Rabu, 23 Maret 2011

Jangan sesatkan cintaku.........

Bismillahirrahmanirrahim..
“ Aku yakin cintaku nggak semu sama dia, aku bisa merasakan kalau aku memang jatuh cinta padanya. Masa semu si mbak,” kata adikku yang sedang jatuh cinta.
“Semu itu bukan karena adik nggak bisa merasakan atau bisa merasakan, tapi semu karena cinta yang adik rasa hanya sekedar cinta-cintaan. Tak ada cinta yang sejatinya cinta,”kataku.
“Maksudnya gimana sih mbak? Cinta kan tetap saja cinta, aku yakin kok dia itu cinta sejatiku.”
“Yakin darimana?”
“Yakinlah mbak, soalnya aku cinta mati sama dia.”
Aku menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuannya.
“Apa yang namanya cinta sejati itu disertai dengan cemburu sejati padahal dia belum menjadi suamimu? Apa yang namanya cinta sejati itu harus dengan mengatur pola hidupmu, mau kemana-mana harus ijin padahal dia bukan suamimu? SMS nggak dibales aja ribut deh, padahal bukan suami isri. Padahal yang udah jadi suami istri yang jelas-jelas halal, nggak gitu-gitu banget deh dik!”
Aku melihat adikku terdiam, memandang lurus ke depan dengan tatapan kosong seakan banyak yang dia pikirkan.
***
Percakapan dengan adikku tadi, menerawang bayanganku pada masa satu tahun silam. Aku terjebak dengan kesesatan cinta. Aku tak pernah menyadari bahwa banyak hal didalam masa cinta yang hanya dipisahkan benang tipis dengan nafsu syetan.
“Aku jatuh cinta pada Satria!”kataku.
“Heh!” raut muka Lusy sahabatku seakan menyiratkan berbagai keheranan.
“Cinta itu kan fitrah Lusy, so what gitu lho!”
“Fitrah sih fitrah, tapi bukan lantas kamu mau jadi pacarnya,”
“Helloo..bukan pacaran kali, tapi ta’aruf,”kataku tak mau kalah.
“Yeee..ta’aruf nggak gitu kali..” Lusy memencet hidungku. Aku menatap Lusy menunggu kelanjutannya.
“Kamu pikir ta’aruf hanya dengan si Satria bilang sama kamu “yuk kita ta’arufan”, terus kamu jadi bisa melenggang bareng dengan si dia atau berbalas SMS mesra dengan si dia dengan merasa kamu udah halal dengannya. Cinta yang seperti ini namanya cinta yang tersesat, Neng.”
Aku terdiam mendengarkan penuturannya.
“Tapi aku mencitainya!”kataku.
“Cinta nggak harus selalu diungkapkan, cinta nggak selalu harus si dia tahu kalau kamu cinta dia kan. Kalau kamu memang mencintainya, kamu minta dia melamarmu. Jangan katakan cinta bila kamu belum siap menikah. Jangan jadikan fitrahmu menjadi alasan ketersesatanmu di antara cinta. Cinta yang sejati tentu cinta yang sudah dihalal kan Allah melalui pernikahan.”
***
Tanpa menunggu lama setelah perbincanganku dengan Lusy, aku memintanya untuk datang ke rumahku dan kita bisa ta’aruf disertai kedua orang tuaku. Ternyata orang yang pernah aku cintai hanya ingin menyesatkanku dengan cinta berlabel ta’aruf. Dia tidak pernah berani untuk mendatangi ke dua orang tuaku dengan berbagai macam alasan.
Aaahh..Cinta, kutahu datangmu sulit kutebak. Namun ku tak mau terjebak dengan kesesatan nafsu berbalut namamu.


Wallahua’lam bish shawwab.

-bukan muslimah biasa-

0 comments: