kelainan-kelainan pada gigi.

copas dari :
Deasy Rosalina
Lahir dua puluh enam tahun silam di Jakarta. Setelah menyelesaikan pendidikan dokter gigi di Universitas Indonesia pada 2006, ia memutuskan untuk hijrah ke kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku, untuk menyelesaikan masa bakti selama satu tahun.
 Sejak medio 2008, ia tinggal di kota Daegu, Korea Selatan, untuk menemani suaminya melanjutkan studi. Dengan iradah Allah, ia pun juga berkesempatan mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi masternya di Yeungnam University, Daegu, jurusan kedokteran gigi.

0 comments: