Sabtu, 19 Maret 2011

Kerenkan dirimu sobat

Pasti deh banyak orang menginginkan bisa tampil menarik, ganteng atau cantik lalu ditaburi puja-puji dan decak kagum dari mereka yang melihatnya. Jujur kan kalo kamu juga pengen bisa tampil keren dengan wajah yang amboi dirindu banyak orang? Sampe-sampe buat kamu yang kebetulan punya wajah jenis PPD alias Pas Pasan Deh tetap ngotot pengen dipermak. Bila perlu operasi plastik. Cuma ati-ati aja, kalo salah bahan tuh muka malah jadi ember. wkwkwk (ups, g boleh ngakak ya, jadi malu ma Rosul nyang kl ketawa cm terlihat gigi serinya)… eh nggak ding. Sori buat yang ngerasa udah mirip sama ember. Hehehe.. abisnya punya wajah katanya fotogenik. Difoto dekat sumur malah jadi mirip timbaan (aduh sori, jangan bikin rusuh ya dengan candaan gue model gini!)
Bro en Sis, tampil keren dan jadi idola, atau paling nggak bisa dikenal orang lah, adalah perasaan dan cita-cita yang ada di lubuk hati kita yang paling dalam, kl bahase kerennye mah sunnatulloh. Buktinya, banyak orang yang secara sadar akhirnya ikut berbagai macam ajang pencarian bakat dari berbagai jenis keahlian: nyanyi, nari, olah vokal, joget (lho.. lho.. kok sama aja ya? Hehehe.. harap dipersori nih yang nulis lagi ngelantur. Maklum, kalo dikejar deadline gini jadi rada-rada slebor nih nulis. Pengen cepet beres, pengen cepet ngerjain tugas yang lain (sok sibuk). Hasilnya? Ya, kamu bisa lihat sendiri isi tulisan ini. Kalo bagus ya alhamdulillah, kalo jelek yang jangan dikritik (pletak! Hehehe.. boleh ding, silakan kritik aja selama itu bisa baik buat semuanya. Ok?)
Yup, bukti bahwa kita-kita kepengen tampil keren dan bila perlu mengundang decak kagum orang yang melihat kita, adalah kita merasa senang banget kalo dipuji orang. Ngerasa bangga en bahagia kalo sampe dinanti-nanti kehadirannya. Wuih, pokoknya jadi bintanglah. Keren kan? Langsung aja rasakan sendiri. Banyak orang pengen eksis di situs jejaring sosial macam facebook. Biar eksis rela tampil narsis. Bikin status wall yang unik-unik. Saking narsisnya kadang ngabarin (entah kepada siapa, karena mungkin temennya sih udah pada molor semua jam 12-an malam mah), bahwa dirinya tengah berada di Puncak, misalnya. Terus nulis status di wall FB gini: “@ Puncak Pass. Bakar jagung sambil ditemani kuntilanak” (hehehe ini sih dusta, Bro. Aseli).
Semua orang emang seneng kalo dihargai dan dihormati. Sebab, dalam diri manusia, siapapun dia, Alloh Swt. udah ‘nancepin’ naluri mempertahankan diri. Dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah gharizah al-baqa’. Penampakannya bisa dalam bentuk ingin dihargai, ingin dihormati, ingin diangap lebih, ingin dianggap paling hebat, ingin tetap eksis, ingin hidupnya nyaman, ingin memiliki kekuasaan, ingin diperhitungkan (kalo dianggap bilangan aja mah nggak mau, apalagi dijadikan ban serep, pasti ogah tujuh tanjakan!).
Bro en Sis judul: “Kerenkan Dirimu, Sobat!”? Ya, tentu ada alasannya. Ada maksud dan tujuan. Ada targetnya juga. Begini kalo mau diceritain sih. Manusia itu memiliki sifat-sifat yang positif dan negatif dalam dirinya. Upayakan yang muncul lebih dominan adalah sisi positifnya. Sementara yang negatifnya, kita minimalisir (sebab kalo dihilangkan banget kayaknya nggak bisa dan nggak mungkin deh). Sisi positifnya apa? Banyak. Manusia bisa berbuat baik, manusia bisa pinter, bisa menghargai, bisa menghormati, bisa diajak kerjasama, bisa dibawa mikir, bisa diminta bantuan, bisa diberikan ilmu, bisa dijadikan teman berjuang, bisa semangat dan menyemangati, bisa menjadi inspirasi, dan lain sebagainya dari semua yang positif. Kenapa ini perlu diperhatikan? Karena manusia adalah makhluk yang diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Dalam al-Quran Allah Swt menyebut: Laqod kholaqnal insaana fii ahsani taqwiim (sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya). Wuih.. coba deh bandingin ama makhluk hidup ciptaan Allah Swt yang lainnya. Pantas kita bersyukur, sobat. Maka, jangan sampe kita minim prestasi dan minim amaliah, apalagi lost iman. Jadi, kerenkan dirimu, sobat!
Tinggalkan dunia anak-anak, ya!
Dunia anak-anak memang lucu, karena yang ada di komunitas berbaginya itu adalah anak-anak. Lengkap dengan segala kelucuan, keluguan, kepolosan dan penuh rasa penasaran. Mimik muka yang innocent tapi asik dilihat, gaya bicara yang menggemaskan dan semua hal yang khas anak-anak. Usia mereka mulai dari kelas bayi, balita, sampe umur sepuluh tahunan atau sebelum baligh. But, gimana jadinya kalo dunia anak diisi komunitasnya oleh orang-orang bertubuh bongsor, berkumis dan berjenggot, & dah muncul tanda2 kdewasaan sekunder lainnya? Well, itu sih bukan lucu, bisa jadi malah nyebelin. Apalagi kalo sikapnya juga childish alias kekanak-kanakan. Hadeeeuh.. yang ada bukan nyubit gemes pipinya tapi malah bisa-bisa ditampar tuh pipi kalo bandel.
aye kadang masih nemuin tuh ada orang yang udah usia di atas 20-an tahun tetapi sikapnya masih kayak anak-anak (jadi intropeksi diri, jangan2 aye salah satu contohnye). Misalnya, susah diajak berdialog nyari solusi, nggak mudah menerima kritikan dan teguran (malah ngeresponnya langsung dengan cara memusuhi), nggak mudah hidup di lingkungan yang nggak nyaman buat dirinya (maka kalo berhubungan dengan orang lain dan suatu saat ada masalah di antara mereka, maka solusinya adalah meninggalkan masalah tersebut, bukan menyelesaikannya, karena dia ingin mencari kenyamanan menurut persepsinya), manja, orang seperti ini juga sering salah persepsi: kita niatnya ingin bantuin dia, eh, dia malah merespon inginnya dilindungi (waduuh! Cape deh!). Beda dong, membantu dengan melindungi. Nggak keren banget tuh!
From nothing to something  
Weis.. pake bahasa negerinya Wayne Rooney segala nih nulisnya, abis nih tulisan pernah terpampang dikalender tempat aye kerja, jadi keingetan terus. Sip, sekali-kali boleh lah. Bukan supaya disebut keren, tapi biar kamu juga jadi tambah wawasan, meski hanya dalam istilah bahasa. Iya nggak sih?, lumayan kan, ketimbang lumanyun, he....
From nothing to something secara kasarnya diterjemahkan sebagai “dari tiada menjadi ada” (nanya ma pakar b. inggris: bener g Ul?, bener g Wi?). Artinya pula, dari yang hanya dianggap sebagai bilangan saja kemudian menjadi diperhitungkan. Keren ya? Benar adanya Imam asy-Syafii. Beliau pernah berkomentar bahwa “Pemuda yang tidak memiliki ilmu dan ketakwaan, matinya lebih baik daripada hidupnya”. Wuih, ini sindiran telak kepada kita dari seorang ulama besar yang tentu saja ilmunya bejibun. So, hidup terasa hambar kalo cuma diisi dengan tidur, makan, main, nonotn, fb-an, jalan2, e ti si. Aduuh… rasanya hidup terlalu berharga kalo cuma diisi dengan hal ‘sepele’ itu aja. Hidup bukan sekadar tumbuh, tapi juga berkembang. Itu yang perlu kita perhatiin dan ingat terus dalam prinsip hidup kita.
