Selasa, 19 April 2011

Usai milad ke-13 PKS

“ Ngakunya PKS tapi buka video xx!”
“ Dasar mau aja dibodohin sama petinggi-petingginya. Gini nih kalau udah taqlid buta!”
“ Enak banget ya jadi orang PKS boleh punya istri banyak…hohoho…”

Komen-komen di beberapa account facebook itu terasa begitu kasar dan tidak enak dibaca. Darahku terasa mendidih sampai ke ubun-ubun. Gigiku merapat gemas. Ingin rasanya aku membalas cacian-cacian mereka dengan yang lebih keras dan lebih kasar lagi. Tapi kalau kulakukan, apa bedanya aku dengan mereka? Kubuka website yang memuat komentar-komentar tentang PKS.

“ Apa bedanya PKS dengan partai yang lain??”
“ PKS = Partai Koruptor Sejati “
“ PKS = Partai Selang**ngan Sejahtera “
“ Politik itu kotor maka PKS juga kotor!”

Aku tak mau melanjutkan membaca komen-komen itu. Sungguh menyakitkan bila kau mengetahui kebenaran tapi kebenaran itu dikoyak-koyak di depanmu. Tak sanggup aku untuk membaca komen-komen yang selalu bernada negatif terhadap PKS. Seolah mereka adalah hakim yang sedang mengeksekusi terdakwa. Seolah mereka adalah Malaikat yang tidak pernah melakukan kesalahn. Seolah tiada lagi kata maaf yang ada di dalm hati mereka.

“ Ente masih PKS ya? Kasian banget sih ente…”
“ Ane jadi pengamat aja dah…gak tertarik lagi ane gabung sama partai yang udah melenceng,”
“ Ane keluar dari PKS akh…karena PKS sudah tidak sesuai dengan misi yang diembannya?
“ Antum di bawah disuruh bekerja tapi yang di atas malah memperkaya diri!”

Kali lain aku menemui teman-teman yang bernada miring saat mereka melihatku mengenakan pin PKS, saat aku ikut aksi bersama PKS, atau pada saat aku mengirimi mereka berita tentang PKS. Mereka mengasihani diriku yang masih bertahan, mengasihani diriku yang dianggapnya dibodohi oleh para pimpinanku sendiri. Mereka mencoba untuk memberikan hal-hal yang menurut mereka adalah fakta tentang keburukan-keburukan PKS.

“ Nih faktanya!” seorang teman menyodori selembar artikel tentang PKS. Selembar artikel yang di dapatnya dari media nasional.
Aku tertegun saat membacanya. Ustadzku memperkaya dirinya sendiri? Bahkan untuk urusan hafalan Al-Qur’an dan hadits serta mentafsirkan suatu ayat mereka lebih fasih daripada aku dan temanku ini. Dalam hal beramal mungkin ustadzku lebih banyak ketimbang aku dan temanku. Untuk urusan ibadah mungkin mereka lebih hebat dari aku dan temanku.

Jadi, salahkah aku yang masih percaya terhadap pemimpin-pemimpinku yang masih menegakkan sholat? Salahkah aku yang masih percaya dengan pemimpin-pemimpinku yang masih senang membaca dan menghafal Al-Qur’an? Salahkah aku yang masih percaya dengan pemimpin-pemimpinku yang selalu mengalirkan airmata saat sholat malam mereka? Salahkah…????

“ PKS bukanlah malaikat, tidak bisa mengharapkan PKS untuk sempurna, karena kesempurnaan itu hanya milik Allah semata. Tetap rapatkan barisan!”
“ Sabar ya Ustadz Arifinto, kebenaran akan terkuak dan kebatilan akan terbongkar,”
“ Aku akan terus bersama PKS sampai ku tak bisa berbuat apa-apa lagi,”
“ Tetaplah bersabar wahai ikhwah. Biarkanlah mereka mencaci maki kita. Kita buktikan dengan kerja nyata kita,”

Terasa begitu damai hatiku membaca kalimat demi kalimat itu. Betapa orang yang menulis komen-komen itu bukanlah orang-orang yang berpikiran buruk. Orang-orang yang selalu mengedepankan husnudzon kepada para pemimpin-pemimpin mereka. Karena bagi mereka selama masih bisa bekerja nyata tak perlu menanggapi komentar-komentar negatif yang hanya bisa membuang energi.

“ Yass, jangan lupa besok datang rapat tim media ya!”

Itu adalah Mbak Ningsih. Seorang Ummahat yang begitu aktif di PKS mengurusi media. Dia yang mempunyai dua orang anak yang masih kecil-kecil tapi begitu gesitnya bergerak. Berjalan jauh dari rumahnya hanya untuk rapat yang dibayar pun tidak. Justru mungkin banyak uang yang keluar dari kantongnya. Apakah ini yang disebut orang yang melenceng? Apakah ini kader bayaran, yang hanya mau bekerja jika dibayar?

Kadang aku pun begitu terenyuh melihat para kader-kader yang begitu tawadhu. Dalam beberap kali kesempatan kulihat beberapa ummahat dengan pakaian sederhana dan jilbab yang biasa saja begitu semangatnya berjalan dalam aksi dunia Islam. Kulihat lagi seorang ikhwan yang tampil apa adanya sambil membimbing beberapa simpatisan dalam acara milad PKS kemarin. Lalu kulihat tim fotografer dengan lensa-lensa panjang mereka yang sibuk membidik moment-moment penting dalam acara-acara yang diadakan PKS. Dalam account facebook banyak teman yang meng-upload foto-foto dan berita tentang PKS. Apakah mereka semua dibayar? Bagi mereka kenikmatan berjama’ah lebih dari sekedar bayaran. Begitu terenyuh aku melihat orang-orang seperti mereka.

Di dalam sebuah rapat persiapan milad PKS ke 13 kemarin banyak teman-teman yang berlomba-lomba dalam kebaikan.

“ Kita harus memberikan pelayanan terbaik kepada para simpatisan. Untuk itu kita berikan mereka yang terbaik,”
“ Ane mungkin tidak bisa memberikan banyak, ane menyumbang air mineral saja lima dus,”
“ Ane menyumbang konsumsi nasi bungkus 50 bungkus ya!”
“ Ane tambahkan dana untuk menyewa bis AC,”

Siapa yang tidak meleleh melihat peristiwa ini. Dan sebagai catatan kebanyakan dari mereka bukanlah orang-orang yang bekerja dengan gaji tinggi, tetapi mungkin dengan gaji yang pas-pasan. Tetapi bagi mereka beramal tidaklah memandang gaji. Merekakah kader bayaran? Masih pantaskan mereka dissebut kader bayaran?

Dan pun saat caci maki dari seorang yang keluar dari barisan kami mendera pemimpin-pemimpin kami, menuduh mereka korupsi, menuduh mereka berzina, menuduh mereka dengan segala hal yang tak pantas diucapkan seorang ustadz, tak ada satu pun cacian balik yang keluar dari pemimpin-pemimpin kami. Sebaliknya, mereka menyuruh kami untuk tidak membalas apapun yang dikatakan orang itu. Bagi mereka masih banyak urusan ummat yang harus dikerjakan ketimbang menanggapi berita-berita yang mengikis keikhlasan itu. Inikah, pemimpin yang mereka bilang membodohi kami??

Aku pun hanya bisa tersenyum lebar saat aku hadir di GBK menghadiri Milad PKS ke 13. Sungguh aku semakin yakin dengan barisan ini. Di saat banyak fitnah dan cercaan melanda, justru GB tak sanggup menampung jumlah pejuang di barisan ini. Air mata kebahagian dan haru terasa berdesakan memilhat moment berharga ini. Sungguh bahwa Allah akan selalu bersama dengan hamba-hamba-Nya yang berjuang di jalan-Nya. Sabar ya ustadz, sabar ya saudara-saudaraku….usahlah fitnah itu ditanggapi karena sesungguhnya Allah tidak pernah tertidur. Tugas kita hanya bekerja, mengajak orang sebanyak-banyaknya masuk ke surga. Kita rapatkan barisan kita untuk dakwah. Bening kaca menghangat di pipiku.

“ Buka mata lo…Lo tuh dibutain sama dunia?? Liat tuh pemimpin-pemimpin lo!!”

Satu komentar miring lagi. Tak perlu waktu lama bagiku mencari tulisan “blokir orang ini”. Klik…selamat tinggal wahai kau yang menggerus keikhlasanku!

“…karena sebagaimanapun kita berusaha membenarkan fikrohnya, hatinya sudah terkunci. ibarat ilmu itu air, dan otak kita adalah wadahnya. ketika dia tidak mengosongkan wadahnya, maka kita tidak akan bisa menuangkan air kedalamnya kecuali akan tumpah..”

Dan ini dari seorang kader PKS***(yas)

Jakarta, April 18, 2011
@my office 14.34 pm
Semoga kita selalu ikhlas..
Met Milad PKS!!

Sumber : Islamedia, 'Catatan seorang ikhwah'

Jumat, 15 April 2011

Impian Semusim

Kuselesaikan bacaan terakhir surat ar Rahman. Surat yang paling engkau suka. Telah beberapa kali kuusap buliran air mata yang menetes di pipiku. Sedari tadi dadaku terasa sesak dan tenggorokanku seperti tercekat tiap kali aku membaca, "Fabiayyi ala i rabbikuma tukadziban." Mengingatkan betapa lalainya diri ini, teramat sedikit syukur yang terucap padahal begitu banyak nikmat yang telah aku kecap. Terbayang dirimu juga syahdu suaramu kala engkau melantunkannya.

   Kututup al Qur'anku. Kucium penuh takzim dan kuletakkan di tempatnya. Biasanya pada jam-jam seperti ini kita masih bercengkerama dalam tadarus malam. Memperhatikan bacaan dan hafalanmu. Sesekali jika ada yang keliru, dengan cekatan aku mencubit hidung mungilmu. Kau akan tersenyum manis, mengerti dengan isyaratku.

   Aku segera beranjak dari mushala. Kulangkahkan kaki keluar dari ruangan 3 x 4 meter ini. Hembusan angin sejuk menyentuh pipiku. Begitu lembut seperti sentuhan jemarimu yang membelaiku. Uuuugggghhh! Aku sangat merindukanmu, Adek....

   Sambil menunggu subuh biasanya kita duduk di bangku ini. Kau sandarkan kepalamu di pundakku. Kulingkarkan tangan ke tubuhmu seraya kubelai lembut lenganmu hingga dingin angin tak sedikit pun mengganggumu. Berdua kita nikmati indah langit yang menjadi atap terindah bagi halaman belakang rumah kita.

   Masih teringat ketika kau katakan,"Inilah surgaku, Kakak. Tinggal bersamamu dalam istana kecil kita."  Terpancar binar bahagia dari raut wajah manismu.

   Kupandangi kerlip gemintang di langit. Terlihat satu bintang yang paling mempesona. Anganku mengangkasa. Teringat akan sajakmu sebulan yang lalu.

Someday
Somewhere
Somehow
If you are alone and i'm not there beside you
Don't be disappointed
Don't be angry
Just look at the stars in the sky
U'll see the one bright and smiley
That's me!

Someday
Somewhere
Somehow
If i hurt you and must go away
Don't be disappointed
Don't be angry
Don't throw away all about me and all of our sweet memories
Please remember me....
  [Lovely Rain]

   Mataku memanas, tanganku bergetar. Gemuruh di dada tiba-tiba menghantam. Semakin lama aku terpejam, sosokmu makin kuat membayang. "Allah.... Ampuni hamba. Bukan hamba tak rela dengan kepergiannya. Semua ini begitu tiba-tiba. Engkau tahu hati ini sangat mencintanya. Bantu hamba ya Rabb...."

   Pandanganku terasa memburam. Gemulai daun-daun palem yang tertiup angin seperti lambaian selamat tinggal. Sayup-sayup kudengar suara adzan subuh. Ada gelombang kedamaian yang merambat perlahan mengaliri nadiku, menggulung ombak galau ketidakberdayaanku....
  Kupandangi mawar-mawar putih di sudut beranda. Tertata apik dan penuh pesona. Tanaman yang kau rawat dengan kesungguhan dan cinta. Kilauan embun yang terkena sinar mentari membuat mawar-mawar putih itu makin indah dan anggun seperti dirimu, bidadariku.

   “Kemarilah, Kak. Lihatlah. Cantik sekali, bukan?! Katamu waktu itu, membanggakan mawar-mawarmu. Aku tersenyum. Kudekati dan kupeluk engkau dari belakang.

   “Engkau jauh lebih cantik daripada beribu mawar yang berkilauan, sayaaaang.…” lembut kuberbisik di telinganya.

   Secepat angin engkau membalikkan badan. Kedua tanganmu memegang pipiku, perlahan kau pejamkan matamu. Kupandangi kau lekat-lekat. Tiba-tiba kau belalakkan mata indahmu dengan jenaka.

   “Terima kasih untuk rayuan pulau Seribunya, Kak.”

   Aku benar-benar gemas dibuatnya. Kucubit hidungnya. Bukannya marah, engkau justru semakin menggodaku. Matamu mengerjap-ngerjap manja. Seperti kerlip kejora yang membiaskan sinarnya hingga ke lubuk hatiku.

   Andai saja kau masih di sisiku saat ini, adek. Sedang apakah engkau di sana? Apakah engkau kini sedang menungguku dalam taman bunga di antara berjuta mawar yang semerbak harum mempesona? Ataukah kini engkau sedang bermain, bercengkerama dengan buah hati kita dan para bidadari surga?

   Memilikimu adalah anugerah terindah bagiku. Seorang wanita cantik beralis tebal dan bermata sebening telaga. Mata yang mampu menyihirku dengan sorot teduhnya. Perangaimu pun sangat menawan. Lemah lembut dan halus dalam bertutur kata. Sungguh sangat sempurna. Kecantikan raga dan kecemerlangan otak yang membalut indahnya jiwa. Engkaulah bidadariku, adek. Bidadari yang Allah kirimkan untukku. Impian yang selalu ada di benakku, yang termohon dalam setiap doaku dulu. Impian yang ternyata hanya semusim kulalui bersamamu.

   Seperti rangkaian slide, otakku memutar kembali peristiwa-peristiwa bersamamu.

   “Semoga aku bisa menjadi istri yang sempurna untukmu, Kakak. Juga mampu menjadi ibu yang baik bagi anak-anak kita kelak. Mohon bimbingannya, Kak.”

   Kucium keningmu dan kupeluk engkau erat. “Aamiin. Insya Allah, Dek. Akan kulakukan yang terbaik untukmu, sebisaku, semampuku.”  kataku dalam hati.

   Terbayang betapa bingungnya aku ketika engkau sakit. Berhari-hari engkau mual dan hendak muntah. Aku kira maagmu kambuh  atau asam lambungmu kembali mengganggu  karena kebiasaan makan pedas yang paling sulit engkau bendung. Ternyata aku keliru. Betapa bahagianya waktu kutahu bahwa ada benihku yang bertumbuh di rahimmu. “Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar.”  Pekikku saat itu. Aku langsung sujud syukur begitu mengetahui berita kehamilanmu.

   Sejak saat itu aku menjadi suami yang sangat-sangat protektif. Berbagai macam buku tentang kehamilan pun mendadak menjadi bacaan favoritku. Engkau begitu pengertian dengan segala perubahanku. Tak sedikit pun kau tampakkan ketidaknyamanan karena sikap tegas dan kerasku.

   Pernah suatu kali kau katakan, “ Kakak, aku sangat bahagia. Merasakan perhatian dan kasih sayangmu. Menikmati peranku sebagai istri dan ibu dari calon jundullah kita. Tahukah engkau, Kakak? Aku sangat senang katika kau mencium perutku dan melantunkan ayat-ayat suci untuk janin di dalamnya. Tahukah juga, Kakak… waktu aku harus minum susu padahal aku sangat tak menyukainya? Aku menahan napas, dalam tiap tegukan, aku pejamkan mata dan bayangkan engkau tersenyum padaku.”

~~@~~

   Pagi itu kau tampak begitu segar dengan gamis hijaumu. “Kakak, nanti pulangnya jangan sampai  larut malam ya. Habis Isya, aku harus kontrol ke dokter kandungan.” pesanmu padaku sambil kau pasangkan dasi di kerah bajuku.

   “Iya, adek sayaaaang. Insya Allah Kakak usahakan seawal mungkin. Kalau perlu ,hari ini Kakak cuti aja ya.”

   “Ga usah, Kak. Periksanya kan masih ntar malam. Kerja pun suatu amanah yang harus Kakak lakukan sebaik mungkin.” Senyummu begitu manis, membuatku tak hanya ingin bersamamu sepanjang hari ini tapi juga setiap waktu di sampingmu.

   Langit  belum lagi gelap. Semburat merah saga menghias senja yang indah. Tak seperti sebelumnya, hari itu aku berhasil pulang lebih awal. Kulihat engkau di beranda bersama mawar-mawar putihmu. Wajahmu tampak lain dibanding biasanya. Terlihat bersinar memancarkan kecantikan yang sempurna. Engkau tampak sangat anggun dalam balutan gaun putih tulang yang melambai tertiup angin senja.

   “Subhanallah, cantik nian istriku ini.” gumamku dalam hati.

   “Assalamu’alaykum, Adek…”

   “Wa’alaykum salam, Kakak….” engkau tersenyum manis. Penuh takzim kau cium tanganku.

   Kucium pipinya.  “Cantik sekali, Dek.”

   “Terima Kasih Kakak. Semua ini untukmu.” Bagai seteguk air di gersangnya gurun. Terasa hilang segala penatku.

   Aku merasa menjadi suami yang paling bahagia. Hidupku berlimpah cinta dan diperlakukan bak seorang raja.

   “Kakak, maaf kalau kopinya kurang manis.”

   “Tanpa gula pun akan berasa manis jika aku meminumnya sambil melihatmu, sayang.”

   “Iiiihhhhh, Kakak! Apa-apaan sih.” dengan wajah pura-pura cemberut kau cubit pinggangku .

   “Kak… Adek minta maaf jika selama ini belum bisa berlaku sebagai istri yang baik.”

   Lembut kutarik tubuhmu dan kududukkan di pangkuanku. “Engkau tlah memberiku segalanya, memberi lebih dari yang aku minta. Dan nanti jika buah hati kita telah lahir, dia akan makin menyemarakkan dan memperindah hidup kita.”

   Kulihat kepedihan di matanya. Kesedihan yang tak biasa. Tertumpah air mata meski tanpa kata. Kuseka buliran bening yang menetes di pipimu.  “Adek, jangan bersedih dooooong. Ada apa sebenarnya? Coba ceritakan ke Kakak.”

   Engkau mencoba tersenyum. Lagi-lagi tanpa kata. Ada sesuatu yang terasa begitu dingin menelusup hatiku. Dingin yang menusuk, perih tapi entah apa, aku sendiri tak tahu.

   “Kakak… Ke luar bentar yuk. Kayaknya dah lama ga jalan-jalan petang. Sekalian nikmati senja.”

   “Boleh tapi bentar aja ya. Dah mo Maghrib dan lagi, Adek harus jaga kesehatan. Jangan sampai kecapekan. Usia kandungannya masih empat bulan. Harus dijaga benar-benar.” Aku berusaha menuruti permintaanya supaya kesedihan itu lekas berlalu dari wajahnya.

   “Iya, Kakak. Terima kasih banyak ya.” engkau kembali tersenyum. Kurasakan sesuatu bergejolak di hatiku. Entah mengapa aku merasa begitu takut kehilanganmu. Kutepis jauh-jauh perasaanku.

   Kudekap engkau erat,“Adek, aku sangat mencintaimu.’ Tak terasa mataku berkaca-kaca.

   “Aku juga Kak, Insya Allah selamanya meski maut memisahkan kita.” suaramu bergetar penuh kepedihan.

   Kulepaskan dekapanku,” Sudah Adek, kok jadi bicara seperti itu. Ayo jalan-jalan, ntar keburu gelap.”

   Senja masih memerah. Langit pun masih tampak sibuk. Burung-burung kecil beterbangan kembali ke sarangnya, ramaikan suasana senja.  Tanganmu bergelayut erat di lenganku, seakan tak hendak lepas dan enggan jauh dariku.

   “Kakak, saya ke super market seberang ya. Cuma bentar. Pengen beli es  krim. Kakak tunggu aja di sini, ok?!”  matamu tlah kembali berbinar.

   “Engga ah, Kakak mo ikut.”

   “Kakaaaaaaaak… Cuma sebentar, kayak mo ditinggal ke mana aja, sih.” engkau tersenyum sambil mengerlingkan matamu.

   “Iya deh, tapi hati-hati ya.”

   “Iya Kakak sayaaaaaang.”

   Kuperhatikan engkau menyeberang jalan hingga masuk ke super market itu. Tak berapa lama berselang, engkau keluar sambil membawa dua buah es krim di masing-masing tanganmu. Kulihat engkau tersenyum sangat manis. Jalanmu begitu anggun.

   Tiba-tiba, sebuah mobil melaju dengan sangat kencang. Tanpa ampun, menabrak tubuh indahmu. Aku segera berlari menghampirimu. Darah menetes deras dari tubuhmu. Memerah di putih bajumu. Kuangkat engkau. Kudekap kepalamu dan kuciumi wajah pucatmu. Hatiku serasa dirajam. Allah....

   “Kakak… aku sangat mencintaimu. Maafkan aku….” engkau berkata dengan suara yang sangat lemah, hampir tak terdengar. Engkau tersenyum, begitu damai. Perlahan kau pejamkan matamu.

   Aku tak mampu berkata-kata. Kuperiksa nadimu. Berhenti! Begitu juga dengan bumi yang aku pijak. Semua seperti berhenti.  Angin menjadi diam. Langit pun menggelap dan tiba-tiba runtuh di atasku.

   “Innalillahi wa inna illaihi raji’un….” jiwaku serasa turut melayang, mengunci waktu.

   "Adeeeeeeeeeekkk...!"

~~@~~

   Suara adzan membuyarkan lamunanku. Matahari telah tepat di atas kepala. Matahari yang sama, yang menyinari hari-hariku ketika bersamamu.

   Allah, betapa cinta ini telah mengakar dalam hatiku. Menggema hingga ke lorong-lorong jiwaku. Aku sangat mencintainya, Rabb…. Ku bersyukur telah Engkau perkenankan aku hidup bersamanya. Inilah jalan takdir yang harus aku lalui. Kutahu ini adalah ujian bagiku. Ujian atas sebentuk cinta yang kurasa. Kecintaanku padanya adalah jalan tuk meraih cinta-Mu. Begitu juga ketika kuharus kehilangannya. Keikhlasanku tuk melepasnya adalah bentuk terbesar indah cintaku padanya dan ketaatanku sebagai hamba.

   Bantu hamba ya Rabb… tabahkan hati yang rapuh ini. Penuhi jiwa hamba dengan ikhlas yang tak terbatas. Dan ijinkanlah cinta ini tetap bersemayam di kalbu hamba, cinta yang kan terbungkus dengan indah sebagai hadiah untuknya kelak.

~~@~~
[by: Lovely Rain]
Cattn: beberapa adegan dalam cerita ini tidak boleh ditiru, kecuali terhadap suami/ istrinya masing2, hehehe...
copas dari Renungan Kisah Inspiratif

Rabu, 13 April 2011

Saat Kau Menyukai Seseorang

Saat kau MENYUKAI seseorang, kau ingin memilikinya untuk keegoisanmu sendiri.
Saat kau MENYAYANGI seseorang, kau ingin sekali membuatnya bahagia dan bukan untuk dirimu sendiri.
Saat kau MENCINTAI seseorang, kau akan melakukan apapun untuk kebahagiaannya walaupun kau harus mengorbankan kebahagiaanmu.

Saat kau MENYUKAI seseorang dan berada di sisinya maka kau akan bertanya,”Bolehkah aku menemanimu & bercerita?”
Saat kau MENYAYANGI seseorang dan berada di sisinya maka kau akan bertanya,?Bolehkah aku memelukmu??
Saat kau MENCINTAI seseorang dan berada di sisinya maka kau akan menggenggam erat tangannya?

SUKA adalah saat ia menangis, kau akan berkata ?Sudahlah, jangan menangis.?
SAYANG adalah saat ia menangis dan kau akan menangis bersamanya.
CINTA adalah saat ia menangis dan kau akan membiarkannya menangis di pundakmu sambil berkata, ?Mari kita selesaikan masalah ini bersama - sama.?

SUKA adalah saat kau melihatnya kau akan berkata, ?Ia sangat cantik dan menawan.?
SAYANG adalah saat kau melihatnya kau akan melihatnya dari hatimu dan bukan matamu.
CINTA adalah saat kau melihatnya kau akan berkata, ?Buatku dia adalah anugerah terindah yang pernah Tuhan berikan padaku..?

Pada saat orang yang kau SUKAi menyakitimu, maka kau akan marah dan tak mau lagi bicara padanya.
Pada saat orang yang kau SAYANGi menyakitimu, engkau akan menangis untuknya.
Pada saat orang yang kau CINTAi menyakitimu, kau akan berkata, ?Tak apa dia hanya tak tau apa yang dia lakukan.?

Pada saat kau SUKA padanya, kau akan MEMAKSANYA untuk menyukaimu.
Pada saat kau SAYANG padanya, kau akan MEMBIARKANNYA MEMILIH.
Pada saat kau CINTA padanya, kau akan selalu MENANTINYA dengan setia dan tulus?

SUKA adalah kau akan menemaninya bila itu menguntungkan.
SAYANG adalah kau akan menemaninya di saat dia membutuhkan.
CINTA adalah kau akan menemaninya di saat bagaimana keadaanmu.

SUKA adalah hal yang menuntut.
SAYANG adalah hal memberi dan menerima.
CINTA adalah hal yang memberi dengan rela.

copas dari Renungan Kisah Inspiratif

Jumat, 08 April 2011

Bidadari bermata jeli

Bismillahirrahmanirrahim..
Aku menatap istriku lekat-lekat, menyentuh wajahnya dengan penuh manja. Teringat satu tahun lalu ketika orang tuaku menjodohkanku dengannya.
“Nggak mau bun! memang nggak ada lagi wanita lain sampai bunda tega menjodohkanku dengan wanita ini?” aku menunjuk wajah gadis buta dihadapanku, ya..dia buta.
“Istighfar nak, walaupun dia buta, tapi dia insyaallah shalehah. Ndak ada wanita lain yang lebih baik dari dia.”
“Wanita buta seperti ini kok baik!”suaraku masih meninggi. Ku lihat keluarga wanita itu makin tertunduk, namun tak ada rasa gentar dari raut wajah wanita itu.
“Apa menurutmu baik itu seperti kebanyakan wanita yang sering kau ajak ke rumah bunda dengan pakaian serba kekurangan bahan, atau mereka yang baik yang tidak mempunyai sopan santun pada orangtua?” suara bunda pun ikut meninggi.
“Saya hanya menyarankan mas untuk istikharah, begitupun saya. Saya permisi dulu masuk ke dalam.”
Wanita itu berlalu begitu saja, meninggalkan keheningan dalam ruang keluarga.
Ya..aku akan istikharah..
Ku melihat sesosok wanita memakai jilbab putih menjuntai cantik, aku pun tak sabar untuk segera mendekat. Tapi tiba-tiba kaki ku terhenti, bukan karena aku melihat kecantikan wanita itu namun karena aku mengenalinya. Dia wanita yang dijodohkan untukku, namun matanya tidak lah buta, tapi syahdu dengan mata yang jernih. Sungguh ketika ku terbangun, aku tak bisa melupakannya wanita bermata jeli yang hinggap di mimpiku. Yang kini dia telah menjadi istriku. Meski dia buta di dunia, tapi ke shalehahannya membuat matanya jeli ketika kelak di akhirat.
***
Sungguh, kehidupan di dunia ini hanya sebentar, kamu mungkin sering terlibat dengan pesona-pesona dunia sampai kamu lupa dengan pesona akhirat.
Bahkan wanita cantik menurutmu adalah wanita yang sexy, yang menonjolkan auratnya bak model yang berlenggak lenggok. Mata dibuat takjub pada mimpi-mimpi dunia yang seolah-olah wanita yang paling ideal untuk dijadikan istri..eh tunggu..bukan dijadikan istri tapi dijadikan pacar. Bukankah pacar memang harus yang paling cantik karena buat dipamerkan, udah kayak pameran aja. Sedangkan istri kalau dipamerkan, kan sayang. Preman pun banyak yang berpikiran seperti ini, apalagi kamu.
Kalau kamu melihat wanita berjilbab lebar yang ada dalam pikiranmu adalah rasa segan, tapi kalau yang lewat wanita pakai rok pendek..emm pikiranmu seakan sudah dibawa terbang ke hal-hal maksiat, iya apa iya?
Dunia ini sudah diberikan mimpi-mimpi di luar dari syariat islam, tentang sosok wanita ideal, tentang bersenang-senang menghabiskan kekayaan, tentang perebutan jabatan untuk kebanggaan diri. Inilah mimpi-mimpi yang dijual dalam berbagai cara. Termasuk kehebohan fans artis-artis yang nggak jelas, gimana mau jelas, si artis aja nggak kenal sama kamu tapi kamu dengan bangganya menangis-nangis cuma untuk bertemu si artis. Inikah keindahan dunia?
Sahabat BMB, periharalah mata hatimu dari para penjual mimpi dunia, waspadailah gejolak nafsumu. Cahaya hati tidak akan pernah padam meskipun segala ujian dunia menerpamu, namun cahaya nafsu akan segera tenggelam oleh kegelapan maksiatnya sendiri.
Maka mulai cerdaslah dalam berpikir dan mengambil keputusan, tanggalkan lah segala sesuatu yang membuatmu resah. Karena segala maksiat yang kamu perbuat, pasti kamu sadari bahwa itu maksiat. Bahkan pezina pun tahu bahwa zina yang dia lakukan olehnya adalah terlarang dan ganjarannya berat, namun cahaya hatinya telah tergantikan oleh cahaya nafsu.
Sadarlah sahabat, akankah keindahan dunia ini tergantikan oleh keindahan akhirat?
wallahua’lam bish shawwab

copas dari Bukan muslimah biasa

TTM (Ta'aruf tapi mesra)

Bismillahirrahmanirrahim..
” Assalamualaikum ukhti, jangan lupa makan ya? ana nggak mau kalau nanti jadi istri ana, ukhti kena sakit maag atau kurusan.”
SMS dikirim..
SMS diterima..
“Wa’alaikumsalam akhi, iya akhi. Insyaallah ana nggak telat makan. Makasih banget ya, masih ta’aruf aja udah diperhatikan seperti ini apalagi nanti kalau jadi istri akhi, pasti jadi wanita paling bahagia.”
====================================
WoW.. PEDE aja gitu, SMS an dengan kata mesra yang bergejolak-jolak bawa kata-kata islami untuk menghalalkan ragam kemesraan.
Tak mudah memang menutupi rasa yang seharusnya tak terungkapkan begitu saja, tak diumbar begitu mudah. Seperti cinta yang tak pernah ada harganya, layaknya para pemuja cinta yang sudah kehilangan kendali bahkan telah hilang dalam mengenali bagaimana rasanya cinta.

Senin, 04 April 2011

Mencari AKhwat yang Hilang

Duhai akhwat idaman, dimanakah kau kini berada? Aneh, mengapa kini aku terlalu sering menemukanmu dimana-mana, apakah kau tak lagi menjadi idaman para pengidam kesucian, tak lagi special, bak bidadari syurga yang hadir di bumi, tak pernah tersentuh jin dan manusia.

Tak kubayang, akhwatku hilang, tak lekang, dimakan jaman yang garang. Dulu kau tak terlihat, tapi aku tak perlu mencari-cari dirimu. Karena aku yakin kau ada, seperti keyakinanku beriman kepada yang ghoib. Semakin ghoib, semakin indah, semakin beriman. Wuih. Subahanallah.

Tapi kini kau tak lagi ghoib, kau begitu menyebar, kau begitu visual, kau begitu obral, sehingga justru aku kehilanganmu di antara kerumunanmu. Terlihat tapi tak terlihat, tak terlihat justru terlihat.

Duhai akhwatku, yang cantik menawan iman. Ketahuilah bahwa semakin ghoib dirimu maka semakin besar energi dirimu, sehingga semakin besar kualitas keakhwatanmu, maka semakin aku merindukanmu. Kami menyayangimu. Sayang sekali jika kau tak menyayangi dirimu sendiri lagi; dalam kekhawatiranmu yang berlebihan pada Tuhan.

Ku tahu kau berhijab dalam hizibmu. Tapi mengapa harus kau lupakan inti perjuanganmu, apakah karena hizibmu tidak lagi tegas padamu. Apakah identitasmu harus bergantung pada identitas hizibmu yang mulai teragu?

Ku yakin, kau tahu bahwa kau bagai perhiasan di mata ikhwan atau kawan. Dan karakter dari perhiasan adalah butuhnya sebuah atau banyak perhatian. Yang memperhatikan nikmat, yang diperhatikan bahagia. Dan biasanya perhiasan eksklusif berkarakter : diam, tersembunyi, dijaga ketat, personal & privacy, dan hanya orang-orang yang sudah menunaikan akad “jual beli” yang boleh memakainya. Kecuali perhiasan murahan, tak perlu akad spesial pun sudah bisa dipakai siapapun …. lalu menjadi manusia terbuang…na’udzubillahi min dzalik.

Duhai akhwat budiman kekasih ikhwan beriman, perhatikanlah bahwa kau adalah perhiasan terindah. Bisakah kau bayangkan, bahwa perhiasan itu “diam”nya saja sudah indah dan menggoda. Maka apa yang terjadi jika engkau pun bergerak – kesana kemari- sehingga mata ikhwan memandangmu, sengaja tidak sengaja, sebab syaitan itu cerdas dan waras. Sedangkan ikhwan itu cerdas tapi terbatas. Karena ikhwan itu terbatas, maka kau harus membatasi diri dari pandangannya, agar syaitan usahanya pun terbatas menggoda manusia beriman, akhwat dan ikhwan.

Kuharap kau lebih banyak diam yang penuh gerakan, daripada gerakan yang membuat ikhwan terdiam. Pahamkah maksudku? Kau begitu indah untuk tidak diperhatikan, perhiasan itu begitu banyak yang memperhatikan, kadang saling bersaing antara satu perhaiasan dengan perhiasan lainnya, bersaing untuk diperhatikan… tentu saja karena adanya perhatian. Perhatian hadir karena adanya sumber perhatian dan adanya yang memperhatikan.

Fokus dakwah pun kadang berubah, bahasan bab menikah dan poligami lebih menjadi perhatian daripada bagaimana cara memperjuangkan dakwah ini, dan mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah, Ilahi Robbi?

Duhai akhwat, kau bukan syahwat; ku tak menyalahkanmu, tapi marilah mulai hari ini sama-sama kita mengambil porsi yang tidak melampaui suci. Sebab akhwat itu wanita, dan wanita itu makhluk indah sejati yang penuh perasaan, maka perlu diberikan banyak batasan. Agar perasaannya tidak meluap dan tumpah di sembarang nyawa. Jika satu atau dua batasan sudah mulai dianggap tak membatasi, maka berkhawatir dirilah jika engkau kesulitan mengontrol perasaanmu yang agung itu….

Wahai akhwat sejati, bukanlah karena cantikmu engkau diperhatikan, tapi karena diperhatikanlah engkau menjadi cantik. Berterimakasihlah kepada orang-orang yang memperhatikanmu, dan bersyukurlah kepada Allah agar DIA tetap memperhatikanmu. Kalau Allah yang memperhatikanmu, maka para ikhwan beriman pun insya Allah tak sungkan tuk memperhatikanmu. Tapi kalau perhatian manusia yang engkau kejar, maka kemanakah kau tempatkan perhatian Tuhanmu, dari hatimu yang agung, wahai calon ibu, wanita yang paling perhatian….dan butuh perhatian. Harus diperhatikan.

"Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap". { Q.S. Al-Insyiroh (94) : 8}

****

mindah dari: http://www.adz-dzikru.com/index.php/joomla-overview/artikel-dan-lain-lain/64-akhwat

Jumat, 01 April 2011

Tetaplah bertahan matahari q

Ya Rabb, getaran itu begitu dasyat q rasakan, apakah ini getaran yang timbul karena q pernah ada di tempat yang sama dengannya, bahkan makan,minum, bernafas dan berbagai proses yang q alami pun dari tempat yang sama dengan yang ia alami. Ya Rabb ikatan itu begitu kuat, ikatan yang insyaALLOH kekal abadi, bahkan mungkin hingga di akhirat kelak. Dan kini ujian ikatan itu tiba, ujian yang harus kami alami dan selesaikan dengan penuh prasangka baik pada-MU. Ujian yang akan menjadikan kami semakin dewasa, bijaksana dan tegar dalam menghadapi hidup, ujian yang semoga semakin menjadikan kami hamba-hamba yang KAU rahmati dan ujian inilah salah satu cara-MU untuk semakin  menguatkan ikatan diantara kami.
Ya Rabb, tak kuasa q menatapnya, tak sampai hati q memandangnya, ingin sekali hal itu biar q saja yang menanggungnya, ingin sekali q berteriak untuk menyampaikan padanya, ini tangan q, mari qt berbagi beban itu bersama, ini pundak q yang tersedia untuk kau menangis sekedar melepas sesak, ini punggung q telah siap untuk mu bersandar, ini tubuh q yang ingin sekali memelukmu agar rasa nyaman itu merasuk walau hanya sekejap, ini mata q yang bisa kau pakai untuk menggantikan mata yang lelah itu, ini telinga q yang siap mendengar curahan isi hatimu agar kau bisa lebih kembali bernafas lega, ini otak q yang mungkin bisa membantumu dalam menemukan solusi dari ini semua dan ini kaki q yang bisa kapan saja kau gunakan untuk mu melangkah.
Seakan video kehidupan itu kembali diputar. Terkenang sikapmu melindungi q, kau begitu gagah berdiri di garis depan untuk q. masih terbayang bagaimana perjuanganmu demi kebahagian q, kebahagian kami, begitu besar pengorbanan yang kau lakukan untuk q. lelah tak kau rasa, penat kau abaikan, sakitpun kau tak peduli, yang kau tau hanya kebahagian yang ingin kau beri untuk q, untuk kami. Bahkan di saat teman2 seusiamu sudah menikmati hidup mereka, kebahagian mereka, kau masih saja berkutat dengan perjuanganmu demi kami. Bahkan untuk sekedar menikmati sendiri hasil jerih payahmu pun, kau tak bisa.
Sekuat tenaga q tahan butiran2 bening itu agar ia tak meloncat dan mengalir bebas di depanmu. Bukan karena gengsi atau apapun, bukan…bukan itu. Q hanya tak ingin butiran2 itu semakin menyesakkanmu, walau hati q tersayat sembilu untuk menahannya. Q malu padamu, kau begitu tegar menanggung ini semua dan tetap menampilkan senyum tulusmu pada q, walau q tau ada gejolak di dadamu, sedangkan q, apa yang dapat q lakukan?, q hanya sekedar terpana menatapmu dan nyaris menambah nelangsanya dirimu. Ya Rabb, q tak boleh menangis, q tak boleh lemah didepannya, q tak boleh rapuh di hadapnnya dan q pun tak boleh jatuh di mukanya serta q pun juga harus menguatkan orang2 yang sangat q cintai. Beri q kekuatan duhai pemilik nyawa q, karena q hanya manusia biasa yang KAU anugrahi dengan tangis, sedih, lemah, jatuh, dan terpuruk. Izinkan q bisa menumpahkan semua itu pada-MU disaat segalanya tak mampu lagi q tahan, tak mampu lagi q bendung.
Ya RABB, kami tak tau, ini rahmat atau ujian, kami hanya berprasangka baik pada-MU. Lewat untain kata sederhana yang terangkum dalam sebait doa, q titipkan matahari q pada-MU, karena tak ada penjagaan yang lebih aman selain penjagaan-MU, tak ada nikmat yang dapat dirasakannya selain nikmat dari-MU, tak ada hal yang membuatnya bahagia selain kebahagian yang KAU anugrahkan padanya, tiada daya kekuatan selain daya dan kekuatan-MU, maka kuatkanlah matahari q duhai yang Maha Kuat. Izinkanlah matahari q untuk dapat menemukan ilmu-MU atas semua pelajaran ini wahai Penguasa Ilmu, pilihlah ia sebagai salah satu hamba yang KAU rahmati dan KAU berkahi sepanjang hidupnya hingga di akhirat kelak. Ya RABB q yang Maha lembut, lembutkanlah hatinya agar selalu peka dengan segala bentuk lain dari kasih sayang-MU, jernihkanlah fikirannya agar selalu dapat menemukan hal positif dalam setiap liku kehidupan. Ya RABB q titip matahari q yang juga hamba-MU hanya pada-MU. Dekaplah ia dengan limpahan kasih sayang-MU.
Matahari q, q yakin dirimu akan lulus dengan nilai terbaik dalam ujian ikatan ini, dalam proses perbaikan diri, meski begitu letih tubuhmu dalam perjalanan, meski hujan dan badai merasuki badan, namun jiwamu harus terus bertahan karena perjalanan masih panjang. Walau tertaih kakimu berjalan, q yakin jiwa perindu syahidmu tak akan tergoyahkan. Wahai matahari q bertahanlah, jangan menangis walau jasadmu terluka, jangan mengeluh meski jiwamu mengaduh, karena q yakin ada hadiah indah untukmu diwaktu terindah.