Selasa, 29 Maret 2011

Generasi Harapan (Izzatul Islam)

Dimana dicari pemuda Kahfi
Terasing demi kebenaran hakiki
Dimana jiwa pasukan Badar berani
Menoreh nama mulia perkasa abadi

Umat melolong di gelap kelam
Tiada pelita penyinar terang
Penunjuk jalan kini membungkam
Lalu kapankah fajar kan datang

Mengapa kau patahkan pedangmu
hingga musuh mamapu membobol betengmu
Menjarah menindas dan menyiksa
Dan kita hanya diam sekedar terpana

Bangkitkan negri lahirkan generasi
Pemuda harapan tumbangkan kedzaliman

Wajah duia Islam kini memburam
Cerahkan dengan darahmu
Panji Islam telah lama terkuali
Menanti bangkit kepalmu

Prasangka baik dibalik keterhijaban

tiada kata seindah dzikir, yup....tentu!!, kata yg begitu agung, dan membuat sgala sesuatu terasa ringan. mencoba menyikapi dengan positif sgala pemberian-NYA dengan cara berdzikir, dengan cara mengingat-NYA, apapun itu. mencoba mneladani perkataan Sang Nabi: "sungguh baik seorang muslim itu, ketika dia diuji dia bersabar dan ketika diberi nikmat, dia bersyukur.
kata yang begitu sederhana, namun syarat akan hikmah dan begitu sulit pengaplikasiannya. semoga q bisa mentauladani Sang Nabi...
antara ujian dan rahmat...yah begitulah, tidak akan beriman seseorang sebelum dia diuji, dan ujian merupakan bentuk kasih sayang ALLOH pada qt, skali lagi mencoba berfikir positif, semakin berat ujian seseorang, maka semakin tinggilah kedudukannya disisi ALLOH, jika dianalogikan dengan tingkatan sekolah/kelas, g mungkin anak kelas 2, diberi soal ujian bagi anak kelas 1, begitu pula sebaliknya, semakin tinggi kelasnya semakin sulit ujian yang diterima siswa tersebut, dan jika dia lulus, maka dia akan naik kelas, bahkan bila lulus dengan nilai terbaik dia bisa mendapat hadiah atau penghargaan sebagai bentuk apresiasi pada jerih payah dan usahanya.
teringat perkataan terindah dari Sang Maha Pemilik ujian, bahwa bersama kesulitan pasti ada kemudahan, bahkan Dia mengatakannya hingga dua kali dalam penutup surat Al-Insyiroh. dan DIA pun mempertegas pada sebuah ayat dalam surat Al-baqoroh kaloo Dia tak akan menguji setiap hamba-NYA diluar kemampuan sang hamba. subhanalloh, ternyata, begitu adilnya Dia pada hamba-NYA, Dia tidak pernah menyia-nyiakan sang hamba dan membiarkan hamba-NYA jatuh dalam keputusasaan.Dia menyertakan kemudahan dalam setiap ujian yang diberikan-NYA dan meyakinkan pada sang hamba, bahwa ia mampu melaluinya.
ada sebuah cerita menarik dizaman kehalifan dulu,
pada waktu itu hiduplah seorang budak yang memiliki tuan yang sangat baik, budak tersebut berkata pada tuannya: tuanku bila aku mempunyai uang yang sesuai dengan jumlah uang ketika kau membeli q dulu, apakah q bisa bebas dan merdeka?
sang tuan menjawab, y, kau bisa bebas dan merdeka
maka sang budak menyerahkan sejumlah uang sesuai dengan jumlah ketika tuannya membelinya dulu. budak itupun menjadi manusia yang merdeka, sebagai hadiah bagi kemerdekaannya, sang tuan memberi sejumlah uang kepada sang budak sebagai modal hidup, budak itu berkata, q tak tau, ini rahmat atau ujian q hanya berprasangka baik pada ALLOH. budak itupun menjalankan kehidupannya sebagai orang yang merdeka, dan ia slalu menanamkan kata, q tak tau apakah ini rahmat atau ujian q hanya berprasangka baik pada ALLOH.
waktu terus berlalu, sampai akhirnya ia menikah dan memiliki seorang anak, namun ketika sang anak baru berusia beberapa bulan istrinya meninggal, sejak itu ia berperan ganda sebagai ayah dan ibu bagi anak semata wayangnya. kehidupan mereka lalui bersama, panas, hujan, sakit, senang, bahagia dan sedih silih berganti mereka sikapi dengan positif, satu kalimat yang menjadi prinsionya adalah, aku tak tau apakah ini rahmat atau ujia, q hanya berprasangka baik pada ALLOH.
sang anak didiknya dengan penuh kasih dan tekad, ia menginginkan sang anak menjual dirinya pada ALLOH untuk membeli surga, maka, sgala persiapan dan keahlian ia lakukan. ia latih sang anak untuk berkuda, memanah, menembak dan keahlian perang lainnya. ia pun slalu menyisihkan setiap rizkinya untuk membeli kuda perang.
ternyata keinginan dan doanya dikabulkan ALLOH, uang yang ia kumpulkan mampu membeli kuda perang terbaik, akhirnya semua uang itu ia gunakan tanpa tersisa. para masyarakat sekitarnya sangat salut melihat kuda yang begitu gagah, kuat dan memiliki kemampuan berlari kencang. ia hanya berkata kami tak tahu, apakah ini rahmat atau ujian, kami hanya berprasangka baik pada ALLOH.
ketika para tetangga mengetahui berapa harga kuda tersebut dan mengetahui juga bahwa uang mereka tak tersisa demi membeli kuda tersebut, banyak cemoohan, olokan dan hinaan yg mereka terima, tetapi ia hanya menyikapi dengan senyum dan lagi2 berkata, kami tidak tahu ini rahmat atau ujian, kami hanya berprasangka baik pada ALLOH.
setiap hari sang kuda dilatih, dirawat dan diberi makan dari makanan yang terbaik, nampaknya sang kuda pun bahagia memiliki tuan seperti mereka, sang kuda benar2 menjadi kuda perang terbaik, masyarakat pun takjub melihatnya.
pada suatu pagi, ketika hendak dibersihkan, tiba2 sang kuda raib dari kandangnya,kandangnya kosong, masyarakat pun heboh dengan berita hilangnya kuda itu, banyak yg prihatin pada mereka, namun lagi2 ia hanya menyikapi dengan senyum sambil berkata kami tak tau apakah ini rahmat atau ujian, kami hanya berprasangka baik pada ALLOH.
beberapa hari kemudian disuatu subuh terdengar suara ringkikkan kuda yang begitu banyak, hal ini membuat mereka bangun dan begitu juga masyarakat sekitar.
dalam waktu singkat rumahnya sudah dipenuhi oleh masyarakat demi melihat kandang kuda yang penuh oleh puluhan kuda liar, ternyata sang kuda perang pergi untuk mengumpulkan teman2nya dan mengajak mereka untuk ikut bersamanya agar dilatih menjadi kuda perang.
lagi2 masyarakat takjub dan berkomentar dan dengan respon tersenyum ia tetap berkata, kami tak tahu ini rahmat atau ujian, kami hanya berprasangka baik pada ALLOH.
pada suatu ketika sang anak terjatuh ketika sedang melatih kuda-kuda perangnya, hal ini membuat ia cidera, padahal pada waktu itu sedang ada himbauan dari pemerintah agar para pemuda turun untuk berperang, hal yang ia nanti2 selama ini, sayang perang ini jauh dari jihad di jalan ALLOH karena musuh yang hendak dihadapi adalah saudara seiman yang berbeda kesultanan. ia berkata pada sang anak, " nak, semoga Alloh menjaga kita dari menumpahkan darah sesama muslim. ALLOH maha tau, qt ingin berjihad di jalan-NYA, qt sama sekali tak ingin beradu senjata dengan saudara seiman, semoga ALLOH emmbebaskan diri qt dari beban itu."
keesokan harinya datanglah utusan kerajaan untuk mengumpulkan para pemuda, namun ketika utusan itu datang kerumahnya dan melihat bagaimana kondisi anaknya, utusan tersebut berkata: anakmu cidera, ia tak dapat berperang, istirahatlah.lagi2 masyarakat berkomentar, sayang sekali, padahal kau telah mempersiapkan anakmu untuk berjihad, tetapi ketika waktu itu datang, anakmu malah sakit, sia2 perjuanganmu selama ini. lagi2 ia senyum dan berkata q tak tau apakah ini rahmat atau ujian, q hanya berprasangka baik pada Rabb q.
perang pun berlanjut, tapi peperangan yang sama sekali jauh dari kata jihad fi sabilillah, perang yang hanya mempertahankan keegoisan dan tahta. banyak darah umat muslim yang tumpah, dan semua pemuda yang turun berperang pada tewas di medan perang.
maka jadilah daerahnya dibanjiri dengan air mata  dan ratap tangis kehilangan dan penyesalan, karena banyak orang tua yang kehilangan anak, saudara kehilangan saudaranya, anak2 menjadi yatim dan istri menjadi janda. beberapa masyarakat berkata padanya, beruntunglah dirimu karena anakmu tak turut perang, sehingga ia masih hidup hingga hari ini, lagi2 ia hanya tersenyum dan berkata, kami tak tahu apakah ini rahmat atau ujian kami hanya berprasangka baik pada ALLOH. dan sepertinya masyarakat telah banyak belajar dari ayah dan anak itu, mereka pun ikut menggemakan perkataan, kami tidak tau apakah ini rahmat atau ujian kami hanya berusaha berprasangka baik pada ALLOH.
hari demi hari tetapi ia jalani untuk melatih diri dan sang anak berperang hanya untuk jihad dijalan ALLOH, bukan yang lain. hingga waktu itu pun tiba, disaat negerinya terancam, kehormatan islam tercoreng oleh pasukan Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan menyerbu dan membumuhanguskannya hingga rata dengan tanah, tanpa menunggu ia dan sang anak terjun ke medan juang menyambut panggilan jihad sambil tetap mendengungkan kalimat agungnya kami tak tau apakah ini rahmat atau musibah, kami hanya berprasangka baik pada ALLOH.
mereka memang menemui syahid, tapi sebelum itu ada selaksa nikmat yang ALLOH karuniakan pada mereka. sang anak pernah ditangkap pasukan Mongol dan dijual sebagai budak, hingga berpindah-pindah tangan, hingga kepemilikannya jatuh pada Al-Kamil seorang sultan Ayyubiyah di Kairo, kariernya menanjak cepat dari hanya komandan kecil hingga menjadi panglma pasukan, lalu amir wilayah itu, terakhir dia diangkat sebagai sultan, dialah Al-Manshur Saifuddin Qalawun. Qalawun yang berani berprasangka baik dalam setiap keterhijaban. Qalawun yang berani berkata,"kami tidak tau apakh ini rahmat atau ujian, kami hanya berprasangka baik pada ALLOH!"
ternyata banyak hikmah dan kenikmatan dibalik prasangka baik pada-NYA, yah daripada qt hanya mengeluh dengan segala ujian dan kesulitan, lebih baik qt alihkan untuk selalu meningat-NYA dan berprasangka baik pada-NYA. dengan mengingat-NYA lah hati menjadi tenang dan dengan berprasangka baik pada-NYA lah hal2 positif dan penuh hikmah akan qt dapati.
wallohu'alam bissawab

Sabtu, 26 Maret 2011

siapa yang paling jelek??

Auzubillahiminasy syaithonirrojiim
bismillahirahmanirahim

Ada suatu kisah seorang santri yg menuntut ilmu pada seorang Kyai. Bertahun-tahun telah ia lewati hingga sampai pada suatu ujian terakhir. Ia menghadap Kyai untuk ujian tersebut. “Hai Fulan, kau telah menempuh semua tahapan belajar dan tinggal satu ujian, kalau kamu bisa menjawab berarti kamu lulus “, kata Kyai. “Baik pak Kyai, apa pertanyaannya ?” “Kamu cari orang atau mahkluk yang lebih jelek dari kamu, kamu aku beri waktu tiga hari “. Akhirnya santri tersebut meninggalkan pondok untuk melaksanakan tugas dan mencari jawaban atas pertanyaan Kyai-nya.

Hari pertama, sang santri bertemu dengan si Polan pemabuk berat yg dapat di katakan hampir tiap hari mabuk-mabukan. Santri berkata dalam hati, ” Inilah orang yang lebih jelek dari saya. Aku telah beribadah puluhan tahun sedang dia mabuk-mabukan terus “. Tetapi sesampai ia di rumah, timbul pikirannya. “Belum tentu, sekarang Polan mabuk-mabukan siapa tahu pada akhir hayatnya Alloh memberi Hidayah (petunjuk) dan dia Khusnul Khotimah dan aku sekarang baik banyak ibadah tetapi pada akhir hayat di kehendaki Suul Khotimah,bagaimana ? Dia belum tentu lebih jelek dari saya.

Hari kedua, santri jalan keluar rumah dan ketemu dengan seekor anjing yg menjijikan rupanya, sudah bulunya kusut, kudisan dsb. Santri bergumam, ” Ketemu sekarang yg lebih jelek dari aku. Anjing ini sudah haram dimakan, kudisan, jelek lagi ” . Santri gembira karena telah dapat jawaban atas pertanyaan gurunya. Waktu akan tidur sehabis ‘Isya, dia merenung, “Anjing itu kalau mati, habis perkara dia. Dia tidak dimintai tanggung jawab atas perbuatannya oleh Alloh, sedangkan aku akan dimintai pertanggung jawaban yg sangat berat yg kalau aku berbuat banyak dosa akan masuk neraka aku. “Aku tidak lebih baik dari anjing itu.

Hari ketiga akhirnya santri menghadap Kyai. Kyai bertanya, “Sudah dapat jawabannya muridku ?” “Sudah guru”, santri menjawab. ” Ternyata orang yang paling jelek adalah saya guru”. Sang Kyai tersenyum, “Kamu aku nyatakan lulus”.

Pelajaran yg dapat kita petik adalah: Selama kita masih sama-sama hidup kita tidak boleh sombong/merasa lebih baik dari orang/mahkluk lain. Yang berhak sombong adalah Alloh SWT. Karena kita tidak tahu bagaimana akhir hidup kita nanti. Dengan demikian maka kita akan belajar berprasangka baik kepada orang/mahkluk lain yg sama-sama ciptaan Alloh.

semoga bermanfaat....
memori 9 mei 2010

Apa pantas berharap surga

Sholat dhuha cuma dua rakaat, qiyamullail (tahajjud) juga hanya dua rakaat, itu pun sambil terkantuk-kantuk. Sholat lima waktu? Sudahlah jarang di masjid, milih ayatnya yang pendek- pendek saja agar lekas selesai. Tanpa doa, dan segala macam puji untuk Allah, terlipatlah sajadah yang belum lama tergelar itu.

Lupa pula dengan sholat rawatib sebelum maupun sesudah shalat wajib. Satu lagi, semua di atas itu belum termasuk catatan, "Kalau tidak terlambat" atau "Asal nggak bangun kesiangan." Dengan sholat model begini, apa pantas mengaku ahli ibadah?

Padahal Rasulullah dan para sahabat senantiasa mengisi malam-malamnya dengan derai tangis memohon ampunan kepada Allah. Tak jarang kaki-kaki mereka bengkak oleh karena terlalu lama berdiri dalam khusyuknya. Kalimat-kalimat pujian dan pinta tersusun indah seraya berharap Allah Yang Maha Mendengar mau mendengarkan keluh mereka. Ketika adzan berkumandang, segera para sahabat meninggalkan semua aktivitas menuju sumber panggilan, kemudian waktu demi waktu mereka habiskan untuk bersimpuh di atas sajadah-sajadah penuh tetesan air mata.

Baca Qur'an sesempatnya, itu pun tanpa memahami arti dan maknanya, apalagi meresapi hikmah yang terkandung di dalamnya. Ayat-ayat yang mengalir dari lidah ini tak sedikit pun membuat dada ini bergetar, padahal tanda-tandaorang beriman itu adalah ketika dibacakan ayat-ayat Allah maka tergetarlah hatinya. Hanya satu dua lembar ayat yangsempat dibaca sehari, itu pun tidak rutin. Kadang lupa, sedang sibuk, kadang malas. Yang begini ngaku beriman?

Tidak sedikit dari sahabat Rasulullah yang menahan nafas mereka untuk meredam getar yang menderu saat membaca ayat-ayat Allah. Sesekali mereka terhenti, tak melanjutkan bacaannya ketika mencoba menggali makna terdalam dari sebaris kalimat Allah yang baru saja dibacanya.

Tak jarang mereka hiasi mushaf di tangan mereka dengan tetes air mata. Setiap tetes yang akan menjadi saksi di hadapan Allah bahwa mereka jatuh karena lidah-lidah indah yang melafazkan ayat-ayat Allah dengan pemahaman dan pengamalan tertinggi.

Bersedekah jarang, begitu juga infak. Kalau pun ada, dipilih mata uang terkecil yang ada di dompet. Syukur-syukur kalau ada receh. Berbuat baik terhadap sesama juga jarang, paling-paling kalau sedang ada kegiatan bakti sosial, yah hitung-hitung ikut meramaikan. Sudah lah jarang beramal, amal yang paling mudah pun masih pelit, senyum. Apa sih susahnya senyum? Kalau sudah seperti ini, apa pantas berharap Kebaikan dan Kasih Allah?

Rasulullah adalah manusia yang paling dirindui, senyum indahnya, tutur lembutnya, belai kasih dan perhatiannya, juga pembelaannya bukan semata milik Khadijah, Aisyah, dan isteri-isteri beliau yang lain. Juga bukan semata teruntuk Fatimah dan anak-anak Rasulullah lainnya. Ia senantiasa penuh kasih dan tulus terhadap semua yang dijumpainya, bahkan kepada musuhnya sekali pun. Ia juga mengajarkan para sahabat untuk berlomba beramal shaleh, berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya.

Setiap hari ribut dengan tetangga. Kalau bukan sebelah kanan, ya tetangga sebelah kiri. Seringkali masalahnya cuma soal sepele dan remeh temeh, tapi permusuhan bisa berlangsung berhari-hari, kalau perlu ditambah sumpah tujuh turunan. Waktu demi waktu dihabiskan untuk menggunjingkan aib dan kejelekan saudara sendiri.

Detik demi detik dada ini terus jengkel setiap kali melihat keberhasilan orang dan berharap orang lain celaka atau mendapatkan bencana. Sudah sedemikian pekatkah hati yang tertanam dalam dada ini? Adakah pantas hati yang seperti ini bertemu dengan Allah dan Rasulullah kelak?

Wajah Indah Allah dijanjikan akan diperlihatkan hanya kepada orang-orang beriman yang masuk ke dalam surga Allah kelak. Tentu saja mereka yang berkesempatan hanyalah para pemilik wajah indah pula. Tak inginkah kita menjadi bagian kelompok yang dicintai Allah itu? Lalu kenapa masih terus bermuka masam terhadap saudara sendiri?

Dengan adik tidak akur, kepada kakak tidak hormat. Terhadap orang tua kurang ajar, sering membantah, sering membuat kesal hati mereka, apalah lagi mendoakan mereka, mungkin tidak pernah. Padahal mereka tak butuh apa pun selain sikap ramah penuh kasih dari anak-anak yang telah mereka besarkan dengan segenap cinta. Cinta yang berhias peluh, air mata, juga darah. Orang-orang seperti kita ini, apa pantas berharap surga Allah?

Dari ridha orang tua lah, ridha Allah diraih. Kaki mulia ibu lah yang disebut-sebut tempat kita merengkuh surga. Bukankah Rasulullah yang sejak kecil tak beribu memerintahkan untuk berbakti kepada ibu, bahkan tiga kali beliau menyebut nama ibu sebelum kemudian nama Ayah?

Bukankah seharusnya kita lebih bersyukur saat masih bisa mendapati tangan lembut untuk dikecup, kaki mulia tempat bersimpuh, dan wajah teduh yang teramat hangat dan menyejukkan?

Karena begitu banyak orang-orang yang tak lagi mendapatkan kesempatan itu. Ataukah harus menunggu Allah memanggil orang-orang terkasih itu hingga kita baru merasa benar-benar membutuhkan kehadiran mereka? Jangan tunggu penyesalan…


Astaghfirullaah...

muhasabah 5 mei 2010

Baiknya cinta ini ku titipkan pada-MU

YA ALLAH…!!!!

Rasanya hamba sudah tidak kuasa bila cinta ini semakin Engkau tambah

Engkau kuatkan dan Engkau letakkan rindu yang berharap jumpa

Engkau kukuhkan rasa, Engkau kukuhkan imajinasi-imajinasi ini bersamanya.

Cukup…!!!!

Bukan berarti hamba ingin melupakannya, dan hamba berkhianat atas amanat-Mu

Berganti rasa selain dia.

Dan bukan berarti hamba tidak ikhlas mengemban amanat-Mu untuk

Tetap ikhlas dan tulus mencintainya.

Tidak YA ALLAH…!!!

Hamba terus berharap rindu tetap ada

Untuk menyemangati hidup hamba.

Untuk mengisi ruangan jiwa hamba

Untuk memberi bekal pengembaraan emosional hamba

Dan lamunan hamba termanjakan disana.

Menghiasi mimpi-mimpi

Melahirkan inspirasi

Serta memberi kekuatan atas nama cinta

Tapi,,,!!!!

Jangan semakin kukuhkan rindu hamba

Yang mendamba jumpa

Dan semakin menyiksa hamba.

Karena itu YA RABB…!!!

Baiknya rindu ini hamba titipkan kembali pada-Mu

Bersama doá dan cinta hamba

Dan kembalikan di kemudian hari

Setelah harapan hamba tercapai.

Dan pengetahuan serta ilmu hamba

Telah cukup untuk menjadi input

Serta menjadi bekal pengabdian

Dalam menyempurnakan separuh agamanya.

Dan apa yang hamba miliki benar mampu membahagiakannya

Mampu menyempurnakan visi agamanya.

ALLAH…!!!

Baiknya rindu ini saya titipkan kembali pada_Mu

Bersama do’á dan cinta

Di keheningan malam.

Di tengah kecemasan

Dan kegalauan

Dan kembalikan di kemudian hari

Jika memang dia jodoh hamba sekaligus anugerah dari-Mu.

dikeheningan 22 september 2010

Akhwat Sejati

Seorang gadis kecil bertanya pada ayahnya, "Abi ceritakan padaku tentang Akhwat sejati?".

Sang ayah pun menoleh sambil kemudian tersenyum: Anakku ...

Seorang akhwat sejati bukanlah dilihat dari kecantikan paras wajahnya, tetapi dilihat dari kecantikan hati yang ada di baliknya.

Akhwat sejati bukan dilihat dari bentuk tubuhnya yang mempesona, tetapi dilihat dari sejauh mana ia menutupi bentuk tubuhnya.

Akhwat sejati bukan dilihat dari begitu banyaknya kebaikan yang ia berikan tetapi dari keikhlasan ia memberikan kebaikan itu.

Akhwat sejati bukan dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya, tetapi dilihat dari apa yang sering mulutnya bicarakan.

Akhwat sejati bukan dilihat dari keahliannya berbahasa, tetapi dilihat dari bagaimana caranya ia berbicara.

Sang ayah diam sejenak sembari melihat ke arah putrinya.

"Lantas apa lagi Abi?", sahut putrinya. Ketahuilah putriku ...

Akhwat sejati bukan dilihat dari keberaniannya dalam berpakaian tetapi dilihat dari sejauh mana ia berani mempertahankan kehormatannya.

Akhwat sejati bukan dilihat dari kekhawatirannya digoda orang di jalan tetapi dilihat dari Kekhawatiran dirinyalah yang mengundang orang jadi tergoda.

Akhwat sejati bukanlah dilihat dari seberapa banyak dan besarnya ujian yang ia jalani tetapi dilihat dari sejauhmana ia menghadapi ujian itu dengan penuh rasa syukur.

Dan ingatlah ...

Akhwat sejati bukan dilihat dari sifat supelnya dalam bergaul, tetapi dilihat dari sejauh mana ia bisa menjaga kehormatan dirinya dalam bergaul.

Setelah itu sang anak kembali bertanya,

"Siapakah yang dapat menjadi kriteria seperti itu, Abi?" Sang ayah memberikannya sebuah buku dan berkata, "Pelajarilah mereka!"

Sang anak pun mengambil buku itu dan terlihatlah sebuah tulisan "Istri Rosulullah"



Akhwat sejati tidak dilihat dari jilbabnya yang anggun, tetapi dilihat dari kedewasaannya dalam bersikap.

Akhwat sejati tidak dilihat dari retorikanya ketika aksi, tetapi dilihat dari kebijaksanaannya dalam mengambil keputusan.

Akhwat sejati tidak dilihat dari banyaknya ia berorganisasi, tetapi sebesar apa tanggungjawabnya dalam menjalankan amanah.

Akhwat sejati tidak dilihat dari kehadirannya dalam syuro', tetapi dilihat dari kontribusinya dalam mencari solusi dari suatu permasalahan. 

Ya Rabb, izinkan kami untuk mendapat predikat "SEJATI DARI MU", hingga Khusnul khotimah menjemput, bukan dari mahluk MU, amiin

Jikalah Pada Akhirnya.........

Jikalah derita akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa mesti dijalani dengan sepedih rasa, Sedang ketegaran akan lebih indah dikenang nanti. Jikalah kesedihan akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa tidak dinikmati saja, Sedang ratap tangis tak akan mengubah apa-apa.

Jikalah luka dan kecewa akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa mesti dibiarkan meracuni jiwa, Sedang ketabahan dan kesabaran adalah lebih utama.

Jikalah kebencian dan kemarahan akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa mesti diumbar sepuas jiwa, Sedang menahan diri adalah lebih berpahala.

Jikalah kesalahan akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa mesti tenggelam di dalamnya, Sedang taubat itu lebih utama.

Jikalah harta akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa mesti ingin dikukuhi sendiri, Sedang kedermawanan justru akan melipat gandakannya.

Jikalah kepandaian akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa mesti membusung dada dan membuat kerusakan di dunia, Sedang dengannya manusia diminta memimpin dunia agar sejahtera.

Jikalah cinta akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa mesti ingin memiliki dan selalu bersama, Sedang memberi akan lebih banyak menuai arti.

Jikalah bahagia akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa mesti dirasakan sendiri, Sedang berbagi akan membuatnya lebih bermakna

Jikalah hidup akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa mesti diisi dengan kesia-siaan belaka, Sedang begitu banyak kebaikan bisa dicipta.

Suatu hari nanti, Saat semua telah menjadi masa lalu Aku ingin ada di antara mereka Yang bertelekan di atas permadani Sambil bercengkerama dengan tetangganya Saling bercerita tentang apa yang telah dilakukannya di masa lalu Hingga mereka mendapat anugerah itu. [(Duhai kawan, dulu aku miskin dan menderita, namun aku tetap berusaha senantiasa bersyukur dan bersabar. Dan ternyata, derita itu hanya sekejap saja dan cuma seujung kuku, di banding segala nikmat yang kuterima di sini)-- (Wahai kawan, dulu aku membuat dosa sepenuh bumi, namun aku bertobat dan tak mengulang lagi hingga maut menghampiri. Dan ternyata, ampunan-Nya seluas alam raya, hingga sekarang aku berbahagia)]

Suatu hari nanti Ketika semua telah menjadi masa lalu Aku tak ingin ada di antara mereka Yang berpeluh darah dan berkeluh kesah: Andai di masa lalu mereka adalah tanah saja.

(Duhai! harta yang dahulu kukumpulkan sepenuh raga, ilmu yang kukejar setinggi langit, kini hanyalah masa lalu yang tak berarti. Mengapa dulu tak kubuat menjadi amal jariah yang dapat menyelamatkanku kini?)

(Duhai! nestapa, kecewa, dan luka yang dulu kujalani, ternyata hanya sekejap saja dibanding sengsara yang harus kuarungi kini. Mengapa aku dulu tak sanggup bersabar meski hanya sedikit jua?)

ya Rosululloh, pribadimu sungguh menawan

bismillahirahmanirahim

Siapa di antara Kita yang membaca akhlak Muhammad saw., kemudian jiwanya tidak larut, matanya tidak berlinangan dan hatinya tidak bergetar ? Siapa di antara Kita yang mampu menahan emosinya ketika membaca biografi seorang yang sangat dermawan, mulia, lembut dan tawadhu’? Siapa yang mengkaji sirah hidup beliau yang agung, perangai yang mulia dan akhlak yang terpuji, kemudian dia tidak menagis, sembari berikrar, “Saya bersaksi bahwa Engkau adalah utusan Allah.”?

Duhai, kiranya kita mampu melaksanakan cara hidup, cinta dan akhlak yang mulia dari teladan agung dalam kehidupan. Kita bergaul dengan orang lain, lihatlah
Muhammad saw. memperlakukan musuh-musuhnya. Beliau bersabda,
“Sesungguhnya Allah menyuruhku agar menyambung orang yang memutuskanku, memberi kepada orang yang menahanku, dan memaafkan terhadap orang yang mendzalimiku.”

Duhai, kiranya kita memperlakukan saudara seiman kita, sebagaimana Muhammad saw. memperlakukan orang-orang munafik, beliau memaafkan mereka, memintakan ampun terhadap mereka dan menyerahkan rahasia mereka kepada Allah swt.

Duhai, sekiranya kita memperlakukan anak-anak kita, sebagaimana Muhamamd saw. memperlakukan pembantu dan pekerjanya. Ketika pembantu kecil Muhamamd saw. sedang sakit, beliau. membesuk dan duduk di dekat kepalanya seraya mengajak untuk masuk Islam. Pembantu kecil itu masuk Islam, maka Muhammad gembira seraya berkata, “Segala puji bagi Allah swt yang telah menyelamatkan dirinya dari api neraka.”

“Seorang Yahudi menagih utang kepada Muhamamd saw. dengan marah-marah, kasar, dan tidak sopan di depan banyak orang. Muhammad saw. tersenyum dan menghadapinya dengan lembut. Tak disangka si Yahudi itu masuk Islam, mengucapkan syahadat, “Saya bersaksi bahwa Engkau utusan Allah.” Karena saya baca di Taurat tentang Engkau, yaitu ketika saya tambah marah, justeru Engkau tambah lembut menghadapiku.” Begitu pengakuan si Yahudi.

Duhai, kiranya kita memperlakukan kerabat kita, meskipun mereka berbuat buruk kepada kita, sebagaimana Muhammad saw. memperlakukan kerabat dan kaumnya. Karena kerabat dan kaum Muhamamd saw. menyakitinya, mengusirnya, mengejeknya, menolaknya, memeranginya. Namun, beliau tetap menghadapinya. Ketika beliau menaklukkan Makkah, posisi beliau sebagai pemenang, penentu kebijakan, namun beliau berdiri berpidato mengumumkan bahwa beliau memaafkan semuanya. Sejarah telah mencatat dan momentum telah menjadi saksi dengan sabda beliau,

”Allah telah mengampuni kalian, pergilah, kaliah bebas.”

Sewaktu Penduduk Thaif melempari Muhammad saw. sampai beliau berdarah-darah. Beliau menghapus darah segar yang mengalir dari tubuhnya sambil berdo’a, :
”Ya Allah, ampuni kaumku, karena mereka tidak mengetahui.”

Muhammad saw. pernah dicegat oleh seorang Arab badui di tengah jalan, beliau hanya berdiri lama berhadapan, dan tidak berpaling sampai orang badui itu berlalu dengan sendirinya.

Suatu hari Beliau ditanya oleh seorang nenek tua, beliau dengan tekun, hangat dan penuh perhatian menjawab pertanyaannya. Muhamamd saw. juga membawa seorang anak kecil yang berstatus hamba sahaya, beliau menggandeng tanganyya mengajak berjalan-jalan.

Muhammad saw. senantiasa menjaga kehormatan seseorang, memuliakan seseorang, melaksanakan hak-hak seseorang. Muhammad saw. tidak pernah mengumpat, menjelekkan, melaknat, menyakiti, dan tidak merendahkan seseorang.

Muhammad saw. ketika hendak menasehati seseorang, beliau berkata, “Kenapa suatu kaum melaksanakan ini dan itu? Artinya, beliau tidak langsung menyalah orang tersebut. Beliau bersabda, “Mukmin itu tidak mencela, melaknat dan juga tidak keras perangainya. Beliau juga bersabda, “Sesungguhnya yang paling saya cintai di antara kalian dan paling dekat tempat duduknya dengan saya kelak di hari Kiamat adalah yang paling baik akhlaknya di antara kalian.”

Muhamamd saw. merapikan sandalnya, menjahit bajunya, menyapu rumahnya, memeras susu kambingnya, mendahulukan sahabatnya soal makanan. Muhammad saw. tidak suka pujian.
Muhamamd saw. sangat peduli terhadap fakir miskin, beliau berdiri membela orang yang terdzalimi, beliau bertandang ke orang papa, menengok orang sakit, mengantarkan jenazah, mengusap kepala anak yatim, santun terhadap perempuan, memuliakan tamu, memberi makan yang lapar, bercanda dengan anak-anak, dan menyayangi binatang.

Suatu ketika para sahabat memberi saran kepada Muhammad saw, “Tidakkah Engkau membunuh gembong kejahatan, seorang pendosa dan otak munafik, yaitu Abdullah bin Ubai bin Salul? Beliau menjawab, “Tidak, karena manusia nanti mengira bahwa Muhammad telah membunuh sahabatnya.”

Boleh jadi kita telah membaca biografi orang-orang besar, tokoh terkenal, ilmuwan, reformis, mujaddid, namun ketika kita membaca sirah kehidupan Muhammad saw. seakan-akan kita tidak mengenal selain dirinya, kita tidak mengakui selain dirinya. Tokoh-tokoh itu rasaya kecil di mata kita, hilang dalam ingatan kita, pupus dalam pikiran kita, yang ada hanya kebesaran Muhammad saw.:

Bayang-bayang Engkau selalu menghampiriku setiap saat
Ketika aku berpikir, pikiranku tertuju kepadamu
Saya berteriak lantang
Zamanmu bak taman indah nan menghijau
Aku mencintaimu, cinta yang tidak bisa ditafsirkan

Sungguh, Engkau tidak akan pernah hilang dari ingatan kami. Engkau ada di hati kami. Engkau bersemayam dalam jiwa kami. Engkau terukir dalam benak kami. Engkau berada di pendengaran dan penglihatan kami. Engkau mengalir dalam aliran darah kami. Engkau berada di sendi-sendi setiap jasad kami. Engkau hidup dalam seluruh anggota badan kami. Yaitu dalam sunnahmu, petunjukmu, ajaran luhurmu, akhlakmu yang mulya.

Kami bela Engkau dengan jiwa kami. Kami bela Engkau dengan anak-anak dan keluarga kami semua. Nyawa-nyawa kami sebagai tebusan atas jiwa Engkau. Kehormatan kami, kami pertaruhkan untuk membela kehormatan Engkau.

Apakah Engkau bertanya tentang umur kami? Engkaulah umur kami
Engkau bagi kami melegenda, karena Engkau seorang “Pembebas”
Luluh lebur ketokohan manusia, sehebat apapun
Karena setiap saat Engkau agung di hati kami

Shalawat dan salam atasmu ketika orang-orang yang berdzikir mengingatmu. Shalawat dan salam atasmu ketika orang yang lalai tidak pernah mengingatmu.

Salam ’alaika Ya Rosulullah,

terinspirasi dari sebuah kisah yang dituturkan oleh seorang teman Gufta Ananda

Rabu, 23 Maret 2011

mencoba berprasangka baik....

ALLOH, lagi2 ingin q mengeluh pada mu, mengungkapkan semua rasa yg ada, menumpahkan semua sesak di dada, meluapkan segala amarah, melampiaskan kekecewaan pada mahluk MU.
salah q tak mengikuti aturan-MU, salah q tak bisa menjaga hati, salah q lebih mementingkan perasaan q daripada menemukan petunjuk-MU, dan kini semua telah q tanggung, q telah membayarnya, dan semoga ini proses untuk menjadikan q kembali pada-MU, menjadikan q hamba yg hanya bergantung pada-MU, menjadikan hamba yg semakin tunduk dan taat pada aturan-MU dan lebih bijak dalam menyikapi segala takdir-MU
duhai Rabbi, q ingat surat cinta-MU pada q
"sesungguhnya hanyalah kepada ALLOH aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari ALLOH apa yang kamu tiada mengetahuinya." (QS. Yusuf : 86)
q malu ya Rabb, q malu bila menatap diri ini, q malu dengan segala kenikmatan yang Kau beri, sementara q menyikapinya dengan angkuh, kufur dan terlena. ampuni hamba ya Rabb....
tapi Kau tak pernah menghentikan nikmat-MU pada q, Kau tak pernah mendzolimi q, justru Kau menegurq dgn cara yang halus, Kau tetap memberikan kasih sayang-MU pada q. kini q belajar dan menata diri kembali, q sikapi dengan sebaik-baik sikap wujud lain kasih sayang-MU, q design hati q agar bisa menerimanya dengan ikhlas, cz q yakin pemberian-MU pastilah yang terbaik
q belajar untuk selalu berbaik sangka pada-MU, sebab baik sangka adalah cermin hasilnya dan Engkau mengikuti prasangka hamba-MU.

ada banyak hal yang tak pernah q minta
tapi Engkau tiada alpa menyediakannya untuk q
seperti nafas sejuk, air segar, hangat mentari
dan... q percaya atas doa2 yang q panjatkan
akan Engkau jabah lebih dari yang q minta

teringat cerita masa lalu yang mempertanyakan keadilan-MU :
"telah lama q meminta padanya satu hal saja. q iringi semua itu dengan ketaatan pada-NYA, q jauhi sgala larangannya, q tegakkan yang wajib, q tekuni yang sunah, q tebarkan shodaqoh. q berdiri dwaktu malam, q bersujud dkala duha, q baca kalam-NYA, q upayakan mengikuti sepenuh kemampuan mengikuti jejak Rasul-NYA. tapi hingga kini ALLOH belum mewujudkan harapan q ini. padahal, ada orang lain yg q tau ibadahnya berantakan, wajibnya tak utuh, sunahnya tak tersentuh, akhlaknya kacau, otaknya kotor, bicaranya bocor. tapi begitu dia berkata bahwa dia menginginkan sesuatu, hari berikutnya segalanya telah tersaji, semua yang dia minta didapatkannya. dimana keadilan ALLOH?"

saat ini, ingin skali q menghakimi diri q dgn jawabn : lo sombong, lo bangga dengan ibadah lo, lo menganggap hina orang lain, lo tertipu dengan kebaikan lo sendiri sebagaimana iblis telah terlena!!, jangan heran deh kl doa lo g dijabah. kesombongan lo telah menghancurkan kebaikan lo, nila diri lo hanya anai2 berterbangan. mungkin orang yg lo rendahkan itu jauh lebih tinggi kedudukannya disisi ALLOH cz dia merahasiakan amal sholihnya....astagfirulloh haladzim

lagi2 ALLOH berikan nikmatnya, ya... nikmat untuk berfikir jernih dan memandang sesuatu dari sudut lain, hingga mata hati q terbuka
q analogikan masalah tersebut dengan pengamen (apa hubungannya yak?, cari tau dengan jarimu). yup pengamen, cz dulu saat menjadi anak kos, pengamen sangat familiar, keberadaanya seperti udara yang slalu q temui...yup lanjut dengan pengamen itu, begini analogi q

q membayangkan kl ada pengamen yg datang mengamen (ya iyalah, mas pengamen datang untuk bagi2 uang) dengan wajah seram, bertato, bertindik dan wajahnya garang (pasti rasanya asin, loh?he...itu mah garam yak), mengerikan. nyanyiannya lebih mirip teriakan yang memekakan kuping q, suaranya kacau balau sengau parau, sumbang dan cempreng, pokoknya g enak bgt dah. lagunya malah nyakitin ulu hati, sama sekali g bisa dinikmati, apa yang q lakukan??? (ayo jawab temen2, yg bisa dpt kesenangan dhatinya)
yup..... (udah pada jawab lum, y udah q jawab ajah yak) pasti q langsung kasih uang supaya dia berenti nyanyi dan cepet2 pergi.

tapi q coba membayangkan kl pengamen itu bersuara emas mirip  Izzis or Edcoustic (nih salah 2 munsyid nyany aye suka, he... g penting yak), menyanyi dengan sopan, semangat dan penampilannya rapi lagi wangi, apa yang akan q lakukan????, q pasti mendengarkannya, q nikmati, q hayati hingga akhir lagu dan bahkan bisa aja q ikut nyanyi sama mereka, lalu q minta dia menyanyikan lagu yang lain, nambah, lagi,lagi dan lagi ampe puas....
yup begitulah, bisa aja ALLOH juga berlaku begitu bagi qt hamba-NYA. kl ada manusia yg fasik, keji, mungkar, banyak dosa dan dibenci-NYA berdoa memohon pada-NYA, mungkin DIA akan firmankan pada malaikat;"cepat berikan apa yang DIA minta. AKU muak mendengar ocehannya, AKU benci menyimak suaranya, AKU risih mendengar pintanya."
tapi, bila yang menadahkan tangan adalah hamba yang dicintai-NYA, yg giat beribadah, yg rajin sedekah, yg menyempurnakan wajib dan menegakkan sunah, maka mungkin saja ALLOH akan berfirman pada malaikat-NYA: " tunggu! tunda dulu yg m'jadi hajatnya, sungguh Q bahagia bila diminta, dan biarlah hamba-Q ini terus meminta, terus berdoa, terus m'hiba. Q menyukai doa2nya, Q menyukai kata2 dan isak tangisnya, Q menyukai khusyu dan tunduknya, Q menyukai puja dan puji yang dlantunkannya, Q tak ingin dy menjauh dari Q setelah mendapat apa yg dy pinta. Q mencintainya."

ada semangat baru lagi dalam diri, q tak tau pastinya apa alasan ALLOH belum mengabulkan doa q, tapi q hanya mencoba berbaik sangka pada-NYA.. q tak pernah tau dengan segala yang q terima apakah rahmat atau ujian, yg q tau, q hanya harus berprasangka baik pada-MU duhai Rabbi................

kuatkan hamba, keluarga hamba dan orang2 yang hamba cintai dalam menerima segala ketetapan-MU dan teguhkanlah hati kami untuk selalu berbaik sangka pada-MU, amiin..............

Wallahua’lam bish Shawwab

Jangan sesatkan cintaku.........

Bismillahirrahmanirrahim..
“ Aku yakin cintaku nggak semu sama dia, aku bisa merasakan kalau aku memang jatuh cinta padanya. Masa semu si mbak,” kata adikku yang sedang jatuh cinta.
“Semu itu bukan karena adik nggak bisa merasakan atau bisa merasakan, tapi semu karena cinta yang adik rasa hanya sekedar cinta-cintaan. Tak ada cinta yang sejatinya cinta,”kataku.
“Maksudnya gimana sih mbak? Cinta kan tetap saja cinta, aku yakin kok dia itu cinta sejatiku.”
“Yakin darimana?”
“Yakinlah mbak, soalnya aku cinta mati sama dia.”
Aku menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuannya.
“Apa yang namanya cinta sejati itu disertai dengan cemburu sejati padahal dia belum menjadi suamimu? Apa yang namanya cinta sejati itu harus dengan mengatur pola hidupmu, mau kemana-mana harus ijin padahal dia bukan suamimu? SMS nggak dibales aja ribut deh, padahal bukan suami isri. Padahal yang udah jadi suami istri yang jelas-jelas halal, nggak gitu-gitu banget deh dik!”
Aku melihat adikku terdiam, memandang lurus ke depan dengan tatapan kosong seakan banyak yang dia pikirkan.
***
Percakapan dengan adikku tadi, menerawang bayanganku pada masa satu tahun silam. Aku terjebak dengan kesesatan cinta. Aku tak pernah menyadari bahwa banyak hal didalam masa cinta yang hanya dipisahkan benang tipis dengan nafsu syetan.
“Aku jatuh cinta pada Satria!”kataku.
“Heh!” raut muka Lusy sahabatku seakan menyiratkan berbagai keheranan.
“Cinta itu kan fitrah Lusy, so what gitu lho!”
“Fitrah sih fitrah, tapi bukan lantas kamu mau jadi pacarnya,”
“Helloo..bukan pacaran kali, tapi ta’aruf,”kataku tak mau kalah.
“Yeee..ta’aruf nggak gitu kali..” Lusy memencet hidungku. Aku menatap Lusy menunggu kelanjutannya.
“Kamu pikir ta’aruf hanya dengan si Satria bilang sama kamu “yuk kita ta’arufan”, terus kamu jadi bisa melenggang bareng dengan si dia atau berbalas SMS mesra dengan si dia dengan merasa kamu udah halal dengannya. Cinta yang seperti ini namanya cinta yang tersesat, Neng.”
Aku terdiam mendengarkan penuturannya.
“Tapi aku mencitainya!”kataku.
“Cinta nggak harus selalu diungkapkan, cinta nggak selalu harus si dia tahu kalau kamu cinta dia kan. Kalau kamu memang mencintainya, kamu minta dia melamarmu. Jangan katakan cinta bila kamu belum siap menikah. Jangan jadikan fitrahmu menjadi alasan ketersesatanmu di antara cinta. Cinta yang sejati tentu cinta yang sudah dihalal kan Allah melalui pernikahan.”
***
Tanpa menunggu lama setelah perbincanganku dengan Lusy, aku memintanya untuk datang ke rumahku dan kita bisa ta’aruf disertai kedua orang tuaku. Ternyata orang yang pernah aku cintai hanya ingin menyesatkanku dengan cinta berlabel ta’aruf. Dia tidak pernah berani untuk mendatangi ke dua orang tuaku dengan berbagai macam alasan.
Aaahh..Cinta, kutahu datangmu sulit kutebak. Namun ku tak mau terjebak dengan kesesatan nafsu berbalut namamu.


Wallahua’lam bish shawwab.

-bukan muslimah biasa-

cantik, izinkan aku menunduk....

Bismillahirrahmanirrahim..
” Gila tu cewek, cantik bener yak!” kata Romi
“Huss..cewek terus dipikiran lu!” kataku.
“Ada cewek cantik gitu, kan sayang kalau disia-siakan nggak dilihat.”
“Masyaallah Romi!”
“Apaan sih Mas, orang dia yang mau dilihatin. Kan mubadzir kalau nggak dilihat” Romi cengengesan.
“Waduh, kalau orang islam pikirannya kayak kamu. Apa kata akhirat?” kataku sambil mengacak rambut adikku.
***
Kembali seorang wanita lewat didepan kami, kali ini wanita berjilbab hijau. Subhanallah..cantik sekali. Aku terkejut lalu aku beristighfar segera aku menundukkan kepalaku.
“Ada apaan sih mas? kok tiba-tiba nunduk gitu” Romi menatapku. Aku kelabakkan ditatap Romi seperti itu.
“Wah Mas grogi yaa sama cewek pakai jilbab tadi! Cuit..cuit..Mas yaa!”
“Apaan sih! justru karna kaum hawa aku hargai, jadi aku tak mau menatapnya terlalu dalam. Takut si syetan ikut-ikutan. Yang rugi kan aku sendiri.”
“Emang penting yaa mas nunduk itu?”
“Yaa penting lah. di Quran kan udah djelaskan bahwa kita disuruh menjaga pandangan. Gak kayak kamu melotot terus kalau ada cewek cantik.”
Aku terkekeh melihat Romi salah tingkah
***
Cantik,ijinkanku menunduk.
Jangan biarkan setiap centi auratmu dinikmati mata-mata jahil yang senang akan warna warni keindahan sesaat. Maka tutuplah auratmu jangan kau bangga atas syetan yang ada atas dirimu.
Cantik, ijinkanku menunduk.
Mataku adalah panah-panah syetan yang ingin menghujamku lewat fitnah auratmu, apakah tak malu dengan pandangan-pandangan  yang menatapmu penuh dengan keinginan? atau kau memang mau auratmu dipandangan karna kau tak pernah mau tahu dengan kemulianmu?
Cantik, ijinkanku menunduk.
Kau memang cantik, kua akui itu. Tapi maaf, kecantikan semu mu telah menutupi keindahan hatimu. Tanpa hijab yang melapisi auratmu kau tak akan pernah merasakan nikmat atas kuasaNya. Dengan hijabmu tanpa kemulianmupun kau hanya ada diatas kehampaan. Maka bantulah kami dengan kesantunanmu.
Cantik, ijinkanku menunduk.
Dari pesona harapan yang membuatku terbuai dan terlalaikan. Bukankah aku juga manusia lemah dan kau manusia penuh pesona, tak mampu kubertahan dengan segala pesona auratmu. Segala upaya kupenuhi agar mata ini menjauh dari pesonamu, tapi ku belum mampu bila kau yang menginginkan mata ini menatapmu. Tidak cantik..tidak..kau tahu kami memang belum sanggup tapi kami berusaha untuk bisa.
Maka Cantik, ijinkanku menunduk.
Menunduk dari segala godaan syetan yang membuatku selalu ingin menatapmu syahdu. Kau perhiasan terindah di dunia ini, ku tak mau dengan mataku ini kau merasa terendahkan. Maka jagalah iffah dan izzahmu dengan semua keteguhan imanmu. Jangan robohkan keimanaku dengan kenistaan, bantulah kami.
Cantik..kau memang teramat cantik, maka ijinkanku menunduk dari panah-panah syetan.
Wallahua’lam bish Shawwab.

-bukan muslimah biasa-

say no to "ikhwit" dan "akhwit'

Bismillahirrahmanirrahim..
” Ukhti, statusmu itu lho selalu membuatku bersemangat, jantungku berdebar-debar, pokoknya ana bangga mengenal ukhti. Maukah ukhti menjadi orang yang mengajarkan ana tentang ilmu…bla..bla..bla..” akhirnya nafsu berbicara.
***
” Akhi, ana kagum dengan status-status akhi di Facebook, jujur saja sana membutuhkan orang yang mau membimbing ana dunia akhirat…bla..bla..bla..” kucing dikasih ikan, susah ditolak.
-o0o-
Kali ini saya ingin menulis masalah “Ikhwit” (Ikhwan Genit) dan “Akhwit” (Akhwat Genit), karna masalah ini ternyata masih banyak yang tidak menyadarinya.
Seorang ” Ikhwit” sangat senang membuat status-status ‘islami” , namun dibelakang itu semua masih suka chating dengan wanita yang bukan mahram dengan kata-kata mesra, merayu, bahkan membawa agama demi memperlancar aksinya.
Seorang “Ikhwit” akan dengan gencar memakai sok ‘arab’ meski yang dia tahu hanya kata, akhi dan ukhti, juga kata Ta’aruf. Karna menurutnya itu cukup untuk menggaet seorang akhwat dalam rayuan mautnya, mengenalkan sejurus tipu daya syetan. Lalu mengajak wanita untuk ta’arufan padahal ngajak pacaran
Seorang “Ikhwit” akan terus terlihat sempurna didepan akhwat, kata-katanya yang dibuat bijak, atau mengambil dalih-dalih, terlihat sepintar mungkin. Ini semua dilakukan untuk menggaet kaum hawa yang memang mudah terjebak dalam rayuan apalagi kalau melihat sang adam sempurna.
Seorang ” Ikhwit” akan senang dengan chating dengan para akhwat, alasannya sih dakwah, tapi yang dibicarakan jauh dari dakwah. Rayuan-rayuan yang dibungkus dengan gaya-gaya islami semisal : ukhti, jangan lupa sholat tahajjud, doakan saya dan tentu ukhti akan selalu saya doakan agar segera..bla..bla..bla.
***
Seorang “Akhwit” akan selalu berdandan secantik mungkin, untuk menarik si ikhwan terutama ikhwan genit. Dengan pesonanya dia mampu menggaet setiap ikhwan yang menatapnya penuh harap.
Seorang “Akhwit” senang sekali membalas rayuan seorang ikhwan tertuama para ikhwit yang memang sama-sama genit. Tak ada hijab, tak ada adab, tak ada rasa malu. Mereka saling merayu dan bergembira dengan syetan.
Seorang “Akhwit” akan senang dengan kata-kata sok islami untuk mengundang para ikhwit. Bahkan dibumbui kata-kata mesra yang dibungkus secara rapi dengan kata islami yang menyejukkan.
Seorang “Akhwit” sangat senang diberi perhatian lebih, digoda, dirayu. Bahkan membalasnya dengan tak kalah mesra, tak kalah mendayu sehingga ikhwit terpana dengan kata-katanya.
Seorang “Akhwit” senang dengan memperlihatkan lekuk-lekuk auratnya walaupun rambut tertutup kerudun tapi badan berlapis pakaian serba ketat. Menjadikan hal yang wajar seolah-olah bahwa islam memperbolehkannya asalkan aurat tertutup meski dengan pakaian serba ketat.
***
Mari kita perbaiki diri dengan sebaik-baiknya perbaikan, bukan hanya memperbaiki diluarnya saja namun dibelakang masih suka dengan hal-hal maksiat. Meski manusia tidak melihatmu berbuat, yakinlah Allah Azza Wa Jalla melihat perbuatanmu.
Azzam kan diri kita untuk baik dihadapan Allah Azza Wa Jalla, bukan hanya karena dilihat manusia kita menjadi baik. Beranikan diri kita untuk menolak kemaksiatan dalam bentuk apapun, dan jauhkan diri kita dari hal-hal yang merusak akhlaq.
Iffah dan Izzah harus selalu dijaga dan dipertahankan, jangan sampai kita termasuk dalam kriteria “ikhwit” atau ” akhwit”, apalagi didunia serba maya yang hanya dirimu dan dirinya yang tahu, ingatlah bukan hanya kita yang tahu segala yang kita perbuat. Tapi Allah selalu memperhatikan setiap detik apa yang kita lakukan.
“ Ilmu itu adalah pemimpin, takut adalah pengemudi, sedangkan nafsu adalah kuda yang mogok diantara keduanya yang menipu dan berpura-pura. Waspadalah dan jagalah dia dengan siasat ilmu dan kemudikan dia dengan ancaman ketakutan, maka engkau akan mendapatkan apa yang engkau harapkan.”( Umar bin Utsman)
Wallahua’lam bish shawwab.


NB : Maaf bila ada yang tersinggung, ambil yang baik dan buang yang buruk. Tanamkan kebenaran dalam hatimu.
-bukan muslimah biasa-

Mutiara Yang tersembunyi

Bismillahirrahmanirrahim..
Dimanakah aku akan menemukannya, sebuah mutiara di lautan terdalam yang tertutup pasir kehidupan? Dimanakah aku akan mendapatkannya, mutiara suci yang tak pernah tersentuh siapapun? Masih adakah dia untukku?’
“Ngelamunin apa sih bang?” aku menoleh ke belakang. Kudapati Nabila sudah ada di sampingku.
“Nggak ngelamunin apa-apa kok dik!”
“Cerita donk bang? Masa sama Nabila nggak mau cerita.”
“Abang lagi mikirin seseorang yang akan dampingi abang,”aku kembali menerawang langit pagi yang berwarna gelap. Hujan yang akhir-akhir ini sering mengguyur bumi, membuatku ikut terlena olehnya.
“Abang udah dapat calon?” Nabila langsung duduk dihadapanku.
“Belum!”
“Yah abang, kirain udah dapat calon. Belum ada calonnya tapi udah dibayangin segala,”kata Nabila protes.
“Abang bukan bayangin kecantikan atau fisiknya, dik. Tapi abang takut nggak kebagian wanita shalihah.”
“Wanita kan banyak bang, kenapa harus wanita shalihah kan susah nyarinya dijaman sekarang?”
“Susah karena mereka terjaga dengan baik, tersembunyi dengan sempurna sebelum ada laki-laki yang mendatangi dan menghalalkannya. Memang adik sendiri nggak mau menjadi shalihah?”
“Wanita mana yang nggak mau menjadi wanita shalihah tho bang!”
“Justru itu berarti memang masih ada harapan bahwa wanita shalihah itu ada, namun mereka bagaikan mutiara yang tersembunyi. Tinggal abang saja bisa kebagian atau nggak.”
“Kenapa abang takut nggak kebagian? bukannya laki-laki yang baik untuk wanita yang baik begitu pula sebaliknya. Kalau sampai mutiara tersembunyi itu nggak abang dapatkan keberadaannya, berarti abang memang nggak berhak untuknya atau bahkan abang nggak pantas mendapatkan mereka.”
Aku tertegun mendengarkan ucapan Nabila. Tepat sekali apa yang dikatakannya, bukankah Allah menjanjinkan wanita shalihah untuk laki-laki shalih. Kalau aku nggak mendapatkan wanita shalihah, berarti aku nggak shalih donk.
“Bang, berarti tugas abang sekarang harus bisa menshalihkan diri kalau mau mendapatkan wanita shalihah,”kata Nabila lagi.
“Kamu juga dik!”
Aku cengengesan melihat muka adikku cemberut, nasehatnya berbalik untuk dirinya juga.
***
Kutelusuri jalanan panas dengan kakiku menuju halte bus, menunggu bus ke tempatku mengajar menjadi rutinitasku setiap pagi.
Deg!
Seorang wanita cantik memakai jilbab berwarna merah muda, duduk di pojok halte. Aku berdiri tak jauh darinya. Aku kembali meliriknya, kemudian menatap ke depan. Lagi-lagi aku meliriknya, sepertinya dia curiga bahwa ada yang mengintip dirinya dari sudut mataku.
Aku beristighfar sambil menggelengkan kepalaku, apa yang aku lakukan? tak pantas aku meliriknya seperti itu, bukankah aku harus menjaga mata ini. Masyaallah..mataku terasa berat berpaling darinya, pasti pemberatnya adalah nafsuku yang dikendalikan syetan.
Aku bergegas menaiki bus yang telah kunanti. Tak bisa lepas pikiran ini tertuju pada wanita berjilbab merah muda tadi.
Yaa Allah, jauhkan aku dari nafsu yang mampu menodai cinta yang Kau anugrahkan padaku. Dia bukan milikku, tak pula aku miliknya. Bahkan kita tak pernah sekalipun bertemu sebelum ini. Maka jauhkan dia dari kelopak mata hatiku bila dia bukan jodohku.
***
“Dijodohin? sama siapa Ummi?”aku terkejut ketika ummi tiba-tiba mengajakku untuk melihat wanita yang akan dijodohkan denganku.
“Cihuy, abang Fadhil mau dijodohin!” Nabila ikut mengompori ummi.
“Udah ikut saja kamu, ndak usah banyak tanya-tanya. Nanti bisa langsung tanya sama orangnya.”
***
“Subhanallah, dia kan…”
“Kenapa bang?”
“Abang pernah bertemu dengannya di halte bus beberapa hari yang lalu.”
Aku melihat wanita berjilbab merah muda itu berdiri dihadapanku, sedang meletakkan minuman di meja untuk suguhan kami.
“Nah yang ini namanya Maya, dia adiknya Aisyah yang nanti jadi calonnya nak Fadhil kalau memang ‘jadi’ “kata umminya Maya.
Agak kecewa hatiku ketika tahu Maya bukan jodohku, padahal waktu pertama kali bertemu dengannya aku jatuh cinta padanya. Namun kuazzam kan kembali diriku, Allah telah mengatur skenarionya dan pasti sempurna. Aku yakin itu.
Seorang wanita keluar dari sebuah ruangan, dengan anggun berjalan perlahan menuju tempat orang tuanya duduk. Aku dengan cepat menundukkan pandanganku.
“Ini yang namanya Aisyah, nak Fadhil”
Aku mengangkat kepalaku untuk melihat Aisyah. Subhanallah..wanita yang sangat cantik dengan jilbab hijau yang membalut auratnya, kuakui kecantikannya melebihi adikknya. Inikah mutiara yang Allah sembunyikan, dan aku lah yang Allah pilih untuk menemukannya.
Ternyata janji-Mu adalah Pasti, yaa Robb. Kujaga pandanganku, kujaga kemaluanku, kujaga hawa nafsuku dengan syariat-Mu. Dan kini Kau berikan ganti dari kepayahanku dengan mutiara terindah. Mutiara yang Kau sembunyikan untukku, wanita shalihah yang selama ini kudambakan. Kini telah menjadi istriku.
Wallahua’lam bish shawwab.

-bukan muslimah biasa-

merelakannya untuk-NYA

Bismillahirrahmanirrahim..
Harapan itu seolah-olah sirna, aku melihatnya "bergandengan tangan dengan orang lain." Bukankah dia tahu bahwa aku mengharapkannya, namun mengapa dia tidak peduli bahwa aku sangat mencintainya.
Apakah yang selama ini dia berikan untukku bukan sebentuk kasih sayang nya? Sungguh aku masih berharap dia memberikan cintanya padaku, bukan pada yang lain. Tak ada yang lain yang mampu mengisi hidupku.
***
Kebutaanmu terhadap pemberian makhluk seakan-akan lupa bahwa Allah lah yang memberi ini semua. Kamu sering kali berharap-harap pada makhluk-Nya dan terlupa bahwa ada yang lebih pantas untuk diharapkan.
Rasa peminta minta yang ada di dirimu pada makhlukNya kadang kala membuat hatimu meradang, terluka, namun kamu tak peduli karena kamu merasa bahwa makhluk-Nya lebih mampu  memberi. Itukah dirimu?
Harusnya kamu malu, meminta-minta selain pada-Nya. Bukankah hanya Dia yang mampu mengabulkan setiap permintaanmu. Mengapa kamu masih suka meminta-minta sebelum kamu melihat kemurahan-Nya?
Kebiasaanmu meminta tidak diimbangi kebiasaanmu memberi, mengapa meminta begitu mudah sedangkan memberi begitu sulit kamu lakukan? Itu karena rasa ikhlasmu untuk tunduk pada-Nya masih sebatas keinginanmu agar dikabulkan olehNya, bukan menjadi sebuah kebutuhanmu yang memang dengan ketundukanmu, Dia mengabulkan keinginanmu.
Coba renungkan, seberapa banyak kamu mengadu pada-Nya disaat kamu meminta sesuatu dan seberapa banyak kamu memberi pengorbananmu untuk-Nya? Keinginanmu jauh lebih banyak ketimbang pengorbananmu, karena ketika kamu sedih dan membutuhkanNya, kamu mendekatiNya. Lalu apakah kamu masih mendekati-Nya ketika kamu dalam keadaan berbahagia?
Sungguh keadilanmu perlu kamu perbaiki, padahal kamu tahu tak ada lagi yang harus kamu harapkan selain kemurahan-Nya. Bilakah kamu kecewa pada makhluk-Nya, maka kurangilah mengharap terhadap sesuatu yang membuatmu kecewa. Makin sedikit harapan pada makhluk-Nya. Makin sedikit kekecewaan yang akan mendatangimu.
Bila semua yang ada di dunia kamu senangi termasuk cinta pada makhluk-Nya tanpa di naungi cinta-Nya, maka bersiaplah kekecewaan dan kesedihan selalu mendampingimu. Bukankah kamu tahu ada yang Dzat yang tidak akan pernag mengecewakanmu?
Yaa..beralihlah untuk berharap pada Allah Azza Wa Jalla, karena hanya Dia lah yang mampu menampung setiap harapan dan keinginanmu. Tapi ada sebab tentu ada akibat, bila kamu ingin mendapatkan kemurahan-Nya, tentu kamu harus mau berkorban untuk-Nya, mentaati segala kehendak-Nya. Karena tentu semua ini hanya untuk kebaikanmu bukan untuk-Nya.
Bila kamu cerdas, maka kamu akan segera berjalan pada-Nya dengan bergegas. Sebab keindahan dunia yang kerap kali membutakanmu terlebih dibutakan oleh cinta, tak akan pernah membuatmu puas.  Sungguh hanyalah penyesalan yang akan kamu dapatkan karena mengabdi pada cinta yang tidak abadi. Tapi sungguh berbahagialah bagi kamu yang meraih dunia untuk merengkuh yang di akhirat, tentu karena hal ini diakibatkan kecintaanmu pada-Nya.
Maka yakinkanlah dirimu, lepaskanlah, relakanlah kecintaan pada makhluk-Nya berganti dengan kecintaan pada-Nya. Cinta yang sejati hanyalah untuk-Nya, dari-Nya dan milik-Nya, sedangkan kecintaanmu pada makhluk-Nya hanyalah pantulan dari cahaya cinta-Nya.
Wallahua’lam bish Shawwab.

-Bukan Muslimah biasa-

Fitnah dunia????

Bismillahirrahmanirrahim..
” Aku nggak mau dibilangin fitnah dunia, enak saja !” katanya sedikit merengut.
” Kalau nggak mau yaa jaga pandangan, tutup aurat yang bener, kalau ngomong dijaga, jaga sikap juga tuh,” kataku.
” Lho kok aku yang disuruh semuanya, ribet ya jadi cewek. Salahnya sendiri cowok-cowok pada mau ngelihatin, harusnya mereka yang jaga pandangan, jangan suka melotot kalau lihat cewek cakep kayak aku”
” Ngapain kamu nyalahin mereka, yang harusnya kamu jaga itu dirimu sendiri. Kamu sendiri ngapain coba pakai pakaian ketat, jalan lenggak-lenggok, dandan sampai menor, kalau nggak buat dipamerin ke cowok-cowok, terus buat apaan? kamu sendiri yang bilang, beli make up kalau nggak dipakai yaa basi, ” kataku panjang lebar.
Ku lihat sahabatku tertunduk, entah apa yang ada dipikirannya. Tapi ku yakin, kebenaran harus tetap ku sampaikan.
Tak sedikit mungkin wanita yang merasa terdiskreditkan atau merasa dipojokkan tentang hal ini, tapi tahu kah kamu kalau kamu sedang berproses untuk mengenali dan memahami masalah ini.
Sahabat mungkin sangat ingat dengan segala kisah pada masa orang-orang jahiliyah yang mengubur anak perempuannya hidup-hidup, mereka merasa anak perempuan adalah aib bagi keluarga, padahal istri-istri mereka adalah perempuan.
Islam mengangkat derajat kaum wanita, memuliakan mereka, juga menyelamatkan ‘eksistensi’ mereka di dunia ini. Islam datang untuk menyelamatkan kaum wanita dari kekejaman dunia sebelumnya.
Kalau memuliakan kenapa Wanita menjadi sumber fitnah?
Rasulullah  bersabda “Sepeninggal ku tidak ada fitnah yang lebih besar daripada wanita” (HR Bukhari, HR Muslim)
Islam sangat memuliakan wanita termasuk kamu, tapi dirinyalah yang enggan memuliakan dirinya sendiri.
Memakai pakaian serba ketat, pamer aurat, bergosip, memakai parfum berlebihan, bahkan berlenggak lenggok dihadapan kaum Adam. Ini semua hanya agar kaum Adam terpesona, terkagum-kagum, atau mungkin menanti godaan dari mereka.
Jangan menyalahkan mereka karna tidak bisa menjaga pandangan, tapi coba bercermin pada dirimu sendiri. Tak mungkin ada asap, kalau tiada api. Jelaslah sudah dengan sabda Rasulullah bahwa kamu adalah sumber fitnah, tapi kamu enggan menghindari fitnah itu. Justru kamu ikut mengalir memasuki dunia fitnah..Astagfirullah..
Terus gimana biar tidak jadi sumber fitnah ?
Sulit tapi mungkin dan kaum hawa harus siap berusaha untuk menghindar dari kejahatan fitnah yang mendera.
-*- Pakaian.
Saya yakin, kamu sudah paham dengan kewajiban menutup aurat. Semua maksiat berawal dari pandangan, jadi bagaimana mungkin kamu mau menjaga diri dari fitnah sedangkan kamu rela aurat mu menjadi sumber fitnah dengan dipandang para ikhwan genit.
-*- Bergosip.
Betapa mudah kamu memakan bangkai saudaramu sendiri bahkan tidak jijik padahal kamu merasa jijik jika memakan bangkai binatang. Ini lah yang membuat fitnah kaum hawa menjadi sangat nyata, karna sesungguhnya wanita sangat dekat dengan pergosipan. Lihatlah, banyak kaum hawa rela berjam-jam menonton televisi atau berkumpul dengan kaumnya hanya untuk memperbincangkan orang lain. Masyaallah..
Hindarilah bahkan jangan sampai kamu duduk bersama orang-orang penebar ghibah ini.
-*-  Betahlah di rumah.
Bila memang tidak ada keperluan, lebih baik kamu ada di rumah. Bukankah Rasulullah bersabda tempat terbaik wanita adalah di rumah. Syetan-syetan yang ada diseluruh tubuhmu, sangat memungkinkan untuk merayu para mata untuk memandangmu.
Mungkin kamu memang sudah menutup setiap senti aurat yang ada di tubuhmu, tapi kamu tidak bisa menutup mata mereka untuk tidak memandangmu. Biarlah urusan mereka yang memandangmu adalah urusan mereka dengan Allah, yang penting kamu sudah mampu menutup aurat.
So..lebih baik di rumah bila memang tidak ada keperluan apapun.
-*- Menikahlah.
Menikah yang jadi idaman setiap wanita merupakan salah satu sumber penutup fitnah, kamu jadi bisa berdandan sepuasnya hanya untuk dihadapan suami, juga untuk menyenangkan suami. Justru disinilah nilai ibadah yang bisa kamu petik.
So..kaum hawa, mari berusaha untuk tidak menjadi sumber fitnah yakni menjadi wanita shalihah, perhiasan terindah di dunia dan akhirat.
Menjadi wanita itu indah, memjadi muslimah itu indah, menjadi mukminah jauh lebih indah, namun menjadi shalihah adalah pilihanmu.

Sabtu, 19 Maret 2011

kamuflaseku............

Add caption
aq tersenyum bukan berarti aq bahagia
bukan berarti aq senang dan ceria
semua itu hanya pemanis bibir
aq tertawa bukan berati aq suka cita
atau aq berbahgia
semua hanya sebagai pelita jiwa
senyum yg selalu menghiasi hariku hanya sebuah ilusi semata
hanya hiasan semata hanya sebagai penyejuk bagi yang melihatnya
tawa yang aq berikan hanya sebagai tawa renyah
hanya sebagai penawar duka bagi yang mendengarnya
hanya sebuah pelipur jiwa
semua senyum dan tawa yang menghiasi hariku
hanya sandiwara semata sebuah kepalsuan sebagai pelipur jiwa
sesungguhnya semua senyum dan tawa itu tak berati
tak sesuai dengan yang semestinya
aq tersenyum manis,
padahal sesungguhnya jiwaku begitu kelam dan pahit
begitu sendu dan pilu
aq tertwa renyah,
padehal jiwaku menangis
bathinku tersiksa dan asa ku berduka
senyum dan tawa yang aq hiaskan hanya sebagai suatu hadiah
buat yang melihatnya agar mereka tak melihat
dan tak tahu apa yang aq alami
agar mereka tak merasa sedih atau menjauh dariku
aq tersenyum dan tertawa hanya sebagai pelita dan pencerah
sebagai ilusi dan kreasi diri kepada sesama
agar airmata ini hanya menetes direlung jiwa ini
hanya mengalir mengikuti darah ini
hanya bergema di dalam hati ini dan hanya beronak didalam nadi ini
karena aq ingin semua bahagia melihatku
meski sesungguhnya mereka tak tahu sebenarnya apa yang terjadi
dan apa yang aku alami
Dalam lamunan malam..daku terlena harapan yg penuh kepalsuan..pilu hatiku menangis..pedih jiwaku lara..sakit ragaku merintih..duhai Sang Lentera jiwa..beri daku kekuatan dalam kuasaMu..beri daku setetes embun dalam dahagaku..daku lelah merintih dalam pahitnya kenyataan hidup..daku ingin semua tau aku bukan insan lemah yg meminta belas kasihan..ragaku sakit tapi semangatku akan selalu bergema didunia ini..lewat udara suara hatiku terbaca..lewat puisi tersimpan seribu kata2 misteri yg penuh teka~teki..daku biarkan angin malam membawa suara hatiku terbang menikmati kelamnya langit dinginya udara, hanya padaMU wahai Sang Maha Pengabul harap aq gantungkan asaku.

Curahan Hati sang mentari

Pagi itu..Sang surya tak seperti biasanyaMembawa kehangatan dan kebahagiaankepada semua makhluk yang di sapanya..pagi itu..sang surya tak sehangat biasanyacahayanya redup, sapaannya dingin..hai sang surya.. ada apa gerangan denganmu?Sang surya pun bercerita..

…..“aku sangat sedih..sedih sekali..Dulu.. saat aku terbit, aku mendengar tasbih, tahmid, takbir dan istighfarDari hamba-hamba Rabb-ku yang senantiasa berdzikirDan mereka menyambutku dengan segenap rasa syukur..Tapi kini..Aku tak mendengar lagi suara-suara itu..Yang aku dengar hanyalah celaan dan dengkuranMereka mencelaku karna mengganggu dengkuran mereka..Tasbih, tahmid dan dzikir yang dulu slalu kudengar kini sudah tak adaPadahal dulu, semua itu membuatku bersemangat untuk terbit di pagi hari..Kini yang kudengar hanyalah dengkuran, musik dan nyanyianDulu mereka gunakan cahayaku untuk membaca Al-Qur’anTapi kini mereka gunakan cahayaku hanya untuk baca KoranKalau bukan karna perintah Rabb-ku, nisacaya aku tak mau lagi berjalanRasanya aku ingin sekali untuk berhenti bersinar..Aku rindu orang-orang yang dulu ku dengar suaranyaYang senatiasa menyambutku dengan lantunan dzikir, do’a dan Al-Qur’an….”Setelah itu sang surya diam seribu bahasa.. dan akhirnya menangis hinggaAir matanya barcucuran membasahi bumi.. 

Uhhibukum Fillah

Seandainya bisa ku ucap cinta dengan bahasa lisan

Maka akan ku katakan aku mencintaimu

Seandainya bisa ku bahasakan cinta lewat bahasa tubuhku

Mungkin kan ku ucap cinta dalam tiap gerakanku

Seandainya pun aku bisa membahasakan cintaku

Lewat indera penglihatanku

Maka akan ku beri tahu lewat sorot mataku

Segenap cinta yang memenuhi jiwaku

Ikhwah fillah, aku mencintaimu karena Allah

✿¸.•❤•.❀.ƸӜƷ.❀.•❤•.¸✿

Ikhwah fillah…

Jalan dakwah akan terasa amat panjang

Jika kau hanya berjalan sendiri tanpa bergandengan tangan


Ikhwah fillah…

Jalan dakwah akan teramat sunyi

Jika kau hanya mengarunginya sendiri


Wahai ikhwah…

Amanah dakwah memang terasa begitu sulit

Jika tak ada jalinan ukhuwah yang akan saling meringankan

Pupusnya semangat dakwah di tengah perjuangan

Itu pun kan jadi halangan yang akan s’lalu menggoyahkan


Bagaikan sebuah pohon

Kita adalah ranting-ranting dan daunya

Ada ranting yang kuat dan ada ranting yang rapuh

Ada batang yang besar dan ada pula yang kecil

Begitu juga pada daun…

Ada yang segar dan ada pula yang kering

Namun, karena kita adalah satu tubuh

Kita akan saling menopang dan saling menguatkan

Walau akan ada daun-daun yang berguguran

Tapi kita punya pucuk-pucuk daun

Yang akan terus bermunculan dengan kesegaran

Dan ghirohnya yang baru


Ikhwah fillah…

Sungguh suatu anugerah yang tiada terhingga

Allah memberikan nikmat kebersamaan pada diri kita

Kita dipertemukan dalam taman dakwah yang dipenuhi cinta-Nya

Bila saja kerinduan hati pada Illahi dan RasulNya tertaut dalam butir-butir niat sukma

Yang menjelma pada azam yang tiada tara terteduh dalam fitrah jiwa, lewat perjuangan

Di jalan-Nya…


Maka biarkanlah…

Relakanlah peluh keringatmu bercucuran, mengikis habis simpanan kekuatan, menguras habis pikiran, menyita semua waktumu, mengambil hak kepentingan pribadimu, mengobrak-abrik jadwal istirahatmu, ataupun menggusur waktu-waktu luangmu…


Ikhlaskanlah ikhwah fillah…

Mungkin satu tetes keringatmu, bisa membawa perubahan

Mingkin tenagamu, ‘kan memberi keringanan

Mungkin kerja keras otakmu, dapat menemukan sebuah jalan pembaharuan

Dan mungkin pula…

Pengorbanan waktumu, kan memberi semangat pada saudaramu, begitu pula keikhlasanmu tuk dahulukan kepentingan jamaah akan mengokohkan ruhiyah

Dan kerelaaanmu untuk bergabung dalam aktivitas dakwah akan membawa berkah,

Anugerah, hidayah, cinta dan juga ukhuwah…


Adakah balasan yang tak sepadan?

Dan apakah ada pengorbananmu yang kan sia-sia?


Tidak ikhwah, janji Allah tlah pasti, maka yakinlah…

Sungguh di setiap kesulitan dan kepayahan Allah selipkan suatu kemudahan

Sungguh di tengah kesedihan dan kegalauan, Allah limpahkan perhatian

Sungguh benar ada diantara masalah dan tantangan dakwah,

Allah berikan jalan keluar, Allah limpahkan petunjuk dan juga bimbingan

Untuk selalu berada di jalanNya yang lurus


Mari segenap hati-hati kita melayangkan risalah cinta kepada sang kekasih hati,

Sang pecinta sejati, yang Maha Pemurah, Maha Pengasih, Maha Mengetahui, dan yang Maha segala-galanya, pencipta alam semesta, Allah Subhanahu wata’ala

✿¸.•❤•.❀.ƸӜƷ.❀.•❤•.¸✿

Robbi…

Bimbing diri ini menuju cintaMu, menggapai mahligai mahabbah RasulMu

Jadikan getar-getar kerinduan ini terpatri dalam diri siapapun yang mampu menitiskannya dalam jalan dakwahMu…


Robbi…

Satukan hati kami dalam ikatan hati, jalinan ukhuwah dalam jalan dakwah ini. Saling mengingatkan, saling menasehati, dan saling menguatkan. Sesungguhnya kami adalah bersaudara (QS. 49:10)

Lembutkan hati-hati kami hingga kami selalu peka dengan keadaan saudara-saudara seiman kami…

Kuatkan iman kami hingga kami semakin mantap dalam menjalani amanah dakwah yang dipercayakan pada kami…

Arti Sebuah Kesetiaan

Eko Pratomo Suyatno, siapa yang tidak kenal lelaki bersahaja ini? Namanya sering muncul di koran, televisi, di buku-buku investasi dan keuangan. Dialah salah seorang dibalik kemajuan industri reksadana di Indonesia dan juga seorang pemimpin dari sebuah perusahaan investasi reksadana besar di negeri ini.

Dalam posisinya seperti sekarang ini, boleh jadi kita beranggapan bahwa pria ini pasti super sibuk dengan segudang jadwal padat. Tapi dalam note ini saya tidak akan menyoroti kesuksesan beliau sebagai eksekutif. Karena ada sisi kesehariannya yang luar biasa!!!!

Usianya sudah tidak terbilang muda lagi, 60 tahun. Orang bilang sudah senja bahkan sudah mendekati malam, tapi Pak Suyatno masih bersemangat merawat istrinya yang sedang sakit. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Dikaruniai 4 orang anak.

Dari isinilah awal cobaan itu menerpa, saat istrinya melahirkan anak yang ke empat. tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Hal itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.

Setiap hari sebelum berangkat kerja Pak Suyatno sendirian memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi dan mengangkat istrinya ke tempat tidur. Dia letakkan istrinya di depan TV agar istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya sudah tidak dapat bicara tapi selalu terlihat senyum. Untunglah tempat berkantor Pak Suyatno tidak terlalu jauh dari kediamannya, sehingga siang hari dapat pulang untuk menyuapi istrinya makan siang.

Sorenya adalah jadwal memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa saja yg dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa menanggapi lewat tatapan matanya, namun begitu bagi Pak Suyatno sudah cukup menyenangkan. Bahkan terkadang diselingi dengan menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun. Dengan penuh kesabaran dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati mereka. Sekarang anak- anak mereka sudah dewasa, tinggal si bungsu yg masih kuliah.

Pada suatu hari…saat seluruh anaknya berkumpul di rumah menjenguk ibunya– karena setelah anak-anak mereka menikah dan tinggal bersama keluarga masing-masing– Pak Suyatno memutuskan dirinyalah yang merawat ibu mereka karena yang dia inginkan hanya satu ‘agar semua anaknya dapat berhasil’.

Dengan kalimat yang cukup hati-hati, anak yang sulung berkata:

“Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak……bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu.” Sambil air mata si sulung berlinang.

“Sudah keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak, dengan berkorban seperti ini, kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”. Si Sulung melanjutkan permohonannya.

”Anak-anakku…Jikalau perkawinan dan hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah lagi, tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian di sampingku itu sudah lebih dari cukup,dia telah melahirkan kalian….*sejenak kerongkongannya tersekat*… kalian yang selalu kurindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat dihargai dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini ?? Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya seperti sekarang, kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yang masih sakit.” Pak Suyatno menjawab hal yang sama sekali tidak diduga anak-anaknya

Sejenak meledaklah tangis anak-anak Pak Suyatno, merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh di pelupuk mata Ibu Suyatno..dengan pilu ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya itu……

Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Pak Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa-apa….disaat itulah meledak tangisnya dengan tamu yang hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru.

Disitulah Pak Suyatno bercerita : “Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian itu adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 anak yang lucu-lucu..Sekarang saat dia sakit karena berkorban untuk cinta kami bersama… dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit…” Sambil menangis

” Setiap malam saya bersujud dan menangis dan saya hanya dapat bercerita kepada Allah di atas sajadah..dan saya yakin hanya kepada Allah saya percaya untuk menyimpan dan mendengar rahasia saya…”BAHWA CINTA SAYA KEPADA ISTRI, SAYA SERAHKAN SEPENUHNYA KEPADA ALLAH”.   (R.O)


(Note ini saya copy dari note seorang kawan, karena saya merasa note ini bagus sekali, maka tanpa seizinnya saya repost note ini agar membawa manfaat kepada lebih banyak orang )

kala dosa itu terulang kembali

Selalu ku sesali dosa Dan selalu ku ulang kembali Dan Kau masih memberi kebahagiaan Ku bukan hamba pilihan

Allah berfirman

Wahai manusia Aku heran pada orang yang yakin akan kematian Tapi ia hidup bersuka ria Aku heran pada orang yang yakin akan pertanggung jawaban segala amal perbuatan di akhirat. Tapi ia asyik mengumpulkan dan menumpuk harta benda Aku heran pada orang yang yakin akan kubur Tapi ia tertawa terbahak-bahak Aku heran pada orang yang yakin akan adanya alam akhirat tapi ia menjalani kehidupan dengan bersantai-santai Aku heran pada orang yang yakin akan kehancuran dunia Tapi ia menggandrunginya Aku heran pada intelektual yang bodoh dalam soal moral Aku heran pada orang yang bersuci dengan air sementara hatinya masih tetap kotor

Aku heran pada orang yang sibuk mencari cacat dan aib orang lain Sementara ia tidak sadar sama sekali terhadap cacat yang ada pada dirinya sendiri Aku heran pada orang yang yakin bahwa Allah senantiasa mengawasi segala perilakunya Tapi ia berbuat durjana Aku heran pada orang yang yakin akan kematiannya kemudian akan tinggal dialam kubur seorang diri lalu dimintai pertanggungjawaban seluruh amal perbuatannya Tapi ia berharap belas kasih dari orang lain

Sungguh tiada Tuhan selain Aku dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Ku

Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Aku tiada sekutu bagi-Ku dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Ku

Barang siapa tidak mau menerima suratan nasib yang telah Aku putuskan Tidak bersabar atas segala cobaan yang Aku berikan Tidak mau berterimakasih atas segala nikmat yang Aku curahkan Dan tidak mau menerima apa adanya atas segala yang Aku berikan Maka sembahlah Tuhan selain Aku

Barang siapa yang susah karena urusan dunia Sama saja ia marah kepada-Ku Barang siapa menggaduhkan musibah yang menimpa dirinya pada orang lain Ia sungguh-sungguh berkeluh kesah keapda-Ku Barang siapa tidak bertambah tingkat penghayatan keagamaannya Sungguh ia dalam keadaan selalu berkurang Barang siapa terus-menerus berkurang Kematian adalah jauh lebih baik baginya

Allah berfiraman

Wahai manusia Terimalah anugerah yang Aku berikan dengan lapang dada Maka engkau tidak akan berharap pada pemberian orang lain Tinggalkanlah rasa dengki Maka engkau akan terhindar dari kegelisahan hidup Hindari perbuatan haram Maka engkau akan aman dari kerancuan dalam beragama Barang siapa mampu menjaga diri dari membicarakan kejelekan orang lain Maka kecintaan-Ku akan Ku anugerahkan kepadanya

Barang siapa mengisolasikan diri dari kerumunan orang Maka ia akan terhindar dari pengaruh jeleknya Barang siapa mampu membatasi diri dari berbicara yang tidak ada gunanya Itu menandakan kematangan akalnya Barang siapa menerima dengan lapang dada atas pemberian Allah yang sedikit Maka ia penuh percaya kepada Allah Allah berfirman Wahai manusia

Barang siapa berduka karena persoalan dunia Maka ia hanya akan kian jauh dari Allah Kian nestapa di dunia dan semakin menderita di akhirat Allah akan menjadiakan hatinya orang tersebut dirundung duka selamanya Kebingungan yang tak berakhir Kepapahan yang berlarut-larut dan angan-angan yang selau mengusik ketenangan hidupnya.

Wahai manusia Hari demi hari usia mu kian berkurang Sementara engkau tidak menjaga darinya Setiap hari Aku mendatangkan rizki kepadamu Sementara engkau tak pernah memuji-Ku Dengan pemberian yang sedikit Engkau tidak pernah mau lapang dada Dengan pemberian yang banyak Engkau tidak juga pernah merasa kenyang

Wahai manusia Setiap hari Aku mendatangkan rizki untuk mu Sementara setiap malam malaikat datang kepada-Ku dengan membawa catatan perbuatan jelekmu Engkau makan dengan lahap rizki-Ku Namun kau tak segan-segan pula berbuat durjana ke pada-Ku Aku kabulkan jika engkau memohon kepada-Ku Kebaikkan Ku tak putus-putus mengalir untuk mu Namun sebaliknya catatan kejelekan mu sampai kepada-Ku tiada henti Akulah pelindung terbaik untukmu Sementara engkau hamba terjelek bagi-Ku Kau raup segala apa yang Ku berikan untukmu Kututupi kejelekan demi kejelekan yang kau perbuat secara terang-terangan

Aku sungguh malu kepadamu Sementara engkau sedikitpun tak pernah merasa malu kepada-Ku Engkau melupakan diri-Ku dan mengingat yang lain Kepada manusia engkau merasa takut Sedang kepadaku engkau merasa aman-aman saja Pada manusia engakau takut dimarahi Tetapi pada murtad-Ku engkau tak peduli

Selalu ku sesali dosa Dan selalu ku ulang kembali Dan Kau masih memberi kebahagian Ku bukan hamba pilihan
Lirik Nasyid By : Missile..
-kala dosa itu terulang kembali

Harga Segelas air......

bismillahirahmanirahim



“Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup” (QS. 21:30)



Ayat ini merupakan ayat popular. Kerap dikutip orang saat menyatakan betapa pentingnya eksistensi air. Tidak satu pun makhluk hidup di dunia ini yang tidak butuh air. Bahkan komponen terbesar dalam tubuh manusia dan banyak makhluk lainnya adalah air.
Air merupakan nikmat yang tiada ternilai. Proses sebuah air hingga bisa dinikmati oleh manusia sering digambarkan oleh Allah Swt dalam ayatNya dengan skema yang tidak main-main. Negeri kering nan tandus, kemudian Allah Swt kumpulkan debit air dalam sebuah wadah terbang-bergerak bernama awan. Lalu awan tersebut ditiup dan digiring menuju negeri yang Dia Swt kehendaki. Maka atas izinNya hujan pun turun membawa ribuan ton debit air. Membasahi bumi… lalu setelah itu manusia menggunakannya untuk minum, mencuci, mandi, masak dan lain-lain. Duh andai saja manusia menyadari proses ini, pasti mereka wajib bersyukur.

“Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya dari awan atau Kamikah yang menurunkannya? Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?” (QS. 56 : 68-70)


***

Seorang raja bernama Harun Ar Rasyid sedang dalam sebuah perjalanan melintasi sebuah gurun pasir menunggangi unta. Bersamanya ada sebuah lelaki bijak sang penasehat raja bernama Ibnu As Samak. Perjalanan panjang di siang yang panas. Terik matahari membuat dehidrasi dan sang khalifah pun kehausan. Pada satu tempat yang teduh, Harun ar Rasyid menepi. Disuruhnya As Samak untuk menggelar tikar dan membawa minuman untuknya.

Ibnu Samak menggelar tikar untuk sang raja dan menuangkan segelas air untuknya. Saat gelas sudah terisi oleh air, lalu Ibnu As Samak berujar, “Khalifah…, dalam kondisi panas dan tenggorokan kehausan seperti ini, andaikata bila kau tidak dapatkan air untuk minum kecuali dengan harus mengeluarkan separuh kekayaanmu, sudikah engkau membayar dan mengeluarkannya? !” Hari terik dan panas mencekat kerongkongan, tanpa pikir panjang khalifah ar Rasyid menjawab, “Saya bersedia membayarnya seharga itu asal tidak mati kehausan!”

Maka usai mendengarnya, Ibnus Samak memberikan segelas air itu dan khalifah pun tidak lagi kehausan.

Ibnu Samak lalu duduk di sisi khalifah Harun. Sejurus kemudian Ibnu Samak melontarkan pertanyaan lagi, “Khalifah, andai air segelas yang kau minum tadi tidak keluar dari lambungmu selama beberapa hari tentulah amat sakit rasanya. Perut jadi gak keruan dan semua urusan jadi berantakan karenanya. Andai kata bila kau berobat demi mengeluarkan air itu dan harus menghabiskan separuh kekayaanmu lagi, akankah kau sudi membayarnya? ” Mendengar itu, sang khalifah merenungi kondisi yang disebut oleh Ibnus Samak. Seolah mengamini maka khalifah menjawab, “Saya akan membayarnya meski dengan separuh harta saya!”

Mendengar jawaban dari sang khalifah, maka Ibnus Samak sang penasehat raja yang bijak kemudian berkomentar, “O…., kalau begitu seluruh harta yang tuan khalifah miliki itu rupanya hanya senilai segelas air saja!”



by: Gufta Ananda

Kerenkan dirimu sobat

Pasti deh banyak orang menginginkan bisa tampil menarik, ganteng atau cantik lalu ditaburi puja-puji dan decak kagum dari mereka yang melihatnya. Jujur kan kalo kamu juga pengen bisa tampil keren dengan wajah yang amboi dirindu banyak orang? Sampe-sampe buat kamu yang kebetulan punya wajah jenis PPD alias Pas Pasan Deh tetap ngotot pengen dipermak. Bila perlu operasi plastik. Cuma ati-ati aja, kalo salah bahan tuh muka malah jadi ember. wkwkwk (ups, g boleh ngakak ya, jadi malu ma Rosul nyang kl ketawa cm terlihat gigi serinya)… eh nggak ding. Sori buat yang ngerasa udah mirip sama ember. Hehehe.. abisnya punya wajah katanya fotogenik. Difoto dekat sumur malah jadi mirip timbaan (aduh sori, jangan bikin rusuh ya dengan candaan gue model gini!)
Bro en Sis, tampil keren dan jadi idola, atau paling nggak bisa dikenal orang lah, adalah perasaan dan cita-cita yang ada di lubuk hati kita yang paling dalam, kl bahase kerennye mah sunnatulloh. Buktinya, banyak orang yang secara sadar akhirnya ikut berbagai macam ajang pencarian bakat dari berbagai jenis keahlian: nyanyi, nari, olah vokal, joget (lho.. lho.. kok sama aja ya? Hehehe.. harap dipersori nih yang nulis lagi ngelantur. Maklum, kalo dikejar deadline gini jadi rada-rada slebor nih nulis. Pengen cepet beres, pengen cepet ngerjain tugas yang lain (sok sibuk). Hasilnya? Ya, kamu bisa lihat sendiri isi tulisan ini. Kalo bagus ya alhamdulillah, kalo jelek yang jangan dikritik (pletak! Hehehe.. boleh ding, silakan kritik aja selama itu bisa baik buat semuanya. Ok?)
Yup, bukti bahwa kita-kita kepengen tampil keren dan bila perlu mengundang decak kagum orang yang melihat kita, adalah kita merasa senang banget kalo dipuji orang. Ngerasa bangga en bahagia kalo sampe dinanti-nanti kehadirannya. Wuih, pokoknya jadi bintanglah. Keren kan? Langsung aja rasakan sendiri. Banyak orang pengen eksis di situs jejaring sosial macam facebook. Biar eksis rela tampil narsis. Bikin status wall yang unik-unik. Saking narsisnya kadang ngabarin (entah kepada siapa, karena mungkin temennya sih udah pada molor semua jam 12-an malam mah), bahwa dirinya tengah berada di Puncak, misalnya. Terus nulis status di wall FB gini: “@ Puncak Pass. Bakar jagung sambil ditemani kuntilanak” (hehehe ini sih dusta, Bro. Aseli).
Semua orang emang seneng kalo dihargai dan dihormati. Sebab, dalam diri manusia, siapapun dia, Alloh Swt. udah ‘nancepin’ naluri mempertahankan diri. Dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah gharizah al-baqa’. Penampakannya bisa dalam bentuk ingin dihargai, ingin dihormati, ingin diangap lebih, ingin dianggap paling hebat, ingin tetap eksis, ingin hidupnya nyaman, ingin memiliki kekuasaan, ingin diperhitungkan (kalo dianggap bilangan aja mah nggak mau, apalagi dijadikan ban serep, pasti ogah tujuh tanjakan!).
Bro en Sis judul: “Kerenkan Dirimu, Sobat!”? Ya, tentu ada alasannya. Ada maksud dan tujuan. Ada targetnya juga. Begini kalo mau diceritain sih. Manusia itu memiliki sifat-sifat yang positif dan negatif dalam dirinya. Upayakan yang muncul lebih dominan adalah sisi positifnya. Sementara yang negatifnya, kita minimalisir (sebab kalo dihilangkan banget kayaknya nggak bisa dan nggak mungkin deh). Sisi positifnya apa? Banyak. Manusia bisa berbuat baik, manusia bisa pinter, bisa menghargai, bisa menghormati, bisa diajak kerjasama, bisa dibawa mikir, bisa diminta bantuan, bisa diberikan ilmu, bisa dijadikan teman berjuang, bisa semangat dan menyemangati, bisa menjadi inspirasi, dan lain sebagainya dari semua yang positif. Kenapa ini perlu diperhatikan? Karena manusia adalah makhluk yang diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Dalam al-Quran Allah Swt menyebut: Laqod kholaqnal insaana fii ahsani taqwiim (sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya). Wuih.. coba deh bandingin ama makhluk hidup ciptaan Allah Swt yang lainnya. Pantas kita bersyukur, sobat. Maka, jangan sampe kita minim prestasi dan minim amaliah, apalagi lost iman. Jadi, kerenkan dirimu, sobat!
Tinggalkan dunia anak-anak, ya!
Dunia anak-anak memang lucu, karena yang ada di komunitas berbaginya itu adalah anak-anak. Lengkap dengan segala kelucuan, keluguan, kepolosan dan penuh rasa penasaran. Mimik muka yang innocent tapi asik dilihat, gaya bicara yang menggemaskan dan semua hal yang khas anak-anak. Usia mereka mulai dari kelas bayi, balita, sampe umur sepuluh tahunan atau sebelum baligh. But, gimana jadinya kalo dunia anak diisi komunitasnya oleh orang-orang bertubuh bongsor, berkumis dan berjenggot, & dah muncul tanda2 kdewasaan sekunder lainnya? Well, itu sih bukan lucu, bisa jadi malah nyebelin. Apalagi kalo sikapnya juga childish alias kekanak-kanakan. Hadeeeuh.. yang ada bukan nyubit gemes pipinya tapi malah bisa-bisa ditampar tuh pipi kalo bandel.
aye kadang masih nemuin tuh ada orang yang udah usia di atas 20-an tahun tetapi sikapnya masih kayak anak-anak (jadi intropeksi diri, jangan2 aye salah satu contohnye). Misalnya, susah diajak berdialog nyari solusi, nggak mudah menerima kritikan dan teguran (malah ngeresponnya langsung dengan cara memusuhi), nggak mudah hidup di lingkungan yang nggak nyaman buat dirinya (maka kalo berhubungan dengan orang lain dan suatu saat ada masalah di antara mereka, maka solusinya adalah meninggalkan masalah tersebut, bukan menyelesaikannya, karena dia ingin mencari kenyamanan menurut persepsinya), manja, orang seperti ini juga sering salah persepsi: kita niatnya ingin bantuin dia, eh, dia malah merespon inginnya dilindungi (waduuh! Cape deh!). Beda dong, membantu dengan melindungi. Nggak keren banget tuh!
From nothing to something  
Weis.. pake bahasa negerinya Wayne Rooney segala nih nulisnya, abis nih tulisan pernah terpampang dikalender tempat aye kerja, jadi keingetan terus. Sip, sekali-kali boleh lah. Bukan supaya disebut keren, tapi biar kamu juga jadi tambah wawasan, meski hanya dalam istilah bahasa. Iya nggak sih?, lumayan kan, ketimbang lumanyun, he....
From nothing to something secara kasarnya diterjemahkan sebagai “dari tiada menjadi ada” (nanya ma pakar b. inggris: bener g Ul?, bener g Wi?). Artinya pula, dari yang hanya dianggap sebagai bilangan saja kemudian menjadi diperhitungkan. Keren ya? Benar adanya Imam asy-Syafii. Beliau pernah berkomentar bahwa “Pemuda yang tidak memiliki ilmu dan ketakwaan, matinya lebih baik daripada hidupnya”. Wuih, ini sindiran telak kepada kita dari seorang ulama besar yang tentu saja ilmunya bejibun. So, hidup terasa hambar kalo cuma diisi dengan tidur, makan, main, nonotn, fb-an, jalan2, e ti si. Aduuh… rasanya hidup terlalu berharga kalo cuma diisi dengan hal ‘sepele’ itu aja. Hidup bukan sekadar tumbuh, tapi juga berkembang. Itu yang perlu kita perhatiin dan ingat terus dalam prinsip hidup kita.
Lihatlah, kita perlu ngiri sama orang-orang di luar Islam. Meski mereka menyandang status kafir alias tidak beriman, mereka bisa berprestasi, bisa menjadi pribadi yang hebat dalam bisnis, dalam ilmu pengetahuan, dalam jiwa sosialnya, dalam mendidik anaknya, dalam membahagiakan keluarganya, dalam mengelola harta kekayaannya. Kita pantas ngiri agar kita bisa berusaha sebaik mereka karena kita lebih hebat dalam ketaatannya kepada Allah Swt. meski tingkatan iman di antara kita berbeda-beda, tetapi insya Alloh kita terselamatkan karena sudah beriman kepada Alloh Swt. Berbeda dengan mereka, yang memang tidak beriman. Nah, nilai lebih inilah yang seharusnya memotivasi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik, menjadi orang beriman yang hebat dalam segala bidang, karena semua amal shalih kita dilandasi oleh keimanan yang utuh kepada Alloh Swt. Insya Alloh. Kita pasti bisa melakukannya. Siap ya.
Sementara orang-orang yang nggak beriman kepada Alloh Swt., tetapi mereka diberikan kemudahan dalam rizkinya, kemudahan dalam usahanya, dan segala kenikmatan lainnya, yakinlah, bahwa itu hanyalah istidraj. Apa itu istidraj? Istidraj adalah mengulur, memberi terus menerus supaya bertambah lupa, tiap berbuat dosa ditambah dengan nikmat dan dilupakan untuk minta ampunan, kemudian dibinasakan.
Alloh Swt. menjelaskan dalam firmanNya (yang artinya): “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu, mereka terdiam, berputus asa.” (QS al-An’aam [6]: 44)
Rasullulah saw. bersabda: “Apabila kamu melihat bahwa Alloh Swt. memberikan nikmat kepada hambaNya yang selalu berbuat maksiat, ketahuilah bahwa orang itu telah diistidrajkan oleh Alloh Swt.” (HR at-Tabrani, Ahmad dan al-Baihaqi)
Nah lho. Itu artinya, kita jangan berputus asa mencari rizki dan mengubah diri kita menjadi lebih baik, lebih keren dalam iman, ilmu dan amalnya.
Bro en sis, ini hikmah buat kita. Gimana nggak, orang kafir yang mereka (mungkin) saja tahu bakalan dihancurkan semua yang mereka anggap keren dan membanggakan aja prestasinya banyak yang keren di segala bidang. Maka, kita harusnya lebih semangat lagi, karena semua yang kita ingin raih dan kerenkan dalam diri kita sudah dilandasi oleh keimanan. Tentu berbeda nilainya dong ya. Ayo, kita interospeksi: sudah maksimalkah usaha kita untuk membuat diri kita keren–tidak saja di keren hadapan manusia, tetapi yang utama adalah di hadapan Alloh Ta’ala? Semangat Bro en Sis! Tunjukkan bahwa kita mampu menjadi sosok yang tadinya pecundang jadi pejuang dan pemenang: from zero to hero! (kaya judul buku nyang aye pernah denger) Yup, tadinya dianggap biasa, menjadi luar biasa. Tadinya anonim menjadi nonim. From nothing to something. Keren dah! Yuk mari, kerenkan dirimu dengan ISLAM dan ajarannya yang keren punya


nih sumber aye dapet dari tulisan2 Sholihin terus aye rubah2 deh biar lebih keren