Lihatlah, kita perlu ngiri sama orang-orang di luar Islam. Meski mereka menyandang status kafir alias tidak beriman, mereka bisa berprestasi, bisa menjadi pribadi yang hebat dalam bisnis, dalam ilmu pengetahuan, dalam jiwa sosialnya, dalam mendidik anaknya, dalam membahagiakan keluarganya, dalam mengelola harta kekayaannya. Kita pantas ngiri agar kita bisa berusaha sebaik mereka karena kita lebih hebat dalam ketaatannya kepada Allah Swt. meski tingkatan iman di antara kita berbeda-beda, tetapi insya Alloh kita terselamatkan karena sudah beriman kepada Alloh Swt. Berbeda dengan mereka, yang memang tidak beriman. Nah, nilai lebih inilah yang seharusnya memotivasi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik, menjadi orang beriman yang hebat dalam segala bidang, karena semua amal shalih kita dilandasi oleh keimanan yang utuh kepada Alloh Swt. Insya Alloh. Kita pasti bisa melakukannya. Siap ya.
Sementara orang-orang yang nggak beriman kepada Alloh Swt., tetapi mereka diberikan kemudahan dalam rizkinya, kemudahan dalam usahanya, dan segala kenikmatan lainnya, yakinlah, bahwa itu hanyalah istidraj. Apa itu istidraj? Istidraj adalah mengulur, memberi terus menerus supaya bertambah lupa, tiap berbuat dosa ditambah dengan nikmat dan dilupakan untuk minta ampunan, kemudian dibinasakan.
Alloh Swt. menjelaskan dalam firmanNya (yang artinya): “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu, mereka terdiam, berputus asa.” (QS al-An’aam [6]: 44)
Rasullulah saw. bersabda: “Apabila kamu melihat bahwa Alloh Swt. memberikan nikmat kepada hambaNya yang selalu berbuat maksiat, ketahuilah bahwa orang itu telah diistidrajkan oleh Alloh Swt.” (HR at-Tabrani, Ahmad dan al-Baihaqi)
Nah lho. Itu artinya, kita jangan berputus asa mencari rizki dan mengubah diri kita menjadi lebih baik, lebih keren dalam iman, ilmu dan amalnya.
Bro en sis, ini hikmah buat kita. Gimana nggak, orang kafir yang mereka (mungkin) saja tahu bakalan dihancurkan semua yang mereka anggap keren dan membanggakan aja prestasinya banyak yang keren di segala bidang. Maka, kita harusnya lebih semangat lagi, karena semua yang kita ingin raih dan kerenkan dalam diri kita sudah dilandasi oleh keimanan. Tentu berbeda nilainya dong ya. Ayo, kita interospeksi: sudah maksimalkah usaha kita untuk membuat diri kita keren–tidak saja di keren hadapan manusia, tetapi yang utama adalah di hadapan Alloh Ta’ala? Semangat Bro en Sis! Tunjukkan bahwa kita mampu menjadi sosok yang tadinya pecundang jadi pejuang dan pemenang: from zero to hero! (kaya judul buku nyang aye pernah denger) Yup, tadinya dianggap biasa, menjadi luar biasa. Tadinya anonim menjadi nonim. From nothing to something. Keren dah! Yuk mari, kerenkan dirimu dengan ISLAM dan ajarannya yang keren punya


nih sumber aye dapet dari tulisan2 Sholihin terus aye rubah2 deh biar lebih keren

0 comments: